06

1250 Words
Windy mematut diri dindepan cermin. Ia kembali mencocokkan dress tersebut ke tubuhnya sendiri. “Lumayan juga seleranya, meski agak tua sedikit,” gumamnya. Ia melirik ke arah jam di dinding kamar. Baru pukul duabelas, masih banyak waktu. “Nyalon dulu, kali ya. Udah lama nggak perawatan.” Dan pada akhirnya Windy bersiap. Setelah berpamitan pada sang Bunda, ia menaiki taksi ke arah salon langganannya. Begitu tiba di salon Windy langsung disambut oleh sang pemilik yang memang sudah berteman baik. Ia duduk di sebuah kursi menghadap cermin, mengatakan keperluannya hari itu sebelum tiba-tiba saja suaranya mengecil. Dalam pantulan cermin, ia bisa melihat seorang wanita dengan rambut coklat yang dicurly pada bagian bawahnya. Ia baru saja dari toilet, dan sepertinya belum menyadari kehadiran Windy di sana. “Nadine,” gumamnya lirih. Hampir tidak terdengar. “Loh, udah mau pulang? Nggak sekalian manicure pedicure,” ucap si pemilik salon ramah. Wanita itu menggeleng dengan anggun, sampai kemudian tanpa sengaja pandangan mata keduanya bertemu karena Windy yang sejak tadi masih saja serius dengan sang ibu.memperhatikan. Sempat terdiam sesaat. Wanita dengan dress bodycon berwarna hitam itu dengan segera bergegas pergi. Ia tampak tidak senang menyadari kehadiran Windy di sana. Kayaknya bener, Nadine emang udah nggak mau kenal lagi sama aku. Batin Windy kecewa. Ia tidak menyangka jika kejadian yang bahkan sudah berlalu cukup lama itu masih saja berbekas di hati Nadine, bahkan membuatnya menjauh sampai sebegitunya dari Windy. Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka bukanlah sesuatu yang besar. Hanya berupa kesalahpahaman mengenai perasaan cinta monyet jaman SMA. Saat itu baik Windy maupun Nadine sama-sama menyukai laki-laki yang sama. Hanya saja Windy memilih untuk memendam perasaannya sendiri karena ia tidak ingin membuat persahabatan mereka menjadi hancur. Singkat cerita, Windy yang memang dasarnya ramah dan mudah bergaul mulai dekat dengan laki-laki tersebut. Hal itu membuat Nadine merasa cemburu dan terkhianati, juga seseorang yang sudah membocorkan perihal perasaan Windy. Nadine merasa khawatir melihat kedekatan Windy dan laki-laki tersebut, ia takut jika pada akhirnya Windy berani mengungkapkan perasaannya dan mengkhianatinya. Sikap Nadine perlahan berubah. Ia mulai menjauhi dan bersikap cuek terhadap Windy sekalipun gadis itu coba mendekatinya. Sampai suatu hari Windy menjegal Nadine yang saat itu hendak pergi ke kantin bersama teman barunya. Ia memaksa Nadine untuk berbicara empat mata meski pada mulanya ia sempat menolak. Keduanya duduk di bangku taman belakang sekolah yang cukup sepi. Dilihat dari gelagatnya saja Windy sudah tahu jika Nadine merasa tidak nyaman duduk berdua dengannya. Ia menghela napas. Tidak usah basa-basi. Pikirnya. “Langsung aja. Aku mau jelasin sesuatu yang mungkin aja bikin kamu ngejauhin aku,” bukanya. Nadine tidak menjawab. Ia hanya memfokuskan pandangannya ke arah langit mendung, meski Windy sendiri tahu jika sebenarnya ia menyimak apa yang sedang dikatakannya. “Aku emang akhir-akhir ini lagi deket sama Kak Arif. Tapi kita cuma sebatas temen, nggak lebih. Terserah kamu mau percaya atau nggak, tapi kamu harus tahu kalo aku nggak ada hubungan apapun sama Kak Arif. Hubungan persahabatan kita jauh lebih penting daripada perasaan aku sendiri, Nad.” Setelah cukup lama terdiam, Nadine pada akhirnya menoleh ke arah Windy. “Kamu pikir aku percaya? Pengkhianat kaya kamu itu bisa dengan gampangnya ngarang cerita padahal apa yang terjadi sebaliknya.” “Kamu pikir aku b**o apa, kamu pikir aku nggak tahu kalo akhir-akhir ini kalian sering jalan berdua ke mall? Apa namanya kalo bukan ngedate? Tega, ya kamu. Padahal kamu satu-satunya orang yang aku percaya buat ku ceritai semua soal perasaan ku ke Kak Arif. Tapi dengan teganya kamu nusuk aku dari belakang.” Setelah mengatakan itu, Nadine beranjak. Windy hanya bisa menghela napas. Perasaannya mendadak sesak meski ia tahu Nadine takkan mudah percaya padanya, ia adalah sosok yang keras kepala dan hanya mau mempercayai apa yang memang ingin dirinya percaya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, laki-laki tersebut hanya meminta bantuannya untuk merancang sebuah kejutan untuk menyatakan perasaanya pada Nadine. Iya, laki-laki yang disukai mereka menyukai Nadine. Dan semenjak tahu jika perasaanya tidak akan berbalas, Windy memilih mundur. Alasan Arif meminta bantuan Windy adalah karena ia tahu gadis itu adalah sahabat dekat Nadine, tentu Windy paham soal apa-apa saja yang disukainya, tanpa pernah sadar jika Windy pun pernah menaruh hati padanya. *** Tepat pukul tujuh saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di pelataran rumah. Windy yang mengintip dari jendela kamarnya hanya mendesah, rupanya Chakra serius dengan perkataannya. Ia menatap cermin rias dalam kamarnya sekali lagi, merapikan sedikit tatanan rambut yang ia buat demi bergelombang dengan hiasan pita kecil di sisi kiri. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk. Tanpa menunggu jawaban sang kakak menyembulkan kepalanya pada sela pintu sambil menatap ke arah Windy dengan tatapan menyelidik. “Ada yang nyariin kamu,” katanya. “Udah tahu,” sahut Windy cuek. Begitu Windy bangkit dan hendak keluar dari kamar, dengan gesit sang kakak berdiri dengan tangan dan kaki yang membentang membentuk huruf X. “Abang, minggir. Aku mau keluar, awas, ih.” “Jawab dulu pertanyaan abang, siapa dia? Bukan pacar kamu, ‘kan?” Windy mendengkus, kakaknya ini kepo sekali. “Kalo pacar juga kenapa, sih. Ini kan malam minggu, gapapa dong kalo pacaran. Emang abang, malam minggu diem di rumah, ngenes amat,” sahut Windy kemudian terkekeh. Sang kakak mencibir, menirukan kalimat Windy sebelumnya dengan bibir yang sengaja dimajukan. “Serius, bocah. Dia siapa? Kalo dari tampilannya, kayaknya orang kaya. Pinter juga kamu cari pacar.” Windy menatap malas ke arah sang kakak dengan malas, ia berdecak sebelum menurunkan dengan paksa tangan sang kakak. “Cerewet, ah. Minggir dulu, aku mau lewat. Dadah abang jelek!” Pria yang masih berdiri di ambang pintu itu hanya bisa mendecakkan lidah melihat bagaimana kelakuan adik satu-satunya itu. Windy berjalan menuruni tangga. Bisa ia lihat di ruang tamu Chakra tengah berbincang “Itu dia anaknya,” sang ibu menunjuk ke arah Windy. “Yaudah, Bu. Kami berangkat dulu,” pamit Windy. Dan saat keduanya akan melangkah keluar, tiba-tiba saja terdengar suara dari arah anak tangga. “Woy, jagain adek gue. Kalo sampe dia kenapa-kenapa, bayar denda loe sama gue. Martabak 10 kotak sama bakso 10 porsi, plus es teh!” teriak sang kakak dengan gaya slengean Windy mendelik. Apa-apaan itu! Apakah harganya sama dengan 10 porsi martabak juga bakso? MURAH SEKALI!! Sambil memelototi sang kakak, Windy mengacungkan bogem mentahnya ke udara. Sang kakak hanya melihatnya dengan tatapan malas dan kemudian berlalu. “Udah, nggak usah diurusin. Mending kalian cepet berangkat aja, nanti kemaleman.” Setelah berpamitan, Windy juga Chakra berangkat ke tempat dimana acara reuni akan digelar. Acara reuni digelar di salah satu cafe. Suasana malam itu tampak hangat dengan beberapa orang yang sudah datang lebih dulu. Windy hanya diam mengikuti kemana langkah Chakra. Ia tidak mengenal siapapun di sana. “Siapa nih, Chak. Baru lagi? Perasaan beda sama yang kemaren,” ucap salah seorang peserta reuni. “Bukan siapa-siapa, cuma partner,” sahut Chakra kemudian menyesap minuman di tangan. “Yakin cuma partner? Cantik gini masa cuma dijadiin partner.” Aku memang cantik. Batin Windy yang merasa senang karena dipuji. “kayak gini dibilang cantik? Mending besok loe periksa deh, ke dokter.” Jawaban Chakra yang meluncur bebas dari bibirnya itu sontak memancing amarah Windy. Kenapa pria ini suka sekali membuatnya kesal. “Loh, Chakra?” Sebuah suara terdengar dari arah belakang. Seorang gadis dengan rambut hitam sebahu, mengenakan dress selutut berwarna soft pink. Tersenyum ramah ke arah meja mereka. Tapi tatapan Windy bukan tertuju ke sana. Ia lebih tertarik untuk melihat gandengan tangan si gadis yang terlihat erat pada lengan pria di sebelahnya. Pria yang berhasil menarik perhatiannya sampai dasar paling dalam. Sultan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD