Sejenak waktu perputar sangat lama. Ini adalah ciuman bertama kali setelah hampir dua bulan menikah dan tinggal bersama. Luna tak memberotak lagi, justru seperti memberiku peluang. Aku semakin tak terkendali. Tok! Tok! Tok! “Tuan muda, Nona…Semua sudah menunggu di bawah,” suara lembut salah satu pelayan di sini. Luna melepaskan pelukanku dengan cepat. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung memasang cadarnya dan meninggalkanku yang masih seperti cacing kepanasan. Aku melempar batal di sampingku ke arah pintu, meluapkan emosi yang belum tuntas. Andai kutahu, pelayan mana yang mengganggu ritualku barusan, aku akan membuangnya ke segitiga bermuda, biar hilang! Menyebalkan, lagi-lagi aku melempar satu bantal lagi lalu menghempaskan diri, menelungkup di atas kasur. “Aaaaarrrghhh!!!!” Teria

