Tidak Percaya

1274 Words
Abel terbaring di ranjang, melihat langit-langit kamar. Sampai hari, Abel belum memberitahu teman-temannya. Ia masih belum siap, pasti tidak akan ada yang percaya. Apalagi Abel sering sekali berkoar-koar di kampus akan memelet sang dosen. Apa tanggapan orang-orang? Coba bayangkan, Abel hanya butiran debu lalu bersanding dengan salah satu dosen muda paling favorit bagaimana tanggapan penghuni kampus? Pasti heboh karena pelet Abel manjur, padahal Abel tidak pernah sekalipun memelet sang dosen. Gila saja ia melakukan itu. Abel masih punya agama, dalam islam pelet-pelet itu haram. Abel hanya meminta di sepertiga malam kepada Allah. Jika kita menginginkan sesuatu tanpa doa maka kita termasuk orang yang sombong. Tidak ada yang terjadi di dunia ini hanya karena usaha sendiri, Allah lah yang berkuasa. Bahkan daun yang jatuh ke tanah atas kehendak Allah. Lamunan Abel buyar karena hp nya bergetar. Abel langsung melihat pesan itu. WhatsApp Pak Edgar : Jangan Pernah menyesal dengan keputusan yang sudah kamu buat Abel membaca dengan teliti. Tanpa diberitahu pun Abel tahu jika ia tidak boleh menyesal tentang keputusan yang sudah diambil. Ia sudah dewasa dan Abel sudah minta kepada Allah untuk diyakinkan apa yang terbaik untuknya. Abel : Allah meyakinkan saya Pak Pak Edgar : Saya tidak baik dalam perkara agama Abel : Belajar Pak Tidak ada balasan dari pesan itu. Abel memilih untuk memejamkan mata. Badannya sudah lelah, pikirannya pun sama. Apalagi Abel mencuci piring terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamar. Ia tidak mau menjadi anak durhaka karena membiarkan sang Mama mengerjakan semuanya sendiri. Hanya Mama yang Abel punya. "Akhh nggak nyaman gue," ujar Abel kembali membuka mata. Ia tidak bisa tidur karena memikirkan teman-temannya. Lebih baik Abel beritahu sekarang karena teman-temannya sudah dianggap seperti saudara sendiri meskipun tidak sedarah. Abel membuka ponselnya, ia mengambil nafas terlebih dahulu agar bisa tenang. Abel mengucapkan basmalah untuk memulai. WhatsApp grup "Ella kapan nikah?" Abel geleng-geleng kepala melihat nama grup sudah berganti, entah siapa yang jail agaknya. Palingan Ridho ataupun Zaki yang mengganti nama grup mereka. Abel : Udah pada tidur? Tangan Abel panas dingin. Beberapa detik tidak ada balasan, padahal masih jam sebelas malam. Ridho : Kenapa? gue mau main game Ella : Belum, lagi maskeran gue Diba : Belum, Kenapa Bel? ada masalah skripsi lagi? Sini tanyain, ntar Gue tanya sama Suami. Zaki : @Diba gue dong Dib, mau nggak sih suami lo bantu program gue. Ella : Kagak usah Dib, Zaki : Kompor lu, nikah sana! Ella : Ayok kita ke KUA Ridho : Tu dah nggak kode lagi. Langsung gas sana Diba : Kenapa Bel? Abel : Gue udah lamaran Abel takut, ia bahkan mengunci layar ponsel dan menjauhkan dari dirinya. Diba : Haaaa??? sama siapa? Ridho : Bel sehat lo kan Zaki : Please jangan gila Bel Ella : Serius? woi Bel masker gue langsung hancur Ella : Kawan kalian sehat kan? Ngelawak sumpah Zaki : Kawan lo juga, iri bilang bos Diba : Abel!! kepo gue Diba : Perlu gue spam Bel Ella : Udah gue telpon kagak diangkat Ridho : Rusuh bat kalian, ya bagus kalau lamaran kan ya Zaki : Alah palingan lu kepo juga. Buktinya masih stay di sini padahal lo tadi bilang mau main game Ridho : HAhaha iya kepo gue Ella : Seriusan dah ini, kagak bisa tidur gue ntar malam Zaki : kodok eh Bodok Ella : Anak siapa lu? Zaki : Kepo lu Ridho : Jangan adu bacot di lapak ini, mohon ya Diba : Abel!!!! Ridho : Abel!!! uiii Zaki : Bambang Ella : Markonah Abel : Maaf ya baru kasih tahu sekarang soalnya mendadak dan please jangan marah. Gue dilamar sama Pak Edgar. Gue off dulu ya, jangan sampai kaget tidur lo ahahahaha Abel : Sent picture (foto Abel bersama Mama dan Pak Edgar) Diba : ????? Bukan cerita novel ini kan? Ella : Nggak bisa berkata apa-apa gue, serius. Ridho : no komen gue Zaki : ?? Ella : Kok bisa???? Ella : Editannya halus uii Zaki : Makanya beli aplikasi di gue, dia kan pelet bapak melalui aplikasi pelet online wkwkwkw Diba : Lo ya ki, ntar di dengar orang di kira beneran Ridho : Kalau gue punya bakat nulis, gue langsung tulis dah tu kisah Abel. Ngakak gue Zaki : Wkwkw iya Dib, santai. Kesibukan di chat room Grup tidak diketahui Abel lagi, ia memilih untuk tidur. Setidaknya ia tidak menyembunyikan apapun dari teman-temannya. Biarlah semua mengalir seperti air. Keesokan paginya, Abel berangkat ke tempat kerja dengan mata merah dan juga sedikit bengkak. Jika ada yang mengira Abel bisa tidur nyenyak, maka jawabannya adalah salah. Abel sama sekali tidak bisa tidur seperti biasanya, ia masih memikirkan tentang kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini. Kenapa bisa semuanya serba mendadak dan cepat begini. Abel ingin melupakan sejenak, ia harus bisa fokus bekerja agar tidak mendapat teguran dari atasan. Pernikahan adalah hal yang paling menakutkan dalam diri Abel. Melihat bagaimana hancur rumah tangga kedua orang tuanya, membuat perasaan Abel untuk melajang semakin besar setiap harinya. Tetapi ia tidak bisa selalu hidup seperti itu, ia percaya bahwa tidak semua rumah tangga berakhir pada kehancuran.  Abel mulai berani untuk membuka hati, membiarkan dirinya tertarik dengan lawan jenis. Oke kita lupakan tentang trauma Abel terkait pernikahan, yang terpenting ia sudah berani keluar dari zona nyaman yang dibuat sendiri. Abel sampai tidak sadar jika sudah berada di parkiran kantor. Lihat saja, akhir-akhir ini ia kurang fokus. Belum sempat Abel membuka helm, ada spesies manusia yang tiba-tiba saja berdiri di belakangnya. "Bel, nggak bohong kan lo?" Suara cempreng menyapanya pagi ini. Untung Abel masih jika suara itu berasal dari mulut temannya. Jika lupa, mungkin Abel sudah melemparnya saat ini. Ya Ella yang sudah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu. Salahkan saja Abel yang mengirim pesan tiba-tiba. Apalagi pesan itu sangat-sangat mustahil bagi Ella pribadi. "Ntar aja bahasnya, sakit kepala gue!" balas Abel sambil berjalan masuk ke dalam tempat kerja.  Ella tidak tinggal diam, dia langsung mengejar Abel. "Nggak bisa gitu dong, foto semalam editan kan? ngaku lo!" Abel hanya diam, gila saja dia mengedit foto seperti itu. Abel masih waras, ingat itu. "Abelll!!! lo ngehalu jangan parah-parah dah. Kasihan gue," ujar Ella lagi. Ia miris melihat sang teman sampai bucin parah seperti itu. Abel langsung berhenti, Ella tanpa kesiapan menabrak tubuh Abel dari belakang. "Lo kalau berhenti bilang," omel Ella. Abel berbalik, "Masih pagi Ella, lo nggak kerja apa?" Ella menggaruk kepalanya yang tidak gatal," Gue kan kepo Bel!" Abel bisa apa jika sudah begini? Padahal semalam ia sudah sangat jelas mengatakan kalau dirinya di lamar oleh dosen pembimbingnya sendiri. Tidak tanggung-tanggung, Abel bahkan sampai mengirim foto sebagai bukti untuk menguatkan. Tetapi apa? Ternyata teman-temannya masih belum percaya juga, malah Abel di bilang menghalu. Harus bagaimana lagi Abel memberitahu? Perlu kah ia membuat acara jumpa pers bersama teman-temannya? Lupakan, lupakan itu. Abel tidak ingin melakukan hal konyol seperti itu. "Kepo lo ditahan dulu," balas Abel kembali berjalan. Ella masih belum berhenti, ia berusaha menghalangi Abel melangkah. Bahkan Ella sudah seperti anak kecil yang menarik-narik hijab Ibunya sendiri. "Lo kenapa narik-narik jilbab gue?" Ella menyengir, "Makanya kasih tahu gue dulu. Itu bohongan atau rekayasa?" Abel geram, ia sampai mencubit kedua pipi Ella. "Gue nggak bohong Ella," ucap Abel. Ella menganga, bahkan mulutnya terbuka. Mungkin jika ada lalat yang lewat bisa masuk ke dalam. Sayangnya tidak ada lalat di kantor mereka. Abel tidak menghiraukan keterdiaman Ella, ia memilih untuk melangkah ke ruangan tempatnya bekerja meninggalkan Ella sendiri. "Abel lo kok ninggalin gue si?" teriak Ella tanpa sadar. Ia jadi malu sendiri, bahkan Ella menutup wajahnya. Bayangkan saja teriakan yang Ella keluarkan bukan main-main. Bisa-bisa orang di tempat kerjanya membuang predikat kalem yang melekat. Ella langsung berlari ke arah lift, memilih untuk bersikap santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD