"Mas ...," suaranya mendayu, menghentikan langkahku. Belum sempat aku membalikkan tubuh melihatnya, Deeeghhhh ... Kedua tangan Luna sudah melingkar di pinggangku. Dia memelukku dari belakang. Aku senang sekali sampai takut untuk bernafas. "Aku juga mencintaimu, Mas ...," lirihnya dengan pipinya menempel di punggungku. Sejenak aku mematung. Telingaku seperti melebar dua kali lipat. "Ap-pa ka-kammmu sserrius, Dek?" tanyaku gagap sembari memutar tubuhku. "Yaa, Mas. Aku juga cinta kamu, apa adanya," jawab Luna masih terisak tapi binar matanya memberikanku isyarat dia sedang bersungguh-sungguh. "Ada apanya juga tak apa-apa, Dek. Penting kamu mau," godaku. "Issssh sok oke kamu memang, Mas," timpalnya manja mencubit perutku. "Auuu!! Sakit ihh! Kamu ini sering sekali cubit suam

