20-Patung

1387 Words
Cowok berambut tipis nyaris plontos itu memakai topi hitamnya. Dia sangat tak pede memperlihatkan rambutnya yang baru tumbuh itu. Bentuk wajahnya yang lonjong, membuatnya makin lonjong karena tak ada rambut yang menutupi. Ini semua karena kena razia hari Senin yang lalu. Ditambah orangtutua Wiska meminta agar anaknya potong rambut pendek saja, agar terus tak kena razia. “Ngapain topi lo, lo pakai?” tanya Auryn yang duduk di depan cowok itu. Wiska membenarkan letak topinya. Setelah itu menyesap kopi di depannya. Lidahnya dimanjakan oleh rasa manis dan pahit yang bercampur menjadi satu. “Lo seneng banget kayaknya kalau gue diketawaain,” jawab cowok itu sambil mengedarkan pandangan. “Gaklah.” Auryn menunduk, mengaduk kopi lattenya. Malam ini Auryn mengajak Wiska ke kafe. Cewek itu sedang bosan, tak seperti kemarin yang seru-seruan bikin vlog dengan Redo. Malam ini Auryn sendirian, abangnya keluar kota sedangkan papa dan mamanya pergi kondangan. Dia sebenarnya ingin mengajak Redo atau Yohan. Kemudian dia ingat kalau dua cowok itu latihan, katanya sih sampai malam. Jadilah Auryn mengajak teman sebangkunya yang sableng itu. Sebenarnya mengajak Wiska juga tak ada manfaatnya. Cowok itu malah meminta traktir. Namun daripada sendirian, akhirnya Auryn menuruti kemauan temannya itu. “Sering-sering ya traktir gue!” kata Wiska ke gadis di depannya. Auryn menyangga dagu lalu mendengus dengan bola mata ke atas. “Uang jajan lo juga banyak. Tapi kenapa lo jarang jajan sih? Malah sering minta traktir gue,” kata Auryn ingat Wiska yang jarang jajan itu. “Uang gue kan buat modif motor.” “Modif mulu. Modif mulu. Heran deh gue,” balas Auryn sambil menyandarkan punggungnya di sofa. “Kayaknya gue perlu cari temen cewek nih.” Sontak Wiska memajukan tubuhnya danmenatap teman sebangkunya itu penuh tanya. “Nggak salah lo? Lupa kalau dulu sebel temenan deket sama cewek?” Auryn menggeleng pelan. Dia masih ingat saat mengucapkan hal itu. “Inget sih. Tapi lama-lama kan gue juga butuh temen cewek.” Bisa dibilang Auryn tak pernah akrab dengan teman cewek di kelasnya. Alasannya? Nggak cocok! Udah itu saja. Teman sekelas Auryn, terutama yang cewek hanya baik di depan tapi busuk di belakang. Selain itu kebanyakan ada yang numpang tenar atau memanfaatkan sesuatu. “Oh ya. Tumben di kafe gini lo nggak sibuk moto makanan?” tanya Wiska. Sejak datang ke kafe tiga puluh menit yang lalu Auryn sama sekali tak mengeluarkan benda sakti itu, kamera. “Males sih,” jawab Auryn. “Eh tapi boleh juga deh moto ruangan ini,” lanjutnya membuat Wiska geleng-geleng. Auryn mengeluarkan kamera dari sling bag keluaran Zara itu. Dia mulai memfoto ruangan sekitar. Interior Super Cup Coffee Shop cukup instagramabel. Didominasi dengan warna cokelat kayu dan dinding yang dibiarkan terlihat teksturnya. Melihat benda yang digunakan Auryn, Wiska tersenyum lebar. “Kamera baru?” Sontak Auryn menghentikan gerakannya. Dia menggerakkan kamera hitam itu lalu menggeleng pelan. “Dipinjemi Redo.” “Redo?” Aduh! Auryn lupa belum menceritakan semuanya ke Wiska. Gadis itu menggaruk kepalanya lalu memfoto Wiska. “Lo malem ini ganteng. Gue foto yuk.” Perhatian Wiska seketika teralih. Cowok itu langsung berpose dengan  mengangkat ibu jari dan jari telunjuknya lalu meletakkan di bawah dagu. “Keren nggak gue?” tanya cowok itu. “Hmmm.” Gadis berambut panjang digerai itu mengangguk lalu menunjukkan hasil jepretannya. “Bagus. Bagus,” jawab Wiska. “Tapi kenapa Redo minjemin lo kamera ya? dia kan sombong.” Masih aja dibahas! dalam hati Auryn menggerutu. Gadis itu menyesap kopinya sambil berpikir akan menceritakan masalah ini ke Wiska atau tidak. Drtt!! Tiba-tiba ponsel di atas meja bergetar. Wiska menarik benda persegi panjang itu. Dia mengulas senyum lalu menatap Auryn. “Gue mesti cabut. Knalpot baru pesenan gue udah sampe,” kata Wiska lalu menyesap kopinya-nya. “Makasih traktirannya. Lo balik naik taxi aja ya,” lanjut cowok setelah itu pergi. “Temen k*****t!” maki Auryn kesal. Gadis itu berharap Wiska bisa menemaninya, bukan malah pergi. Tapi ada baiknya juga sih cowok itu pergi, Auryn tak perlu kebingunan menjelaskan hubungannya dengan Redo. “Ck! Gue pulang sendiri.” gerutu Auryn ingat Wiska menyuruhnya pulang naik taksi. Auryn memasukkan kamera ke dalam tas lalu mengambil ponsel di atas meja. Dia melihat alroji keluaran Wish/Key yang telah menunjukkan pukul