Viany membuka kedua bola matanya perlahan setelah sinar matahari berhasil menembus celah-celah jendela kamar mereka. Suara burung mulai terdengar dengan merdu, mungkin mbah kakung sedang memandikan burung warna-warni di dalam sangkar yang digantung di depan rumah. Ah, kepalanya rasanya berat karena kurang tidur. Semalaman dia dan Raga-ya begitulah. Viany menghela napas panjang saja. Tubuhnya remuk dan rasanya pegal di seluruh tubuh. Kini dia bisa menatap Raga setiap hari di sampingnya yang sedang sibuk tertidur dengan posisi memeluk dirinya. Semenjak mereka resmi menjadi sepasang suami-istri, Raga tidak pernah membiarkan dirinya jauh dari Raga walaupun hanya beberapa senti. Bahkan semalaman Raga tidak mau berhenti untuk menciumnya. Memang menyebalkan, namun entah mengapa Viany suka. Kini

