1-Cewek Sombong

1323 Words
Kring!!! Jam beker dengan berbentuk kepala Doraemon itu mengeluarkan suara nyaringnya. Gadis berpiyama pink bunga-bunga perlahan bergerak. Dia menggerakkan kedua tangannya lalu menguap lebar. Setelah itu matanya sepenuhnya terbuka. Auryn mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari benda yang selalu dia cari setelah bangun tidur. Benda yang dia cari, Canon G7X tergeletak di nakas. Dia langsung mengambil benda itu dan mulai menekan tombol on. Wajah Auryn terpantul di layar kamera itu. Dia menyisir rambutnya dengan jari, lalu memulai vlog paginya. “Hai, guys. Seperti biasa, jam lima gue udah bangun,” ucap gadis itu setelah itu menguap pelan. Perlahan dia turun dari ranjang dan berjalan menuju jendelanya yang masih tertutup. Auryn mengarahkan kamernya ke agar gorden, sedangkan satu tangannya membuka gorden berwarna pink itu. “Lihat, bentar lagi matahari muncul,” ucapnya. Setelah itu Auryn menjauh dari jendela kamar berganti ke meja belajarnya. Dia memegang buku yang telah tertumpuk rapi itu. “Ini buku pelajaran gue. Hari ini pelajaran biologi sama kimia,” ceritanya. “Biologi itu pelajaran yang bikin gue geli sendiri. Apalagi kalau udah praktikum. Hadduu,” lanjutnya mengeluh. Auryn lalu mengubah kamera menghadapnya. “Pengen tahu keseharian gue kayak gimana? Check disk out,” ucapnya lalu menutup layar dengan satu tangannya. Setelah itu Auryn mematikan kamera itu dan memasukkan ke dalam tas. Gadis itu lalu kembali ke ranjang. Bangun pagi tak membuat gadis itu segera mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Justru dia malah sibuk dengan ponselnya. Melihat viewers dan jumlah subscribe di akun Youtube-nya. Usai mengecek akun Youtube-nya, Auryn membuka sosial media yang berwarna hijau itu. Senyum gadis itu mengembang melihat banyaknya chat yang masuk. Dia melihat grup kelas dengan chat mencapai 999+. Tatapannya lalu tertuju ke dua pesan yang berada paling atas. Yohan: Good morning sunshine. Have a gread day. Luv you. Ibu jari Auryn mulai bergerak untuk membalas chat dari pacar pertamanya. Bisa dibilang, Yohan tak pernah absen mengucapkan selamat pagi dan selamat malam ke Auryn. Auryn: Good morning and too. :* Setelah chat terkirim, Auryn menekan chat di bawahnya. Dia membaca pesan dari Redo yang tak jauh beda dari chat Yohan. Redo: Morning my Ryn. Smile. Auryn terkekeh sendiri. Baru bangun tidur dia sudah mendapat chat dari dua pacarnya. Ibu jari Auryn lalu mulai bergerak untuk membalas pesan Redo. Auryn: Morning too. Setelah membalas chat, Auryn membuka aku **-nya. Ditengah kegiatannya dia dikejutkan dengan suara gedoran pintu lalu teriakan keras. “RYN BANGUN!!” Bola mata Auryn berputar. Gadis itu meletakkan ponsel di pangkuannya lalu bertolak pinggang menatap lelaki tanpa kaos di depannya. “Gue udah bangun ya, Bang! Nggak perlu pake toa!!” Lelaki di depannya itu terkeh. Dia menatap adiknya yang kembali bermain ponsel sambil senyum-senyum sendiri. “Chat-an sama Yohan?” tebak lelaki itu. Auryn menggeleng tanpa menatap lawan bicaranya. “Sama Redo,” jawab gadis itu. Setelah chat­-nya terkirim, Auryn turun dari ranjang. Dia menatap Abangnya dengan tatapan tajam. “Keluar sana! gue mau mandi!” usir Auryn. Pengusiran itu tak membuat Andreas beranjak. Dia masih berdiri sambil tangan kanannya memegang knop pintu. Alis tebal Andreas menukik ke atas. “Redo? Siapa itu? pacar baru lo?” “Iya. Kenapa?” “Lo selingkuh?” Auryn mengerucutkan bibirnya. Dia menggeleng tegas setelah itu berjalan mendekati Andreas. “Gue nggak selingkuh. Redo sendiri yang mohon-mohon biar jadi pacar gue. Ya udah gue terima,” cerita gadis itu. “Lagian dia sayang sama gue. Itung-itung gue nyenengin dia.” Andreas geleng-geleng mendengar cerita itu. Apalagi kalimat terakhir Auryn. Nyenengin? Padahal membahagiakan orang yang sayang ke kita tak harus dengan pacaran. Bisa dengan cara lain. Andreas lalu mendekat dan mengacak rambut adiknya. “Player nya papa nurun ke lo ya?” Plak! Tangan mungil Auryn memukul lengan kekar Andreas. “Di kamar, lo nggak ada kaca? Pacar lo juga banyak kali. Nggak inget pacar pernah diem-diem masuk kamar lewat jendela!” “Ssst!!” Sontak Andreas menutup bibir adiknya. Dia menoleh ke belakang, takut sang mama mendengar percakapan mereka. “Diem! Awas ya lo ngadu ke mama.” Auryn memukul tangan kakaknya yang masih membekap mulutnya itu. Saat tangan besar itu menjauh dari bibirnya, dia mundur beberapa langkah. “Iya. Udah sana. Gue mau mandi!” usir Auryn kedua kalinya. Andreas menatap Auryn dengan bibir bergerak. Mencibir adiknya yang berjarak delapan tahun darinya itu. “Sok cantik lo pake punya pacar dua,” kata Andreas lalu menutup pintu dengan kencang. “Gue emang cantik! Mending gue ke mana-mana dari pacar-pacar lo!” balas Auryn sambil mengibas rambut panjangnya. Gadis itu balik badan berjalan hendak ke kamar mandi. Namun, belum sempat dia melangkah, ponsel di ranjangnya berbunyi. Sontak Auryn mengurungkan niatannya. Dia berjalan ke ranjang dan mengambil benda persegi panjang itu. Dia melihat chat dari Redo dan Yohan. Auryn meletakkan ponsel itu ke ranjang tanpa membalas chat dari dua pacarnya itu.   ***   “Udah sampe! Inget belajar yang bener. Nggak usah banyak pacar-pacaran!” Auryn menyampirkan tas pink-nya ke belakang tubuh. Mata hitamnya bergerak memutar, bosan dinasihati. “Gue sekolah dulu,” setelah mengucapkan itu Auryn turun dari mobil. Dia bahkan menutup pintu dengan kaki kanannya. Sambil berjalan gadis itu bermain ponsel. Bibirnya bergerak-gerak memaki Andreas yang sok menasihatinya padahal lelaki juga banyak punya pacar. Kakak beradik memang sebenarnya saja saja, tapi selalu sok menasihati. “Auryn!!” “Auryn!!” Teriakan dari dua orang itu membuat Auryn menghentikan langkah. Dia menoleh ke kiri dan mendapati Yohan berjalan ke arahnya. Auryn lalu menoleh ke kanan dan mendapati Redo yang berlari ke arahnya. Jantung Auryn berdetak. Dia bingung harus menunggu siapa. Karena bingung gadis itu berlari, membuat Yohan pacar pertamanya mengernyit. Sedangkan Redo terkekeh pelan menyadari jika gadis itu tengah kebingungan. Auryn berlari kencang melewati tengah lapangan dan berbelok di lorong kelasnya. Setelah itu dia berhenti berlari, merasa suasana sudah cukup aman. Dia menoleh ke belakang dan tak mendapati dua pacarnya itu yang mengejar. “Ck! Kok gue jadi lari sih? Kesannya gue yang salah, padahal emang beneran gue yang salah,” gumam gadis berambut panjang itu sambil menggeleng pelan. Setelah berdebat dengan pikirannya, Auryn melanjutkan langkah sambil memasukkan ponsel ke saku seragamnya. Saat tinggal beberapa langkah dari pintu kelas, satu alis gadis itu terangkat. Dia melihat gelagat aneh dari dua adik kelasnya. Dua gadis itu berjalan mondar-mandir di depan kelas lalu mengintip dari jendela. Auryn mempercepat langkah lalu menepuk pundak siswi berbando pink itu. “Ngapain kalian di depan kelas gue?” Gadis berbando pink dan kucir kuda sontak menoleh. Mereka menatap kakak kelasnya yang populer seantreo sekolah. Gadis berkuncir kuda itu lalu menjawab pertanyaan Auryn. “Kak. Boleh nitip nggak?” Pertanyaan itu membuat alis rapi Auryn terangkat. “Nitip? Lo kira gue pihak ekspedisi,” jawabnya pedas. “Elo sih!!” “Ishh!!” Dua adik kelas itu saling menyalahkan. Sedangkan Auryn tampak bosan dengan kelakuan dua gadis aneh di depannya itu. “Ya udah sebenernya kalian mau nitip apa?” tanyanya. Sisi ibanya mulai keluar. Gadis berbando pink mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Dia menyerahkan kotak makan berwarna pink ke Auryn. “Nitip kak buat kak Virgo.” Virgo? batin Auryn bingung. Dia memang tak hafal nama teman satu kelasnya. Meski begitu Auryn menarik bekal berwarna pink itu. “Oke! Sekarang minggir!!” Bak kerbau dicocok induknya dua gadis itu sontak memiringkan tubuh memberi akses jalan untuk Auryn. Setelah langkahnya tak terhalang, Auryn berjalan masuk dengan kotak makan pink di tangan kirinya. Baru lima langkah dari pintu, Auryn menghentikan langkah. Dia mengedarkan pandangan, melihat punggung siswa yang duduk membelakanginya. Mata bundarnya lalu mengamati teman sekelasnya satu persatu. Tiba-tiba ada cowok yang lewat di depan Auryn. “Eh!! Tunggu!!” Tangan Auryn menarik belakang seragam cowok yang melewatinya itu. Cowok berperawakan tinggi itu menoleh. Dia menoleh melihat jemari lentik Auryn yang mencengkeram belakang seragamnya. Sontak cowok itu bergerak menjauh. Tanpa sepatah kata dia melanjutkan langkah ke tempat duduknya di paling depan. Auryn terbengong kaget. Cowok itu tak merespons apapun? Tanya ada apa saja aja tidak. Ah bahkan melirik saja tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD