Happy Reading.
Jatuh cinta itu mudah
Mudah di buatnya gila
Mudah di buai nya
Mudah sayangnya
Juga mudah Jatuhnya.
Matahari pergi dari bumi karena sudah tidak sudi lagi memberikan Cahaya yang di milikinya. Aku terduduk dalam rasa penyesalan yang sangat mendalam akibat perbuatanku yang melewati Batas. Air mata yang aku tahan dari tadi akhirnya Lolos menelusuri kulit wajahku. Ini sangat menyakitkan, saat tidak ada orang yang bisa aku ajak bicara untuk menumpahkan segala kesedihanku.
Adrian memberhentikan motor yang di lajunya tidak jauh dariku. Pacar sialan itu, dia telah merusak Mahkota indah miliku yang terkunci dengan Rapat. Adrian menghampiriku dengan senyumannya yang manis sambil menjinjing sebuah Kresek berisi Martabak, tapi senyumannya justru membuatku makin jijik melihat dia.
"Kau kangen? Kenapa minta ketemuan disini?" Tanya Adrian sambil membantingkan Tubuhnya disamping ku
Aku memberanikan diri memberitahu beban yang sedang menimpaku, aku melemparkan sebuah benda bewarna putih mengenai d**a Adrian. Adrian mengambil Benda itu, tergambar jelas raut wajahnya dia tidak tahu maksud dari benda bewarna putih ini. Adrian mengerutkan dahinya berusaha untuk tahu apa yang aku Maksud.
"Adrian, Aku hamil!" Bibirku menahan getaran sambil mengucap.
Adrian menoleh ke arahku dengan tatapan yang sinis, dia sangat kebingungan mendengar apa yang barusan aku katakan. Sebuah benda yang di namakan Test Pack menunjukan Dua Garis Biru pertanda dia sukses membuat Mahkotaku Hancur.
"Rose, apa kau Demensia? Bagaimana bisa aku menghamilimu?" Tanyanya kepada dengan murka
"Hey adrian, 2 minggu yang lalu kita tidur Bareng, apa kau lupa?" Tanyaku balik tak kalah murka.
Rambut panjang ku terurai menutupi wajah saat aku menyembunyikan wajahku di antara ke dua kakiku. Sedangkan Adrian mengacak-acak rambutnya sendiri, Diusia yang masih muda tidak mungkin dia menikahi seorang wanita apalagi dia masih belum punya pekerjaan.
"Pas kau melakukannya, kenapa kau gak pake kond**?, sialan." Pungkasku kepada Adrian.
Adrian adalah pacarku, lebih tepatnya dia adalah seniorku di kampus yang sebentar lagi akan merayakan kelulusannya. Cita-cita nya adalah menjadi seorang pengusaha sukses agar ia bisa membalas jasa ke dua orang tuanya yang selama ini merawatnya.
"Kau harus bertanggung jawab Adrian!" Ucapku sambil menghapus air mata
"Apa kau sekarang Gila? Sebentar lagi aku Lulus, tidak mungkin aku menghancurkan karirku.".
Apa yang sebenarnya dipikiran Adrian? Mempunyai Istri dan Anak bukanlah Kejahatan Kriminal yang akan tercatat di Kepolisian, kenapa dia harus berpikir sangat jauh itu bisa menghancurkan karirnya?. Aku benar-benar Remuk tertindih masalah ini Juga perkataan Adrian, aku lihat Adrian cukup tersiksa juga dengan masalah ini.
"Bukan itu maksudku, mari sama-sama bertanggung jawab!" Ucapku kepada Adrian
"Maksudmu?"
"Ayo kita Aborsi Janin ini bersama-sama. Aku hanya minta kau bersama-sama tanggung jawab dengan Aborsi, aku tidak mau dosa sendirian."
Saat ini aku sedang menempuh Pendidikan di Bangku Kuliah Fakultas Ekonomi Semester 4 disalah satu kota Jakarta. Punya anak? Itu benar-benar konyol karena akan menghambat kepada pendidikan dan masa depanku. Keputusan Aborsi adalah yang terbaik bagi aku dan Adrian. Keluarga ku juga akan sangat murka jika mengetahui dia akan punya cucu haram.
Motor melaju dengan sangat kencang ditengah jalanan yang sepi ini. Tidak ada bahan pembicaraan, keheningan sedari tadi terus menggantung di malam yang menyeramkan ini. Hanya suara katak yang berusaha memecahkan suasana malam ini. Kusenderkan Kepalaku ke punggung hangat milik Adrian sambil tanganku melipat-lipat kertas bewarna hijau membentuk ? Burung.
Aku Lemparkan Burung Kertas itu membuatnya terbang bebas dan menikmati Sepoi-sepoi angin di malam Hari. Burung Kertas itu terbang semakin jauh dari kami berdua hingga mata telanjangku tidak melihat Burung kertas itu.
"Berhenti, berhenti Adrian!" Ucapku sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Adrian memberhentikan motornya karena ucapanku tadi. Aku turun dari motor di ikuti dengan Adrian melepaskan Helm yang sedari tadi melekat di kepalanya. Tanganku mengusap perutku, Aku telah melewati batas dengan melakukan perbuatan Maksiat.
Setelah melihat Burung Kertas yang tadi aku terbangkan, aku tersadar akan perbuatan ku. Perbuatan Aborsi tidak hanya melanggar Agama itu juga perbuatan yang sangat kriminal. Bagaimana bisa aku seorang ibu menghilangkan nyawa anaku sendiri.
"Aku tidak bisa," Ucapku kepada Adrian dengan isak tangis
"Maksud kau apa?, kita sudah sepakat untuk menggugurkannya?"
"Apa kau monster Adrian? Bagaimana bisa kau membunuh anakmu sendiri?"
Adrian sangat marah dengan keputusan yang aku ambil, matanya memerah menahan terciptanya genangan-genangan yang akan mengisi matanya. Dia berteriak sangat keras kepadaku bertanya dia tidak sanggup untuk bertanggung jawab, ia mengacak-acak rambutnya sendiri karena stress.
"Kau pengecut Adrian, kau malah lari dari masalah ini." Kataku murka
"Apa kau pikir ini mudah?"
"Kalau tidak mau bertanggungjawab jawab, pergilah!! Aku tidak akan memaksa kau. Setelah hari ini mari kita tidak bertemu. Kau sangat jijik Adrian."
*
*
*
*
2 Minggu yang Lalu
Aku memasuki Klub Malam yang terkenal di Jakarta untuk menghilangkan tekanan hidup yang aku Alami. Ayah dan Ibuku merupakan pendiri Perusahaan yang terkenal di Jakarta. Mereka sebagai orang tua terlalu menuntut anaknya sesuai keinginannya, bahkan Adiku Reza tidak mendapatkan kasih sayang dan Perhatian sebagai anak bungsu.
Alunan musik beserta lampu yang berkelap-kelip membuat tubuhku meliuk-liuk ke kanan ke kiri menjadikanku sebagai Ratu Tari yang panas. Ku usap Layar Ponselku mengubungi Adrian Pacarku untuk datang ke Klub Malam ini. Usai mengirim teks pesan, ku lanjutkan predikat ku sebagai Ratu Tari malam ini.
Meskipun menyenangkan, tapi menari dengan waktu yang cukup lama membuat tubuhku capek. Aku menarik diri dari keramaian orang yang sedang menari lalu duduk di kursi sambil meneguk Alkohol di atas meja. Setelah menunggu lama, akhirnya Adrian datang menghampiriku yang sedang minum Alkohol.
Sebenarnya alasan aku berpacaran dengan adrian karena ia adalah orang Humoris yang mampu menepis rasa jenuh dalam kehidupanku. Dia selalu ada bersamaku menemani masa-masa sulit karena keluarga ku.
Rumahku seperti Neraka bagiku, aku adalah anak ke dua dari Ayah dan Ibu. Aku mempunyai satu kakak dan satu adik lebih tepatnya aku adalah anak tengah dari keluarga ini. Ayah dan Ibu adalah tipe orang tua yang Perfeksionis terhadap anaknya, kakaku seperti di cuci otaknya melepaskan Fashion dia sendiri dan fokus mengurus perusahaan.
Kakaku tahun lalu menikah dengan wanita pilihannya, keduanya telah menjalin hubungan cukup lama sehingga memantapkan untuk ke Jenjang pernikahan. Syukurnya Ayah dan Ibu tidak menentang hubungan mereka karena Kakak Ipar dari keluarga kaya juga.
Aku dan Kakak Ipar tidak punya hubungan baik lebih tepatnya kami berdua saling membenci satu sama lain. melihat wajahnya saja aku sudah muak bahkan terasa mau muntah, dia selalu bersikap baik didepan orang tua kami ,tapi di belakang dia menunjukan sipat aslinya yang seperti Monster.
Keadaan keluarga sudah cukup panas di tambah lagi Kakak Ipar yang selalu mengadu domba kan aku dengan Ayah Ibu. Kakak ipar selalu mengadu dan memfitnah aku kepada Ayah dan Ibu, pada akhirnya aku yang terkena murka keluargaku.
Aku begitu menikmati malam yang indah ini, ku habiskan sebotol Alkohol hingga membuatku mabuk. Aku singkirkan stres-stress yang berkumpul di kepalaku. Adrian juga menikmati malam yang di banjiri perbuatan maksiat ini.
Aku dan Adrian saling melemparkan tawa saat sedang meneguk minuman haram itu, Adrian menuangkan minuman haram itu ke Gelas kecil yang ku pegang. Aku menuangkan Minuman Haram itu hingga memenuhi Gelasnya Adrian, kita mengangkat gelas Bersulang untuk merayakan malam ini.
Minuman Haram itu tidak terhitung berapa jumlah liter yang masuk ke dalam tubuhku, rasanya tubuh ini sulit di gerakan karena aku benar-benar sangat Mabuk. Adrian tertidur tidak berdaya di atas meja akibat minuman haram itu. Terkadang dia meracau sendiri.
Aku juga setengah sadar sesudah seberapa banyak aku minum alkohol itu. Sialnya, Adrian sama sekali tidak sadarkan diri sesudah mabuk semalaman hanya racau-racauan saja yang keluar dari bibirnya.
Terpaksa aku harus memapah Adrian untuk keluar dari Klub Malam yang masih ramai itu, berat badan dia sangat berat hingga membuat aku kewalahan. Aku seret Adrian yang masih tak sadarkan diri ke dalam mobilku.
Aku mengantar Adrian ke kos-an yang ia tinggali selama kuliah Di Jakarta. Aku Bantingkan tubuh Adrian yang tak masih sadarkan diri ke Ranjang. Dia masih belum terbangun dari Mabuknya.
Aku sangat ngantuk, aku jatuhkan tubuhku di samping Adrian yang sudah terlelap duluan, yang aku ingat dia memeluku dengan erat kala itu.
Paginya ku terbangun dan melihat aku hanya menggunakan Linggere tipis dan celana dalam saja. Aku singkirkan selimut dari tubuh Adrian, dia telanjang tidak ada sehelai kainpun menutupi tubuhnya. Aku sangat kaget, dan mengemasi barang-barang
Saat itu Adrian masih dalam keadaan tertidur.
...Bersambung..
Kali ini aku mau bawain cerita yang berat-berat aja nih, soalnya cerita yang kemarin 2 cowk dingin ceritanya ringan-ringan tentang percintaan.
kali ini aku bawa tema percintaan juga tapi lebih ke tema percintaan yang Toxic gitu, soalnya aku mau gk tahu kenapa
tinggalkn saran dan kritik yahh...