sembilan. Gadis itu lalu beranjak meski sebenarnya ingin di tempat ini lebih lama. “Ck! Tadi dia jemput gue sekarang gue nggak dianter!” maki Auryn sambil melangkah keluar. Auryn berjalan sedikit menjauh sambil sibuk dengan ponselnya, mencari taksi online. Tindakannya yang bermain ponsel membuatnya tak sadar jika ada kendaraan dari arah sampingnya. Tin. Tin!! Cit!! Bunyi klakson disusul dengan ban membuat Auryn mengangkat wajah. Jantungnya berdetak ban motor itu tinggal beberapa centi dari kakinya. Mata gadis itu lalu melotot dan menatap ke pengendara motor itu. “Mata lo dipake!” kata pengendara motor ninja itu. Makian yang hendak dilontarkan Auryn tertahan di ujung lidah saat dia mendengar suara itu. Dia merasa tak asing dengan suara sedikit berat itu. Dia lalu memperhatikan motor ninja itu dengan saksama. Lalu menatap ke cowok berjaket hitam dan berhelm hitam itu. Mata Auryn membesar melihat teman sekelasnya yang songong itu. “Lo dong yang hati-hati. Udah tahu ada orang lewat,” jawab Auryn tak terima. Tin. Tin! Virgo menekan klakson. Dia harus pulang dan mengantarkan makanan yang dibelinya untuk seseorang. Namun gadis di depannya justru diam saja tak mau minggir. Entah malam ini kesialan apalagi yang membuat Virgo harus berhadapan dengan cewek itu. Tin. Tin! Cowok itu kembali menekan klakson tapi Auryn tak merespon. Cewek itu sibuk dengan ponselnya. Menunggu Auryn jelas percuma, bahkan cewek itu terlihat tak mau minggir. Virgo lalu  menutup kaca helmnya. Percuma mengingatkan Auryn, gadis itu malah memarahi balik. Virgo lalu melajukan motor, tapi gadis di depannya sepertinya sedang menguji kesabarannya. “Gue nebeng dong!” kata Auryn sambil merentangkan kedua tangan menghadang motor Virgo Sontak Virgo membuka kaca helmnya lagi. “Balik sendiri.” “Driver-nya nolak orderan gue!” kata Auryn kesal. “Ya nasib lo.” Mata Auryn membulat. Menurutnya Virgo sama sekali tak punya hati. Auryn lalu menjauh dari motor cowok itu. Dia berjalan menjauh sambil mencari taxi online lain. Bibir gadis itu bergerak menggerutu. “Ngapain sih gue nebeng dia. Kayak nggak mampu pulang sendiri aja,” gerutunya sambil menatap ponsel. Selepas kepergian Auryn, Virgo melajukan motor ke arah yang sama dengan langkah Auryn. Saat mencapai jalan raya, Virgo melirik dari kaca spion. Dia melihat Auryn berjalan sambil bermain ponsel. Ceroboh! Virgo menghentikan motornya lalu putar balik dan melajukan motor ke arah Auryn. “Naik!” Teriakan itu membuat Auryn berjingkat. Dia menoleh dan melihat motor Virgo di sampingnya, tapi si pengendara tak mau repot-repot menatap. Auryn berdecak, lalu melenggang pergi. “Pasti nih cowok mau ngerjain gue,” gumam Auryn. “Batu banget! Naik!” kata Virgo lalu melajukan motornya menghadang langkah Auryn. Satu alis Auryn terangkat. Dia curiga dengan Virgo yang tiba-tiba mengajaknya naik itu. Auryn masih ingat jelas, Virgo menolak permintaannya. “Gak! Gue bisa balik sendiri. Lupain kata-kata gue tadi. Gue bisa balik sendiri.” Virgo mulai kehilangan kesabaran. Dia lalu turun dari motor dan menarik tangan Auryn. “Cepet naik!” Entah apa yang merasuki Auryn, gadis itu tiba-tiba menurut. Dia naik motor ninja hitam itu. Lalu kedua tangan Auryn menyentuh pundak Virgo. “Kok lo tiba-tiba nebengin gue?” tanya Auryn penasaran. Virgo melihat Auryn dari kaca spion. Setelah dirasa gadis itu sudah duduk tenang, Virgo melajukan motornya. Dia sama sekali tak menjawab ucapan Auryn. “Jawab kali kalau diajak ngomong!” Auryn memukul pundak Virgo. Respon Virgo hanya melirik gadis berkaos navy itu. Dia lalu fokus menatap depan. “Rumah lo di mana?” “Jalan aja. Nanti kalau belok gue kasih tahu,” jawab Auryn sambil memajukan tubuhnya. Auryn lalu melirik Virgo, wajah cowok itu sama sekali tak terlihat. “Kenapa lo kok tiba-tiba kok mau nganterin gue?” Tak ada jawaban. Auryn menepuk pundak di depannya dengan kencang. “Jawab woi!!!” Gadis itu kesal dengan perubahan sikap Virgo ini. Beberapa detik Virgo cuek, beberapa detik Virgo otoriter, sekarang Virgo kembali seperti patung. Pakai earphone nggak ya? “LO PAKAI EARPHONE YA!!!” teriak Auryn sekuat tenaga. “Diem atau kita kecelakaan,” balas Virgo cukup kencang. Auryn menghela napas. Menurut saja dengan driver ojek gratisnya itu. Tak lama Auryn mengulas senyum. Ternyata ada juga temannya yang baik. Yah meski awalnya begitu menyebalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD