9. Little Pony

2227 Words
"Kita harus tolongin Mas El!" Cleo kembali berseru usai mendengar apa kata Arion tadi. Kini ia jadi panik. Membayangkan atasan divisinya itu akan ditemukan dalam keadaan mayat serupa jenglot keesokan harinya membuat sekujur tubuh Cleo merinding. Ia tidak mau ada orang yang di sekitarnya menjadi korban. Tetapi, Arion justru terlihat biasa saja dan tidak bergerak. Lelaki itu hanya menatap ke depan, tidak menunjukkan pergerakan untuk menolong sama sekali. Cleo sampai mengguncang-guncang lengan Arion untuk membuatnya bereaksi. "Kamu nggak mungkin mau biarin Mas El dibawa vampire itu dan jadi korbannya, kan?!" Arion berdecak. "Saya nggak mau ikut campur," katanya singkat. "Yang benar aja?! Mas El itu karyawan di kantor kamu. Masa kamu setega itu sih?!" "Kamu tau kan kalau hubungan werewolf dan vampire itu nggak baik? Kalau saya sampai ngelawan vampire itu, sama aja kayak saya nantangin dia, yang mana bisa bikin masalah baru. Kawanan mereka ada banyak, sementara saya cuma sendiri. Belum lagi kalau saya pakai kekuatan saya untuk melawan vampire itu, sama aja kayak saya buka identitas yang selama ini susah payah sembunyikan!" "Tapi masa kamu mau diem aja? Kalau saya yang ada di posisi Mas El, kamu juga bakal diem gini? Demi nutupin identitas kamu? Egois banget." Cleo tahu, dia sudah membuat Arion kesal bukan kepalang. Mungkin yang dikatakan oleh Arion memang benar, menolong Eldrian sama saja dengan mengundang bahaya bagi mereka. Untuk alasan yang belum Cleo ketahui, Arion dan Kenzie memang sebisa mungkin menyembunyikan identitas mereka sebagai werewolf. Sebab mereka tidak ingin keberadaan mereka diketahui oleh para werewolf yang lain. Bisa berbahaya jika keberadaan mereka diketahui, katanya. Cleo sendiri tidak paham, dan ia belum sempat menanyakan itu pada Arion. Tapi terlepas dari itu semua, Cleo juga tidak bisa membiarkan Eldrian dibawa begitu saja oleh si vampire. Meskipun dia belum terlalu akrab dengan Eldrian, namun rasa bersalah pasti akan menggerogotinya seumur hidup jika ia diam saja di saat tahu Eldrian akan kehilangan nyawa. "Yaudah, kalau kamu nggak mau nolongin Mas El, biar aku aja!" Arion tidak menduga Cleo akan bilang begitu. Sama, Cleo sendiri juga tidak menduga ia akan bilang begitu, di saat belum lama tadi dirinya ketakutan setengah mati karena bertatapan dengan sepasang mata merah wanita vampire itu. Insting untuk menyelamatkan Eldrian membuat Cleo mendapat keberanian entah dari mana. Lalu tanpa berpikir dua kali, Cleo berlari ke arah mereka yang sudah masuk ke dalam mobil. "Cleo!" Arion berteriak memanggilnya. Antara kaget sekaligus marah. Cleo tidak mengindahkan dan terus berlari kencang. Tidak ingin membiarkan mobil itu pergi membawa Eldrian. Namun, tidak peduli sekencang apa Cleo berlari karena dulu ia sering menjuarai lomba lari, tetap saja mudah bagi Arion untuk menyusulnya. Arion mencekal pergelangan tangan Cleo, bertepatan dengan mesin mobil itu yang menyala. Cleo mengenali mobil putih itu sebagai mobil Eldrian, dan menduga bahwa wanita vampire itu juga ingin membawa lari mobilnya. "Lepasin! Liat tuh, Mas El udah mau dibawa pergi!" "Kamu tunggu di sini!" tegas Arion. "Biar saya yang bawa dia pergi. Kalau nanti dia sudah keluar dari mobil, kamu bawa Eldrian ke tempat ramai. Bisa nyetir, kan?" "Bisa," jawab Cleo cepat. "Tapi kamu gimana?" Arion tidak menjawab. Lelaki itu keburu mengejar mobil itu yang sudah berjalan perlahan. Cleo hanya bisa membelalak dan menganga melihat bagaimana tidak lama kemudian, Arion berhasil menghentikan mobil itu hanya dengan menahannya menggunakan kedua tangan kosong. Untung saja area parkir itu memang sepi sehingga tidak ada yang melihat. Kalau sampai ada orang lain yang melihat ini, bisa-bisa Arion akan jadi viral dalam sekejap. Mobil itu berhasil dihentikan Arion. Cleo pun dibuat menganga lagi melihat bagian mobil yang tadi dicengkeram oleh Arion jadi penyok. Kemudian, Arion membuka pintu mobil pada bagian pengemudi, dan ia menarik keluar wanita vampire itu lewat lehernya. Mata wanita itu kembali berkilat merah, dan gigi taringnya yang panjang pun keluar. Cleo jadi mematung di tempat. Entah karena ia ngeri melihat wujud asli wanita vampire itu, atau karena ini adalah kali pertama Cleo melihat Arion yang berubah jadi begitu ganas. Arion benar-benar tidak memberi kesempatan bagi wanita itu untuk melawannya karena tubuhnya yang dia kunci. Dan terlihat sekali, Arion sepertinya jauh lebih kuat, sehingga mampu membuat wanita itu tidak berkutik. Di samping area parkir ini, ada sebuah bangunan tidak selesai yang terbengkalai. Arion membawa wanita itu ke sana, hingga akhirnya mereka tidak terlihat lagi dalam pandangan Cleo. Selama beberapa detik, Cleo masih mematung di tempat. Ia masih shock atas apa yang baru saja terjadi, sekaligus juga khawatir. Arion gimana? Dia nggak akan kenapa-napa, kan? Gimana kalau ternyata ada vampire lain? Beragam pertanyaan memenuhi kepala Cleo. Kedua tangannya pun sudah keringat dingin dan gemetaran. Tapi akhirnya Cleo sadar bahwa ia tidak bisa diam saja. Menuruti perintah Arion tadi, Cleo berlari menuju mobil Eldrian yang pintu bagian pengemudinya masih terbuka. Dilihatnya Eldrian yang ternyata sudah tidak sadarkan diri di kursi penumpang depan. Cleo meringis melihatnya dan dalam hati berjanji bahwa besok, dia akan memperingatkan Eldrian untuk berhenti bermain aplikasi online dating supaya hal semacam ini tidak terjadi lagi. Sebelum membawa Eldrian pergi dari sana, sekali lagi Cleo menoleh ke arah bangunan terbengkalai itu. Semoga Arion nggak apa-apa, adalah harapnya dalam hati. *** Sesuai perintah Arion, Cleo membawa Eldrian ke tempatr ramai. Ia menghentikan mobil di pinggir jalan yang padat, persisnya lagi di depan sebuah warung kopi yang ramai pengunjung. Dengan begitu, mustahil akan ada vampire yang berani menyerang mereka. Berbeda dengan di restoran tadi yang memang terbilang private sehingga kondisinya cukup sepi. Dua puluh menit sudah menunggu di sana, Arion tak kunjung juga menunjukkan batang hidung atau memberi kabar. Cleo sendiri sudah mengirimkan lokasinya kepada Arion agar lelaki itu tahu kemana harus mencarinya setelah selesai berurusan dengan vampire itu. Cleo jadi gusar. Ia betul-betul takut akan terjadi sesuatu yang membahayakan pada Arion. Karena itu, Cleo jadi mempertanyakan apakah keputusannya memaksa Arion untuk menolong Eldrian sudah benar atau malah akan menimbulkan masalah besar. Walau kelihatannya Arion jauh lebih kuat dari wanita vampire itu, tapi seperti yang Arion bilang, bisa saja kawanannya datang untuk membantu. Kalau sudah begitu, Arion yang sendirian jelas akan kalah. Cleo sudah mencoba menghubungi Kenzie beberapa kali, namun semua panggilan teleponnya tidak dijawab. Pesan-pesan Cleo pun tidak dibaca. Entah apa urusan Kenzie dengan Binar saat ini sehingga lelaki itu jadi sangat sibuk. Cleo hanya bisa berharap urusannya bisa segera selesai dan Kenzie bisa menolong Arion. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Arion, Cleo pasti akan menyalahkan dirinya sendiri. Cleo yang sedang menggigiti kuku karena rasa paniknya spontan menoleh saat mendengar Eldrian mengerang. Ketua divisinya itu menggeliat, lalu memegangi kepala. Sepertinya pusing bukan main. Entah apa yang telah diberikan vampire itu pada Eldrian hingga bisa membuatnya teler berat. Perlahan, kedua mata Eldrian terbuka. Tatapannya langsung tertuju pada Cleo dan ia pun spontan mengernyit. Sementara Cleo hanya bisa tersenyum meringis dan melambaikan tangan canggung pada lelaki itu. "Cle--Cleo? Kamu...Cleo, kan?" "Iya. Hai Mas El." Cleo menyapa. "Kok...kamu di sini?" Aduh, Cleo bingung bukan main. Jelas saja Eldrian kaget karena tiba-tiba Cleo ada di hadapannya begini. Padahal, sebelumnya lelaki itu kan kencan dengan wanita yang ditemuinya dari aplikasi online dating. Cleo harus bilang apa? Nggak mungkin kan dia bilang ke Eldrian kalau dia hampir tewas di tangan vampire? Yang ada Cleo dikira gila duluan. "Saya tau Mas El pasti bingung banget karena saya ada di sini. Kesannya creepy banget ya? Tapi berani sumpah, saya nggak ada ngelakuin hal buruk kok! Saya di sini cuma mau nolongin Mas El aja," cerocos Cleo dalam satu tarikan napas. "No...longin saya?" "Iya! Tadi saya nggak sengaja ketemu Mas El di restoran. Terus Mas El sama cewek which was your date. Terus...terus...cewek itu...jahat! Iya jahat!" "Jahat?" "Dia yang bikin Mas El mabok! Pusing banget kan ya kepala El Mas sekarang? Soalnya Mas El dibikin teler berat sama dia!" "Kok...gitu..sih? Padahal...dia cantik...banget..." Cleo meringis. Nggak tau aja dia kalau darahnya hampir disedot abis sama vampire. "Dia mau ngerampok Mas El!" ceplos Cleo asal. "Andai tadi saya nggak liat terus nggak manggil security, barang-barang berharga Mas El termasuk mobil ini pasti udah dibawa sama dia!" Eldrian diam dan hanya menatap kosong ke depan. Entah dia percaya perkataan Cleo atau tidak, atau Eldrian juga mungkin belum sepenuhnya sadar karena masih teler. Cleo hanya bisa memandangi Eldrian dan menunggu lelaki itu bereaksi. Hingga tidak lama kemudian, Eldriant tiba-tiba saja menangis seperti anak kecil. "Huhuhu hampir dirampok huhuhu aku salah apa? Huhuhu." Cleo betul-betul nggak tahu harus apa dan dia hanya bisa bengong melihat Eldrian yang begitu karena efek telernya. Dan ia sukses dibuat lebih bengong lagi ketika Eldrian menoleh padanya, lalu tanpa aba-aba maju untuk memeluk. "Huhuhu kenapa aku sial banget? Huhuhu padahal aku cuma mau cari pacar huhuhu apa kamu aja yang jadi pacar aku ya, Cleo? Huhuhu tapi pasti kamu nggak mau ya huhuhu aku emang nggak laku huhuhu." Cleo mematung. Dia tidak membalas pelukan Eldrian, tapi juga tidak tega untuk mendorongnya menjauh. Kasihan. Lebih kasihan lagi karena Cleo tahu kalau Eldrian nyaris tewas malam ini. Akhirnya, yang bisa dilakukan Cleo hanya lah pukpuk pundaknya Eldrian. "Sabar ya, Mas...yang penting malem ini Mas El masih hidup." "Huhuhu emang harusnya aku mati?" "Nggak gitu sih tapi--" Cleo tidak sempat melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba ada ketukan keras di kaca mobil. Ia tersentak kaget karena takut yang mengetuk itu kawanan vampire wanita itu. Tapi begitu menoleh ke belakang untuk melihat siapa pelakunya, Cleo spontan mendorong keras Eldrian untuk menjauh, sampai-sampai kepala lelaki itu membentur kaca. "Huhuhu sakit." Cleo cuma bisa bilang maaf dalam hati. Ia spontan mendorong Eldrian seperti tadi karena Arion lah yang mengetuk kaca mobil. Rasanya Cleo seperti ketahuan selingkuh. Padahal ya selingkuh apanya?! "Gimana? Kamu nggak apa-apa?" Tanya Cleo setelah dia keluar dari mobil. Dilihatnya keadaan Arion yang bisa dibilang lebih berantakan dari sebelumnya. Kemejanya sudah sepenuhnya keluar dari celana, ada sobekan di lengan kemeja itu, dan dua kancing teratasnya juga hilang entah kemana. Rambut Arion pun sudah tidak tertata rapi lagi hingga sebagian menutupi kening. Tapi selain itu, sepertinya keadaan Arion baik-baik saja. Arion tidak menjawab pertanyaan Cleo tadi. Ia justru meraih lengan Cleo dan menariknya menjauh dari mobil Eldrian. "Kita pulang sekarang. Setelah kejadian tadi, bisa bahaya kalau kita terlalu lama ada di luar," ujar Arion datar. "Vampire tadi gimana?" "Mati." Jawaban Arion yang singkat, padat, dan jelas itu sukses membuat Cleo tertegun sesaat. "Kamu yang bunuh?" tanyanya kemudian. Arion berdecak. "Siapa lagi? Kamu yang suruh saya untuk bertindak." "Oh...oke." Arion kembali menarik Cleo untuk mengajaknya masuk ke dalam mobilnya yang sudah terparkir tidak jauh dari mobil Eldrian. Mengingat Eldrian masih ada di dalam mobil, Cleo pun menghentikan langkah. "Mas El gimana? Masa ditinggalin gitu aja? Bisa-bisa dia diincer sama yang lain lagi." "Biar saya yang urus dia, Cleo. Kamu pulang sekarang sama Arion." "Kenzie?!" Cleo kaget melihat Kenzie yang tiba-tiba keluar dari mobil Arion dan berjalan ke arahnya. "Kamu kok bisa sama Arion? Padahal aku tadi telepon sama chat kamu nggak direspon." Kenzie tersenyum. "Saya nggak perlu itu untuk tau Arion dalam bahaya." "Ah iya, insting kamu pasti kuat jadi bisa tau sendiri." "Betul." Kenzie mengangguk. "Sekarang kamu pulang ya sama Arion? Benar kata Arion tadi, bisa bahaya kalau kalian terlalu lama di luar." Pada Kenzie, dengan mudahnya Cleo menyunggingkan senyum manis. "Okay. Please anterin Mas El dengan selamat sampai ke rumahnya." "Pasti. Kamu tenang aja." "See you at home, Kenz." "See you, Cle." Decakan Arion kembali terdengar. Di saat Cleo belum selesai melambaikan tangan untuk berpamitan pada Kenzie, Arion sudah terlebih dahulu menariknya menuju mobil. Cleo memilih tidak protes dan menurut saja. Meski tidak tahu bagaimana caranya Arion mengalahkan vampire itu tadi, tapi Cleo yakin kalau energi Arion pasti terkuras sekali. Yang bisa dilakukan oleh Cleo adalah tidak membuat Arion semakin lelah dan menghindari perdebatan dengannya. Arion tidak bicara lagi hingga mereka berada di dalam mobil dan mobil itu melaju menuju rumah. Jika dipikir-pikir lagi, setelah memaksa Arion untuk menolong Eldrian hingga Arion harus bertarung dengan vampire tadi membuat Cleo jadi merasa tidak enak. Belum lagi, ia juga sempat mengatakan Arion egois. Karena itu, Cleo pun jadi segan untuk memulai obrolan. Cleo hanya sesekali melirik pada Arion yang menyetir di sampingnya. Ketika mereka melewati jalanan yang pencahayaannya cukup terang, Cleo pun menyadari ada sebuah luka lecet di rahang Arion. Tanpa bilang apa-apa, Cleo mencari stok plester luka yang selalu dia bawa di dalam tasnya. Begitu menemukan plester yang ternyata bermotif Little Pony itu, Cleo otomatis menahan senyum geli. Ini plesternya terlalu gemes buat Arion. Tapi kapan lagi kan liat cowok sesangar Arion pakai plester luka Little Pony? Cleo melepas kertas pembungkus plester itu, lalu masih dengan tidak bilang apa-apa, juga tanpa minta izin, ia menempelkan plester berwarna merah muda yang sangat imut itu pada luka lecet di rahang Arion. Arion kaget dan langsung mendelik pada Cleo. Tapi sebelum lelaki itu sempat marah-marah, Cleo mendahuluinya. "Rahang kamu lecet, makanya saya kasih plester luka," katanya. "Hitung-hitung sebagai permintaan maaf saya juga karena tadi udah ngomongin kamu egois." Arion tidak menjawab. "Oh ya, makasih juga ya, Arion...karena malam ini kamu udah jadi baik." Arion melengos. "Yah...seenggaknya, di mata saya sekarang, kamu jadi nggak terkesan sejahat itu lagi." Dan masih tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibir Arion sebagai balasan. Tapi tidak apa-apa, Cleo juga tidak butuh Arion untuk menjawab. Melihat Arion tidak melepas plester darinya saja sudah cukup. Cleo pun tersenyum sendiri melihat plester luka bermotif Little Pony itu di rahang Arion. Sampai akhirnya... "Kamu harus langsung mandi pas sampe di rumah nanti. Bau kamu nggak enak." Senyum Cleo langsung hilang digantikan oleh rengutan. Emang dasar nggak bisa dipuji! Arion brengsekkkkkk.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD