Kafka yang sejak tadi terlihat tenang, akhirnya mengangkat salah satu alisnya. Tatapannya berubah, kini dipenuhi dengan sesuatu yang lebih gelap, ada rasa curiga yang kental dan kecemburuan bermain di kedua bola matanya. “Menarik sekali,” gumamnya serak sambil mengetuk-ketukkan jemarinya di atas pegangan sofa. Dia melanjutkan dengan ekspresi acuh tak acuh, “Seorang pengawal yang tidak begitu akrab, tiba-tiba begitu peduli dengan mantan istriku…. Seolah-olah, ada sesuatu yang lebih dari sekadar rasa tanggung jawab di hatinya. Bagaimana menurut kalian, um?” Rafael mengernyit, tampaknya tidak nyaman mendengar tuduhan terselubung dari majikannya. “Saya hanya berbicara berdasarkan apa yang menurut saya benar, Tuan. Tidak ada maksud lain.” Kafka menyeringai tipis, matanya sedingin es. “Bena

