Happy Reading.
"Arghhhhhhhh" Teriakanku menggema mengisi seluruh Ruangan ini.
Adegan mimpi saat Pecahan Kaca itu menancap di Kaki membuat mimpi itu berhenti tayang. Bola mataku berputar melihat Seisi Ruangan Kamar yang Gelap Gulita, ku raih saklar Lampu untuk memenuhi Cahaya Ruangan ini. Rasanya mimpi ini terasa nyata sekali, apalagi saat adegan Ibu mertua melemparkan Gelas ke arahku.
"Hmmmmhmmm ada apa yank?" Tanya Jonathan kepadaku setengah Sadar, dia meraih tanganku dan menariku ke Pelukannya.
*
*
*
*
Sura pintu mengerinyit ketika aku membuka pintu Kamar Ibu Mertua yang tertutup rapat. Aku langkahkan kakiku dengan pelan saat memasuki Mulut kamar Ibu Mertua, Indera Penglihatanku tidak tega melihat Ibu terbaring Lemas tidak berdaya di Ranjang.
"Ibu? Bu? Sarapan dulu yah!" Ucapku kepadanya.
Aku langkahkan kakiku menghampiri Ibu yang Masih terbaring di kasur. Ibu menatapku dengan tatapan penuh kebencian, setiap harinya aku dibenci oleh dia tanpa ada alasan yang jelas. Aku mulai menyuapi Ibu untuk mengusir rasa lapar yang mendominasi perutnya, Ibu mertua membuka mulutnya saat ujung sendok menyentuh Bibirnya.
"Ibu makan yah Buburnya!" Perintahku kepada Ibu Mertua.
Jujur saja aku ketakutan saat Iris mataku bergeser melihat wajah keriput Ibu, mimpi semalam terlalu menyeramkan untuk di sebut mimpi. Mulut ibu terkunci rapat, ia hanya mengangguk ketika aku berusaha untuk memecahkan keheningan diantara kita berdua.
Sesuap demi sesuap, hingga bubur yang memenuhi mangkuk bundar ini tidak tersisa sedikitpun. Baguslah Hari ini Ibu makanya lahap sekali, itu membuatku melepaskan sedikit beban yang harus ku tanggung saat mengurus Ibu mertua. Jika ibu mertua sulit makan itu akan menyulitkanku juga
"Ibu lahap sekali makannya, besok makan lahap lagi yah bu!" Pujiku kepada Ibu mertua.
Ibu menatap kedepan dengan tatapan kosong, wajahnya putih pucat, dan bibirnya hitam pekat. Setelah kepulangan Ibu dari Rumah Sakit Lusa, Wajahnya tiba-tiba menyerupai salah satu Pemeran Utama Wanita di Film Horor yang berjudul Suza*a. Wajah ibu benar-benar menyeramkan, bahkan mata ini tak sudi menatap wajahnya secara dekat.
Setelah Seperempat Jam aku sibuk mematikan Alarm yang terpasang di Perut Ibu, aku pergi bergegas keluar dari kamar Ibu. Aku melanjutkan kegiatan bersih-bersih seluruh ruangan ini.
Mungkin Hari ini dan seterusnya, suasana Rumah ini akan lebih damai ketika Ibu mertua tidak Menyulut Emosiku. Namun Karena Hari ini Ibu bersikap berbeda dari Biasanya, itu malah membuatku lebih takut lagi, takut Ibu merencanakan sesuatu yang lebih jahat sebelumnya untuk menyerangku. Aku sangat mengenali sifat Ibu, tidak mungkin Ibu Mertua menyerah dan mengibarkan Bendera Kuning begitu saja terhadapku.
*
*
*
*
Untuk menyambut kedatangan Jonathan yang sebentar lagi sampai di Rumah, aku polesi wajahku dengan Riasan yang membuatku tampak lebih cantik dari pada sebelumnya. Butiran-butiran Make-up yang tidak terlihat menyentuh kulitku dengan lembut. Salah satu senjata paling ampuh untuk membuat bulu mata yang tebal, panjang, dan lentik adalah dengan penggunaan Maskara.
Aku usapkan Bronzer scara berkala menyentuh Pipiku untuk membuat Kontur, Aku olesi Bibirku dengan Lipstik berwarna Merah terang untuk membuat Bibirku tambah Menggoda. Wajahku sudah terlalu sempurna untuk dikatakan bahwa aku cantik, kini aku lebih percaya diri lagi menyambut pria kesayanganku datang.
"Brukhhhhhh" Terdengar suara pintu terbuka, seperti ditendang dengan keras.
Kepalaku melirik ke arah pintu mencari tahu siapa pemilik kaki yang menendang pintu dengan keras. Dia adalah Jonathan, dia melemparkan Tas yang dipegangnya ke arahku. Wajahku membeku ketika Hawa Nafsunya dipengaruhi oleh Ribuan Syetan yang ada disampingnya. Dia semakin mendekat kearahku.
Badan ini seketika bergetar saat Jonathan mulai menjongkokan tubuhnya dan menatapku dingin. Sebuah tamparan mendarat dipipiku meninggalkan bekas bewarna merah. Sakit tentulah sakit ,saat ia kembali menyiksaku dan menimbulkan bekas luka setelahnya.
"Apa yang kau lakukan kepada Ibuku? Kenapa dia menangis?" Tanya Jonathan penuh dengan Amarah.
Tamparan keras itu sukses membuatku jatuh dari Kursi Rias yang aku duduki, keringat dingin keluar dari pori-pori kulit membasahi sekujur tubuh ini. Tangan Jonathan meraih tubuhku yang terkulai lemas memaksaku untuk berdiri. Jonathan menarik bahuku dengan kasar berusaha untuk membuatku berdiri, Bibir ini hanya bisa membungkam saat dia menyiksaku. bahkan sepatah katapun tidak cukup mempunyai tenaga untuk melawan amarah Jonathan.
Air mata yang sedari aku tahan akhinya menghujani wajahku, menghancurkan riasan tebal yang sudah susah payah aku meng-upgrade kecantikanku. Tergambar dengan jelas kalau Jonathan benar-benar murka akan perbuatanku, ia menggoyang-goyangkan tubuhku dengan kedua tangannya memintaku untuk menjawab pertanyaannya.
Ia melepaskan tangannya dari Bahu kecilku, tangannya kembali mendarat dipipi membuatku semakin kesakitan. Ia membanting tubuhku ke tembok sebelum akhirnya dia pergi meninggalkanku. Hanya rasa sakit dan Kesedihan yang menemaniku sekarang, Entah kemana perginya Jonathan si suami kasar itu.
Aku memaksakan tubuh yang mati rasa ini mengikuti ke mana arah langkah kaki Jonathan berjalan. Jonathan pergi ke kamar Ibunya, terlihat jelas sekali kalau dia dari tadi mengkhawatirkan Ibunya. Aku memundurkan langkahku memutuskan untuk tidak menghampirinya, karena rasa takut kembali menancap dipikirkanku lagi.
Ibu Mertua pasti memfitnah aku lagi, tidak mungkin Jonathan memukulku kalau tidak ada hasutan sang Mertua. Hampir Setiap Hari aku mengalami Kejadian ini berulang kali, Ibu mertua sudah menyiapkan Skenario untuk membuatku benar-benar seperti di Neraka. Jonathan otaknya benar-benar beku, ia hanya akan percaya sama Ibu Mertua.
Ibu Mertua dan Jonathan masing-masing dari mereka sangat posesif dan Terobsesi, itu dimulai ketika Ayahnya Jonathan pergi meninggalkan mereka berdua karena memilih menikah lagi dengan Wanita pilihan Kakek Jonathan. Sejak itu hidup mereka sengsara setelah ditinggalkan Ayah Jonathan, bisa makan secuil nasipun itu sudah bersyukur.
Saat di masa-masa sulit itu juga Ibu Mertua Banting tulang untuk memutarkan Roda kehidupan. Dengan penghasilan secukupnya, Ibu mertua sangat hebat bisa membiayai Pendidikan Jonathan hingga sesukses sekarang. Bahkan aku dulu sempat satu sekolah dengan Jonathan ketika di Bangku SMA, Jonathan adalah pemain Basket yang Handal waktu itu. Waktu itu juga kami pernah dekat satu sama lain.
Karena mereka melalui masa-masa yang sangat sulit, itu membuat Ibu mertua menjadi sangat Perfeksionis dan terobsesi akan Jonathan. Ia sama sekali tidak mau kehilangan anak semata wayangnya, ia menyayangi anaknya hingga melewati batas-batas wajar seorang ibu.
Hanya setipis Selembar Kertas buku tulis, Jonathanpun mempunyai Karakter yang menyerupai Ibunya. Karena ia hanya mempunyai Sosok Ibu, Ibunya terlalu berharga jika dibandingkan dengan Emas permata 100 Karatpun. Jonathan menuruti semua perkataan Ibunya apapun itu saking kepercayaan terhadap ibunya.
Mereka pada akhirnya sama-sama berubah menjadi Manusia yang sangat mengerikan, saling terobsesi dan saling mengekang satu sama lain. Waktu Ibu Jonathan mau menikah lagi, Jonathan dengan tegas menolak untuk mempunyai Ayah Tiri. Lalu bagaimana denganku? Kenapa bisa Jonathan menerima tawaran Ayahku? Aku juga masih belum tahu soal itu. Sejujurnya Aku tidak ingin di sini lagi, tapi aku tidak tega meninggalkan Jonathan yang malang, dia jahat karena ulah ibunya bukan kemauannya.
Aku memejamkan mataku dan menghela nafas dengan kasar. Diriku berpetualang ke kejadian masa lalu mengingatkan penyebab kenapa mereka berdua seperti Monster Jahat. Aku menuangkan Jus memenuhi gelasku, membasahi tenggorokanku yang mengering dan berusaha melupakan kejadian tadi.
Jonathan menghampiriku yang sedang sibuk menghabiskan Jus Segar. Matanya menatapku dengan rasa penuh akan kecewa, seketika Tubuhku bergetar merasakan ketakutan saat dia tidak bergeming sedikitpun. Apakah dia akan memukuli aku lagi?
"Besok-besok kau jangan ulangi perbuatan itu lagi!" Ucap Jonathan akhirnya setelah lama menatapku.
Aku ulurkan sebuah Gelas berisi air Putih untuk mengusir Rasa Dahaganya. Ia meneguk airnya dan pergi setelahnya meninggalkan aku. Aku bertanya-tanya apa perbuatanku hari ini kepada Ibu Mertua, sehingga sukses membuat kami bertengkar lagi
*
*
*
*
Kaffe Yebin
Lihat siapa sosok yang berada didepanku ini? Manusia yang menyerupai sosok Siluman Ular. Dia tersenyum mengejekku, aku balik menatapnya sinis. Hariku sudah cukup buruk tadi siang, kenapa juga sore ini bertemu Ipar b******k seperti dia.
"Aku mau bertemu Ibu, kenapa Malah siluman ular yang datang?" Ucapku sinis
Ipar b******k itu mengangkat tangannya mencoba untuk memukuli wajahku, tidak lama kemudian Ibu datang membuat Ipar sialan mengurungkan niatnya. Ibu menggerakkan kursi kebelakang dan duduk di kursi itu.
"Kau menunggu Rose? Maaf tadi Ibu ke Toilet dulu."
Kenapa juga Ibuku harus mengajak Ipar b******k ini, hari-hariku akan tambah sial jika bertemu dengan si pemilik Bibir lemessss itu. Akupun mengusir Ipar b******k itu untuk tidak berada bersama kami, tapi Ibuku menginginkan Ipar b******k itu tetap di sini. Aku mendengus karena kesal.
"Apa ibu mengajak Ipar kesini? Ayolah Bu, Ibu kan tahu aku tidak suka sama Ipar." Protesku terhadap Ibu
"Ibu sengaja mengajak Iparmu, bukannya kalian sama-sama menantu? Itu akan lebih mudah menjawab masalahmu Rose." Jawab Ibu
Ipar b******k itu menyudutkan sebelah ujung bibirnya, Mataku ternodai saat melihat riasan tebalnya menyerupai Jala*g yang sedang menggoda Om om. Akupun mulai menceritakan semua permasalahan Pra hara Rumah Tanggaku yang sedang aku Alami.
.....Bersambung.....
Apakah Ibu dan Iparnya Rose akan menolong Rose untuk keluar dari permasalahannya? baca terus yah part selanjutnya.
Terima kasih sudah ada yang baca, aku sangat senang. yang baca semoga sehat selalu apapun itu.
oh iya bagikan cerita ini kalau kalian suka, dan kalau tidak suka aku maksa buat kalian suka oke oke
lalu jangan lupa tinggalkn jejak di komentar, biar aku tahu perasan kalian membaca cerita aku..