Andai saja

1330 Words
Wirda mengantar putranya Damar ke Sekolahnya dengan menggunakan motor dan setelah itu ia segera menuju kantor tempatnya bekerja. Seperti biasanya, Wirda bekerja disebuah perusahan besar yang bergerak dibidang makanan kemasan yaitu Satyasfood dan ia saat ini menjadi skretaris direktur utama. Wirda suka dengan pekerjaan ini karena ia hanya menyusun jadwal dan mengingatkan agar direkturnya datang tepat waktu, apalagi pekerjaannya juga meliputi semua berkaitan dengan penjadwalan bahkan penandatangan berkas hingga tamu yang akan bertemu sang direktur. Untung saja Pak Direktur adalah laki-laki parubaya yang sangat sopan dan baik padanya. Ia bahkan menggapnya seperti putrinya sendiri dan itu membuat Wirda merasa nyaman. Walaupun ia bisa bekerja dengan tenang, namun tetap saja ia sering kali mengalami gangguan karena banyaknya pria yang menaruh hati padanya di kantor. Bahkan ada rekan kerjanya yang merupakan Karyawan perempuan yang juga sering kali mencari masalah dengannya dengan menyebarkan gosip yang tidak enak mengenai dirinya. Kehadiran Damar putranya yang sering ia bawa ke Kantor, membuat gosip mengenainya semakin berkembang. Damar bahkan menjadi bahan pembicaraan mengenai siapa ayahnya dan itu membuat Wirda kesal, namun ia hanya bisa menahan dirinya. Janda muda, itu yang dibicarakan teman-teman sekantornya tentang dirinya. Saat ini Wirda telah sampai di Kantor tempat ia bekerja dan seperti biasanya, ia wajah cantiknya menjadi daya tarik beberapa laki-laki yang menatap kearahnya. Wirda tersenyum kepada resepsionis dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam Lift. Wirda tahu banyak yang iri dengannya karena ketika masuk ke perusahaan ini, ia ditawari posisi sebagai Sekretaris bos besar dan juga mendapatkan gaji yang cukup besar. Lift terbuka dan ia segera melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya. Ia tersenyum saat dua orang rekan kerjanya yang telah menjadi teman akrabnya, tersenyum padanya. Wirda duduk dikursi kerjanya, ia membuka laci bagian bawah mejanya dan mengeluarkan berkas penting yang harus ia siapkan untuk diperiksa lalu meminta tanda tangan Direktur utama. "Pssttzz....Wirda," panggilnya membuat Wirda mengangkat wajahnya. "Ada apa?" Tanya Wirda. Perempuan cantik itu dengan isyarat tangannya meminta Wirda untuk mendekatinya. Wirda berdiri, ia melangkahkan kakinya mendekati perempuan itu. "Ada apa Mbak?" Tanya Wirda lagi. "Kamu tahu nggak? Katanya Pak Rizal pensiun dan yang gantiin salah satu cucu Pak Alisatyas pemilik Satyas grup," ucap Septi. "Mbak Septi tahu dari mana?" Tanya Wirda terkejut karena ia sama sekali belum diberitahu oleh Pak Rizal. "Aku tahu dari Galang, Lang..." panggil Septi. Galang yang berada dikubikelnya segera melangkahkan kakinya mendekati mereka dan ia tahu pasti kedua rekan kerjanya ini penasaran dengan apa yang tadi ia sampaikan. "Tadi yang kamu bilang Pak Rizal mau pensiun, memang benar ya Lang?" ucap Septi. "Iya, aku tadi nggak sengaja tahu dari kepala divisi periklanan lagi membahas soal pengganti Pak Rizal. Katanya sih udah kompeten banget bahkan punya perusahan sendiri yang sukses gitu. Dia mau kerja disini karena permintaan Kakeknya, katanya Pak Direktur kita yang baru itu salah satu cucup pemilik grup Satyas," ucap Galang. "Semoga dia itu direktur yang baik, awas saja kalau mata keranjang. Kalau menyebalkan aku kayaknya mengundurkan diri saja jadi skretarisnya, aku lebih memilih menjadi admin biasa saja," ucap Wirda. "Iy sih secara kamu ini kan cantik Wirda mana imut-imut menggemaskan, siapa sih yang nggak tergoda sama kamu," ucap Septi. "Aku nggak," ucap Galang membuat Septi memutar kedua bola matanya. "Jelas saja kamu nggak mau karena takut ditolak, coba kalau kamu nggak tahu Wirda nggak mau punya kekasih karena fokus ke anaknya Damar, pasti deh kamu kejar dia sampai dapat," ucap Septi. "Kayak kamu paham banget siapa aku ya," ucap Galang kesal. "Tentu saja gue paham siapa lo, dari kecil udah sama-sama mana tetanggaan siapa sih yang nggak paham sikap kamu yang Playboy cap kucing garong," ucap Septi membuat Wirda terkekeh. "Udah, untuk tahu pastinya apa bener Pak Rizal mau pensiun jadi direktur kita, kita tunggu saja kabar dari beliau!" ucap Wirda. "Kenapa kamu nggak nanya langsung Wirda? kamu kan dekat banget sama Pak Rizal udah kayak anak sama Bapak," ucap Septi. "Nggak enak, terkadang masalah kayak gini nih sensitif buat orang tua, kita kan nggak tahu alasan Pak Rizal mau pensiun Mbak," ucap Wirda. "Iya sih, bisa-bisa nanti kamu kena semprot sama Pak Rizal," ucap Septi. "Hmmm...kalau cucu pemilik Satyas grup pasti masih muda semoga cakep ya dan kita bisa cuci mata kita," ucap Septi. "Itu maunya lo, oonn...memamg mata lo itu jelalatan nggak bisa lihat yang ganteng dikit," ucap Galang membuat Wirda tersenyum. Keduanya memang sangat akrab bahkan bukan hanya tetanggan tapi juga bekerja di perusahaan yang sama. Dulu Gilang tidak bekerja disini, tapi entah mengapa ia tiba-tiba pindah kerja dan akhirnya kerja di satu perusahaan dengan Septi. "Kalau dipikir-pikir Mbak sama Mas Galang berantem terus jangan-jangan jodoh nih..." ucap Wirda. "Ogah jodoh sama dia, apa kata dunia..." ucap Septi. "Udah tiga puluh nggak usah sok cantik lo , nanti udah mentok nggak ada yang mau sama lo, lo akhirnya minta gue nikahin lo," ucap Galang. "Amit-amit..." ucap Septi. "Yaudah aku mau ngerjain berkas dulu, dari pada dengerin Mbak dan Mas berantem setiap hari," ucap Wirda. Wirda memang jauh lebih muda dari pada mereka, saat ini Wirda telah berumur dua puluh empat tahun sedangkan Septi dan Galang berumur tiga puluh tahun. Wirda mengangkat wajahnya saat melihat sosok Pak Rizal baru saja datang dan tersenyum padanya. Pak Rizal melangkahkan kakinya kedalam ruangannya membuat Wirda segera berdiri dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang kerja Pak Rizal mengikuti Pak Rizal sambil membawa berkas ditangannya. "Pagi Pak," ucap Wirda tersenyum hangat. "Pagi Wirda, semangat banget ya Wirda. Apa ada berita yang menyenangkan yang mau kamu ceritakan kepada Bapak?" Tanya Pak Rizal. "Hehehe Bapak bisa saja, tiap hari kan aku memang selalu semangat," ucap Wirda. "Hmmm ini Pak berkas yang harus segera Bapak tanda tangani!" Pinta Wirda. "Oke, kamu duduk dulu Wirda ada yang mau Bapak sampaikan kepada kamu," ucap Pak Rizal. "Iya Pak," ucap Wirda tersenyum dan ia segera duduk dihadapan Pak Rizal. Pak Rizal menatap Wirda dengan sendu. "Hampir satu tahun kamu bekerja dengan Bapak menjadi skretaris Bapak yang sangat cekatan," ucap Pak Rizal. "Iya Pak, saya bersyukur bisa menjadi Skretaris Bapak karena banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dengan bekerja bersama Bapak," ucap Wirda. "Bapak akan berhenti bekerja nak Wirda, Bapak akan pensiun," ucap Pak Rizal. "Bapak sudah tua dan anak-anak Bapak juga sudah protes bahkan bos besar juga sudah bilang kalau Bapak saat ini harusnya menikmati masa tua. Alhamdulilah Pak Ali Satyas mempercayakan pengganti Bapak dengan orang yang sangat berkompeten," jelas Pak Rizal. "Apa saya mengundurkan diri saja Pak jadi Sekretaris, saya bisa kerja didivisi lain misalnya Pak," ucap Wirda. Ia merupakan Karyawan baru dan baru bekerja kurang lebih satu tahun. Ia tak ingin mendapatkan masalah dengan bos yang baru yang belum tentu menyukai pekerjaannya, apalagi ia seorang yang dikira Janda. Ya dibilang janda, tapi ia masih terikat perkawinan namun memang selama lima tahun ini ia tidak bertemu dengan laki-laki yang merupakan suaminya itu. "Kamu orang yang kompeten Wirda, kamu pasti sanggup jadi Sekretaris Direktur yang baru, Bapak juga sudah merekomendasikan kamu sebagai Sekretarisnya disini. Beliau menangani banyak perusahaannya dan disetiap perusahan ada asisten pribadinya atau skretarisnya yang membantunya menangani segala urusannya. "Iya Pak..." ucap Wirda. "Lagian ini Direktur baru masih mudah dan ganteng, cocok loh sama kamu tapi dia kayaknya sudah menikah jadi kamu jangan mau kalau dijadikan istri kedua apalagi simpanan!" Nasehat Pak Rizal. "Siap Pak, saya pernah mengalami kesalahan saat masih muda dan kali ini saya tidak mau lagi mengulangi kesalahan lagi Pak, apalagi menjadi perempuan yang merebut semua orang. Rumah tangga saya sudah hancur sekarang saya fokus sama anak," ucap Wirda membuat Pak Rizal tersenyum. "Iya nak, Bapak doakan semoga kamus segera menemukan kebahagiaanmu ya Nak!" Ucap Pak Rizal membuat Wirda terharu. Andai saja Papinya memiliki sifat penyayang seperti Pak Rizal, mungkin ia akan sangat bahagia. Indra Wiyasa seorang Ayah yang tega menyakiti hati anak-anaknya, istrinya bahkan ibunya Oma Mentari. Oma tersayangnya yang saat ini telah meninggal dunia dan jika Wirda mengingat apa yang pernah dilakukan sang Papi membuat Wirda sangat sedih. Papinya seolah memanfaatkannya dan juga memanfaatkan Kakak perempuannya Aruna demi kepentingannya. Bahkan pernikahaannya saja juga adalah andil dari Papinya karena laki-laki kejam itu telah memgambil keuntungan atas pernikahaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD