(2) Story

1610 Words
Swuuushh... Usai gempa berakhir, tiba-tiba kabut putih menyelimuti ruangan. Menutupi pandangan mereka dari apapun yang ada di sekitar. Membuat semuanya menjadi putih seperti berada di dalam gumpalan kapas. “Whoa! Apa lagi ini?!” Teriak Holly panik. Rasa-rasanya Holly bisa terkena serangan jantung jika seperti ini terus. Hal-hal mengejutkan terus saja terjadi tanpa bisa ia cegah. “Semuanya, kalian baik-baik saja?” Itu suara Rega yang terdengar tidak jauh dari keberadaan Holly. Tanpa sadar gadis itu mengangguk, tapi kemudian dia ingat kalau kabut putih membuat Rega tidak bisa melihatnya. “Ya, aku di sini baik-baik saja. Kurasa.” “Kupikir aku tidak apa-apa,” dari tempatnya Lavender ikut menjawab.  Disusul oleh Tom yang ikut-ikutan menyahut, “Entahlah. Aku tidak bisa melihat apapun. Setelah mendengar jawaban teman-temannya Rega bernapas lega. Setidaknya mereka tidak terluka mengingat banyak sekali kaca pecah yang berserakan di lantai. “Diam di tempat masing-masing, bahaya jika bergerak.” Baru saja Rega berkata seperti itu, sayangnya sebuah angin tiba-tiba bertiup entah dari mana. Padahal ini ruangan yang tertutup, rasanya jadi aneh karena angin bisa berhembus sangat kencang. Wush... Hal ini membuat mereka menutupi wajah dengan tangan secara refleks, melindungi diri dari terjangan angin. Meski begitu, tiupan angin ini berhasil menghilangkan kabut sedikit demi sedikit. Menyadari bahwa penglihatan mereka bisa kembali digunakan, keempat remaja tersebut pun bernapas lega. Kala itu, mata mereka langsung mendapati seorang pria sedang berdiri sambil tersenyum ke arah mereka. Rambutnya sudah mulai memutih dipenuhi uban. Kumisnya yang cukup tebal juga sudah beruban. Perlahan pria itu mendekati mereka berempat. “Ehem. Anak-anak!” Ujarnya, sukses membuat keempat remaja itu tersentak kaget melihat pria tersebut, sebab sebelumnya mereka tidak menyadari keberadaannya. “Siapa kau?!” Tanya Tom dengan sorot mata penuh kecurigaan. Si pria sempat tersenyum masam karena merasa dicurigai, tapi kemudian dia kembali tersenyum lebar.  “Jangan takut! Aku tidak jahat,” katanya seraya berhenti melangkah, “Akulah yang membawa kalian ke sini. Aku seorang profesor, namaku Peter.” Lavender mengerutkan dahinya, tatapan matanya sangat tajam memandang si pria. Terlihat tidak percaya, “Benarkah?” “Tentu saja!” Jawab Peter sambil mengangguk yakin. “Lalu. Untuk apa Anda membawa kami ke sini?” kali ini Rega yang bertanya, mewakili ketiga temannya yang merasa sama penasarannya dengan keberadaan mereka di sana. “Dan dengan cara apa?” Holly menambahkan. Pria bernama Peter itu tersenyum. Itulah pertanyaan yang paling dia tunggu-tunggu. “Hm... kemarilah! Aku harus menceritakannya dari awal,” perintah Peter. Tanpa banyak bertanya mereka berempat menuruti perintah Peter. Keempatnya mengikuti langkah pria itu menuju sebuah pintu yang berada di sisi kanan ruangan. Setelah membuka pintu tersebut, Peter mempersilahkan mereka masuk. Dan sesi penjelasan pun dimulai. Begitu keempat remaja itu duduk tenang di sofa, Peter berdeham sebentar, lalu mulai bercerita. “Jauh sebelum kalian lahir. Dunia ini telah dikutuk oleh raja kegelapan, Dark Demon. Dia membuat seluruh negeri ini berperang. Pertumpahan darah terjadi di mana-mana. Setiap menit, berpuluh orang tewas. Kegelapan menyelimuti hati semua orang.” Tak satupun dari empat remaja yang ada di sana memotong cerita Peter. Mereka duduk tenang mendengarkan, menyimaknya dengan seksama. “Tapi seorang penyihir muda mampu mematahkan kutukannya dan mengalahkan Si Raja Kegelapan. Dialah sang penyihir terkuat, sehingga dijuluki Sang Dewa Perdamaian,” lanjut Peter sambil menatap empat remaja di hadapannya satu per satu. Tiba-tiba, Rega si pemuda berambut hitam itu mengangkat tangan, menghentikan cerita Peter. “Tunggu, Profesor! Anda bilang penyihir? Bukankah penyihir itu hanya dongeng belaka?” tanyanya seolah cerita Peter hanyalah bualan tidak berfaedah. Terlebih lagi, ketiga temannya yang lain mengangguk membenarkan. Peter menghela napas, “Kau salah besar jika menyimpulkan penyihir itu tidak ada. Penyihir itu sebenarnya ada, anak muda. Mereka menyamar menjadi manusia biasa di dunia ini. Mungkin aku salah satunya,” jawab Peter. Sontak keempatnya menaikkan alis dengan kompak. Dari ekspresi itu Peter menyimpulkan bahwa mereka tidak percaya. “Kenapa? Tidak percaya?” Peter mulai jengah karena terus ditatap aneh oleh empat orang remaja di hadapannya. Seolah-olah, Peter adalah pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri. “Jika tidak ada bukti, kami tidak bisa percaya,” ujar Lavender. Seketika Peter tersenyum miring. Dia jadi merasa tertantang sekarang. Maka kemudian dia mengangguk setuju seraya merapalkan mantra, lalu mengarahkan telunjuknya ke arah lukisan di dinding. “Kinisiva.” Lukisan di dinding itupun bergetar, kemudian melayang dan terbang  ke arah mereka berempat mengikuti instruksi telunjuk Peter. Hingga lukisannya berhenti dengan sendirinya saat Peter tak lagi menggerakkan telunjuknya. Sontak keempat remaja itu menganga tak percaya. Ilmu sihir yang mereka yakini hanya mitos, ternyata benar-benar ada. Ini sulit dipercaya. Tapi mereka tidak menyangkal kalau hal yang barusan mereka lihat sangat menarik. “Luar biasa!” Seru Tom dengan mata berbinar-binar. Sedangkan Rega, Lavender, dan Holly bertepuk tangan. “Kalian puas?” Peter bertanya memastikan. Mereka berempat mengangguk, membuat Peter merasa puas karena ia berhasil membuktikannya dan membuat mereka mempercayainya. Itu adalah kemajuan yang cukup pesat. Peter berdeham, “Uhm, jadi, bisakah aku melanjutkan ceritanya?” tanyanya yang langsung diangguki oleh mereka berempat. “Penyihir terkuat itu adalah Lord Hugeman. Setelah Raja Kegelapan dikalahkan olehnya, banyak penyihir hitam yang ingin merebut kekuatan Lord Hugeman. Tapi dengan mudah dia mengalahkan penyihir-penyihir itu. Sampai akhirnya para penyihir hitampun menyerah. Bumi benar-benar damai di bawah perlindungan Hugeman.” Peter berhenti, ia memandang langit biru melalui jendela, menerawang kejadian yang telah lalu. Sementara itu, baik Rega, Lavender, Tom, maupun Holly menunggu Peter melanjutkan ceritanya dengan tidak sabar. “Lalu?” “Tapi tentunya Lord Hugeman semakin menua seiring berjalannya waktu. Dan tubuhnya tak mampu lagi menampung kekuatan besar yang dia miliki. Sebelum Lord Hugeman mati, ia memecah kekuatannya menjadi empat bagian dan menyegelnya di tempat yang sangat tersembunyi,” lanjutnya. Menceritakan ini membuat Peter merasa sesak, ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Setelahnya, barulah dia kembali bercerita. “Kekuatan itu berupa kristal-kristal yang mempunyai cahaya sangat terang. Kristal yang memiliki aura magis begitu besar. Tak lama setelah menyembunyikan kekuatannya, Lord Hugeman meninggal. Tapi sebelum itu dia sempat menulis ramalannya dalam sebuah buku harian. Dia menyembunyikan buku itu dalam sebuah ruangan bawah tanah bersama prasasti-prasasti bersejarah, juga buku-buku yang menceritakan kejadian di masa lalu.” Peter menghentikan ceritanya karena suara cempreng Holly menginterupsi . Dengan wajah polosnya yang menggemaskan, dia memandang Peter dengan raut penuh tanda tanya, “Ramalan apa Profesor?” “Ramalan itu berisi tentang munculnya keturunan Dark Demon yang berhasil menemukan keempat kristal kekuatannya,” jawab Peter, membuat mereka berempat tercekat. Tak menyangka akhirnya akan semenyedihkan itu. “Tapi tenang saja. Hal itu dapat dicegah apabila empat anak utusan Lord Hugeman menjaga keempat kristal tersebut.” Beritahu Peter sambil tersenyum lebar. Mungkin senang karena mendapati akhir cerita yang berbeda. “Siapa keturunan Dark Demon yang diramalkan itu? Apa tujuan dia mengambil kekuatan kristal? Dan mengapa yang bisa mencegahnya hanya empat anak utusan Lord Hugeman?” tanya Rega bertubi-tubi. Sukses membuat semua orang yang ada di sana menganga tak percaya. Peter yang awalnya terkejut diberi pertanyaan sebanyak itu, kini tersenyum lebar sembari memandang Rega. “Sepertinya kau anak yang jenius,” pujinya. “Baiklah, aku akan menjelaskannya.” Sambil memperhatikam wajah-wajah di depannya, Peter pun mulai menjawab pertanyaan Rega satu per satu. “Menurut informasi yang pernah k****a, keturunan Dark Demon yang di ramalkan adalah Warlock Berzelius. Tentang siapa itu Warlock, kalian akan mengetahuinya nanti.” Pertanyaan pertama telah terjawab, dan sepertinya semuanya mengerti. Itu membuat Peter tidak segan-segan untuk menjawab pertanyaan kedua. “Tujuan Warlock atau keturunan Dark Demon, tentunya dia ingin memiliki keempat kristal. Itu akan dia gunakam untuk meningkatkan kekuatannya sehingga dia bisa menguasai dunia. Percayalah, jika dunia berada di bawah kekuasaannya, kalian tidak akan menemui kata perdamaian. Yang ada mungkin hanya penderitaan, itu menurutku. Kenyataannya bisa saja lebih buruk dari itu.” Tampaknya, keempat remaja tersebut juga mengerti. Tidak ada satupun diantara mereka yang menyela dengan pertanyaan baru. Itu bagus, Peter bisa melanjutkan ke pertanyaan terakhir. “Sedangkan alasan kenapa hanya anak utusan Lord Hugeman yang bisa mengalahkannya, itu karena mereka mewarisi kekuatan Lord Hugeman. Jadi, apabila kekuatan mereka berempat digabungkan, mereka bisa mengalahkan Warlock. Begitu. Apa kalian mengerti?” Lavender menggumam pelan tanda sudah mengerti, Holly si gadis blonde mengangguk meskipun sedikit ragu, lain halnya dengan Tom yang menggaruk-garuk kepalanya tampak pusing, berbeda dengan Rega yang hanya terdiam tak bersuara. Meskipun reaksinya berbeda-beda, akan tetapi tak ada satupun di antara mereka berempat yang bertanya. Bukankah itu berarti mereka sudah mengerti? Jadi, Peter tak perlu repot-repot untuk menjelaskan ulang 'kan? Yeah, Peter akan menganggap mereka semua sudah paham. Itu akan mempermudah pekerjaannya. “Aku sebenarnya sedikit tidak mengerti dengan yang Anda katakan. Tapi, itu cerita yang menarik,” komentar Tom dengan wajah polosnya. Membuat Peter mau tak mau menghela napas lelah, lalu tersenyum masam.   =»«=   Setelah perbincangan tadi, Peter mengajak mereka berempat menuju sebuah ruangan rahasia yang tersembunyi di dalam kastil. Awalnya mereka semua menolak dan memohon untuk diantarkan pulang. Namun, setelah dibujuk dengan kata 'makanan gratis' usai mengunjungi ruang rahasia, akhirnya mereka mau. “Te-tempat apa ini?” Holly tampak gelisah saat mereka memasuki sebuah lorong yang hanya diterangi oleh lilin-lilin yang menempel di sepanjang dinding. “Tenanglah, ikuti saja aku,” ucap Peter dengan nada meyakinkan, membuat keempat remaja tersebut mau tak mau harus mempercayainya. Hingga akhirnya langkah Peter berhenti di depan sebuah pintu yang sangat besar. Sebuah pintu yang terlihat seperti sedang menyembunyikan hal-hal aneh di baliknya. Dalam hati mereka semua menerka-nerka tentang apa yang sebenarnya ada di balik pintu itu. Terlebih lagi ukiran aneh yang ada di permukaan pintunya, hal tersebut membuatnya menjadi semakin misterius. “Entah kenapa udara di tempat ini jadi semakin berat,” bisik Tom pada Rega yang kebetulan berada di sampingnya. Rega hanya mengedikkan bahunya, lalu memperhatikan Peter yang sedang berjalan mendekati pintu. Dari mulutnya, dia mulai menggumamkan kalimat aneh yang Rega duga adalah sebuah mantra. Jika ditebak, sepertinya itu mantra untuk membuka pintu. Karena berikutnya pintu sudah terbuka dengan sendirinya, seolah sedang mempersilahkan mereka semua untuk masuk. Setelah pintu terbuka seutuhnya, akhirnya mereka bisa melihat hal yang ada di balik pintu itu. Ternyata yang ada di baliknya adalah sebuah lorong. Sebuah lorong gelap yang seakan-akan tidak memiliki akhir. Refleks, mereka berempat meneguk ludah dengan susah payah. Aura menyeramkan langsung menyerbu, membuat bulu kuduk merinding. Meskipun sebagian dari mereka ada yang tidak mempercayai hal-hal gaib seperti hantu, tapi tetap saja. Aura di tempat ini membuat perasaan menjadi tidak nyaman. “Apakah... ki-kita harus memasuki lorong itu, Profesor?” Tanya Holly panik. Dari wajahnya yang mulai memucat, dia terlihat sangat ketakutan. “Tentu saja! Ini adalah labirin menuju ruang rahasia.”   =»«=    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD