13

1000 Words
“Ya sudah, kalian nikmati saja kebersamaan kalian, untuk baju-bajunya Sasya, nanti akan diantar sama sopir dan bibi ke sini, untuk sementara waktu bibi tinggal di sini untuk bantu-bantu kalian sampai kalian menemukan pembantu lain,” ucap Kakek Sulaiman. “Tidak perlu Kek, biar Sasya sendiri yang akan mengurus rumah, untuk makan kan Sasya bisa order, gitu juga dengan cuci baju, Sasya bisa bawa ke tukang cuci,” jawab Sasya membuat Haikal kagum karna Sasya suka bersih-bersih rumah. Tapi berbeda dengan kakek Sulaiman, dia malah merasa aneh karna tumben-tumbenan Sasya bilang mau bersih-bersih rumah, sedangkan dulu dia tidak pernah melihat Sasya pegang sapu, jangankan untuk membersihkan rumah sebesar ini, merapikan kamarnya sendiri butuh bantuan orang lain, jika tak ada bibi mungkin kamarnya akan jadi sarang kecoak. “Kamu yakin Sasya?” tanya kakek Sulaiman ragu. “Tentu dong kek, kan Sasya mau mandiri,” jawabnya penuh percaya diri. “Tidak apa-apa Kek, nanti kami bisa bekerja sama, biar saya ajari Sasya untuk bersih-bersih,” jawab Haikal sambil tersenyum. ‘Bukan ajari kali, tapi memang nanti akan jadi urusan lu semua!’ batin Sasya tertawa mengejek dalam hatinya. “Syukurlah, kakek juga berharap kalian bisa bekerja sama dalam semua hal, supaya kalian cepat mengenal karakter di antara kalian satu sama lain dan kalian jadi makin langgeng,” ucap Kakek dengan lega. “Ya sudah, kakek pulang dulu, mungkin kalian mau istirahat juga, oh ya, nanti sore mobil untuk kalian datang, mobil ini nanti akan dijemput sama sopir,” lanjut kakek lagi. “Apa? Mobil kek? Asikkkk ... makasih kakek Sayang,” ucap Sasya sangat girang sambil memeluk kakeknya. “Sama-sama Sayang, kakek pamit dulu, Haikal jangan lupa kabari sama orang tua kamu kalau kamu sekarang tinggal di sini.” “Baik kek,” jawab Haikal mengangguk dengan hormat. Kakek Sulaiman pulang dengan sopirnya, sedangkan Sasya langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang berukuran sangat besar tersebut. Haikal mengatur bajunya dalam lemari yang sudah tersedia di sana, Sasya membiarkan Haikal melakukan hal itu tanpa protes apa pun, karna Haikal juga memilih lemari paling samping dan paling atas yang sulit di jangkau oleh Sasya. “Dek Sasya mau makan apa biar Mas belikan?” tanya Haikal pada Sasya. “Memangnya kamu punya uang berapa?” tanya Sasya mencebik. “Mas punya seratus ribu, cukup untuk membeli nasi dengan lauk sederhana seperti hidup yang Dek Sasya inginkan, hidup sederhana,” jawab Haikal. “Apa? Hidup sederhana? Haha ... maaf banget nih ya, saya alergi makan makanan murahan, kalau lu mau beli makanan, beli aja untuk diri sendiri, tidak perlu beli untuk saya,” jawab Sasya mengejek Haikal, dia kembali memainkan ponselnya tanpa peduli perasaan Haikal. Haikal keluar dari kamar tersebut dan pergi menuju warteg di samping rumah baru mereka. “Pak, pesan nasi uduk satu piring ya,” ucap Haikal pada penjual warteg di sana. “Siap Mas,” jawabnya yang langsung dengan cekatan menyiapkan makanan untuk Haikal. “Mas tinggal di mana? Kok saya tidak pernah melihat Mas datang ke sini? Orang baru ya?” tanya penjual tersebut saat menyerahkan piring nasi beserta air putih dalam gelas. “Saya ... orang baru Pak, orang di rumah itu,” jawab Haikal. “Oh yang tadi datang pasangan suami istri itu toh?” tanya penjual itu lagi. “Iya Pak.” “Istrinya mana? Kok tidak ikut makan?” tanya penjual itu lagi. “Dia masih kenyang katanya,” jawab Haikal sambil tersenyum. “Oh iya ya, ajak ke sini sekali-kali, sering-sering duduk sama kita biar kita kenal,” ucapnya lagi yang dijawab dengan senyuman oleh Haikal. Setelah menyelesaikan makan siangnya, Haikal langsung kembali setelah membayar harga makanannya. Haikal sempat mendengar percakapan beberapa orang yang mungkin saja tahu jalan cerita hidupnya hingga dia bisa menikah dengan Sasya. “Saya dengar-dengar ini ya, suaminya itu orang miskin, karna pas hari pernikahan cucu kesayangan si kakek Sulaiman, calon suami cucunya itu ditangkap polisi karna korupsi, jadi kakek Sulaiman itu menikahkan cucunya sama lelaki itu, mana mau istrinya itu makan di tempat seperti ini, lah dia dari lahirnya aja gak pernah masuk ke warung seperti ini, mereka kalau makan selalu di restoran mewah, dan sepertinya lelaki itu mau menikah sama cucunya itu karna harta, mana ada rasa cinta bisa datang tiba-tiba begitu kan,” ucap salah satu ibu-ibu yang sedang makan siang di sana. Haikal menghela nafas dengan berat mendengarkan omongan tersebut, sungguh dia menikahi Sasya bukan karna cinta, bukan juga karna harta, dia menikahi Sasya karna kasihan dengan kakek Sulaiman, kakek Sulaiman terlihat sangat Shock karna calon suami Sasya ditangkap polisi, dan itu membuat Haikal dan keluarganya tidak bisa menolak permintaan Kakek Sulaiman. Dan apa yang membuat Sasya menerima permintaan kakeknya itu, Haikal tidak terlalu tau pasti, yang pasti semua demi menutup aib keluarga kakek Sulaiman yang telah banyak berjasa untuk hidup mereka. Jam Shalat Zuhur tiba, Haikal masuk ke kamar untuk menemui Sasya dan mengajaknya Shalat bersama, tapi melihat Sasya yang tertidur sangat lelap membuatnya enggan mengganggu tidur perempuan tersebut. Haikal menggelarkan sajadah dan mulai melakukan Shalat dengan khusyuk, setelah Shalat, pembantu dan juga sopir di rumah kakek Sulaiman datang mengantar barang-barangnya Sasya. “Oh ya Mas Haikal, Kakek tadi titip kartu ini untuk Mas Haikal, dan juga ponsel ini,” ucap Sopir tersebut sambil menyerahkan kartu ATM dan ponsel smart yang masih dalam kotak. “Ini untuk apa? Saya belum membutuhkan semua ini, saya masih punya ponsel dan saya juga punya uang dari hasil mengajar,” jawab Haikal sambil menolak pemberian tersebut. “Maaf Mas Haikal, tugas saya hanya menyampaikan, kalau Mas Haikal merasa keberatan lebih baik Mas Haikal bicara langsung sama kakek,” jawab sopir tersebut membuat Haikal terpaksa mengambil barang tersebut. Tanpa perlu di hubungi oleh Haikal, kakek Sulaiman langsung menghubungi Haikal saat itu juga. “Halo Haikal,” ucap kakek. “Iya Kek,” sahut Haikal dibalik telpon. “Apa kamu sudah menerima kartu ATM dan ponselnya?” tanya kakek. “Sudah Kek, tapi sepertinya saya belum membutuhkan ini semua kek,” jawab Haikal menolak dengan sopan. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD