Luna terpaksa menelpon Aderald. “Hallo My Angel. Sesuai permintaanmu, aku tak menggubris foto itu. Terima kasih kau mempercayai cucuku dan maafkan cucuku yang lain,” ujarnya sambil terbatuk-batuk. “Kau sedang sakit Aderald?” tanya Luna khawatir. “Usia adalah pengikis kesehatan yang pasti, My Angel,” lagi-lagi Aderal batuk, kali ini lebih kencang. “Aku akan membawamu ke dokter sekarang! Kau dimana?” “Jangan khawatirkan aku My Angel. Aku sedang agak jauh dari situ. Aku ingin sedikit beristirahat. Semua pekerjaan bisniss telah aku amanahkan pada Marimar dan Gaston.” “Aku mohon. Jangan sakit, Aderald. Kau harus tetap hidup untuk menjagaku,” pinta Luna dengan suara parau. Tenggorokan Luna tercekat. Ia berusaha keras untuk tidak menangis. Namun tak bisa. Ia kalah. Luna terisak. “Maafkan

