Bab 4

1011 Words
Ranaya langsung masuk ke dalam mobilnya, tanpa peduli Gevan yang memasang wajah melas, kemarin-kemarin dia masih berbaik hati meminjamkan, sekarang sudah tidak lagi, yang ada dia keenakan. Ranaya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dia pemegang prinsip; biar pelan asal selamat. Setelah sampai tujuan, dia langsung memarkirkan mobilnya dan segera turun, lalu masuk ke dalam untuk menemui seseorang. Setelah Ranaya mengetuk pintu, terdengar suara sahutan dari dalam dan tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sosok yang tidak asing. "Lo ngapain di sini?" tanya Ranaya. "Lo yang bertamu, lo yang nanya, gila lo." "Ini rumah Pak Radit, dosen gue. Terus ngapain lo di sini?" "Gue anaknya." "Cowok menyebalkan, bucin dan gagal move on itu anaknya seorang dosen?" Ranaya terkekeh geli. "Beda banget sama bokap lo yang berwibawa." "Bawel, mau cari siapa?" "Bokap lo lah, masa iya lo." "Masuk." Galen membuka pintunya lebar, lalu Ranaya langsung masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Ranaya menatap Galen. "Ngapain lo ikutan duduk?" "Nemenin lo." "Galen, gue mau ketemu bokap lo, ada hal yang mau gue bicarain, panggil sana." "Kalau gue nggak mau gimana?" "Galen, gue lagi nggak mau bercanda." Apa gue bilang, buat lo kesal itu adalah hiburan tersendiri buat gue. "Oh." "Cepat, Galen. "Bokap gue lagi pergi." Ranaya membulatkan matanya. "Terus kenapa lo suruh gue masuk, kalau bokap lo nggak ada?" "Buat bikin lo kesal." "Galen, sialan." "Iya, Nay. Gue emang ganteng." Ranaya mengambil bantal sofa yang ada di sampingnya, lalu melemparkannya ke wajah Galen. "Galen, jelek. Gue pulang." Bukannya marah, Galen justru tertawa. Ranaya kalau lagi marah, kelihatan lucu dan Galen suka. ♡♡♡ "Cin ... Bucin ... " Yang dipanggil sama sekali tidak menyahut, ia tetap fokus pada ponsel di hadapannya. "k*****t, kenapa gak sahut?" Akhirnya Galen menoleh dan menatapnya heran. "Nama gue bukan bucin, jadi why gue harus jawab?" "Pea, bucin itu lo!" "Gue Galen bukan bucin, lo amnesia ya?" "Bucin itu artinya b***k cinta." "Sialan lo!" Andre menepuk jidatnya. "Gue sampai lupa kenapa manggil lo ... Gal, gue mau nyalin tugas matematika lo dong." "Emang lo siapa?" "Kita 'kan temen." Galen beranjak dari duduknya. "Sorry, lo bukan temen gue." Kemudian ia berjalan keluar kelas. Andre mengejar Galen, dan yang dikejar pun semakin mempercepat larinya, kalau ada yang melihat kejadian ini, pasti yang ada di pikiran mereka 'bocah' karena kelakuan seperti ini lebih mencerminkan umur 7 tahun, bukan 17 tahun. "Galen ... Gue nggak mau becanda, bentar lagi bel masuk," teriak Andre memenuhi seisi koridor, hingga membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka. "Awww ... " Tiba-tiba suara b****g menyentuh lantai terdengar keras. "Lo tuh bocah banget, lari-lari nggak jelas." Galen berusaha berdiri, lalu hendak membantu Billa, namun gadis itu menolak. "Sorry, gue bisa sendiri." Andre berjalan menghampiri keduanya, cowok itu menatap Billa. "Songong banget lo jadi cewek." Kemudian ia jongkok dan mensejajarkan posisinya dengan Billa yang masih terduduk di lantai. "Lo tahu hukum yang berlaku di dunia ini? Nggak selamanya lo selalu berada di atas angin, ada kalanya roda berputar, sekarang lo menyia-nyiakan seseorang yang tulus sama lo, dan ada saatnya lo bakal disia-siakan oleh orang yang lo cinta." "Jangan sok ajarin gue!" Andre tersenyum sinis. "I know all about you! Sisil semalem telpon gue dan dia cerita, dan teman gue yang bucin itu nggak percaya apa yang Sisil bilang." Billa menghela napas. "Kalau lo emang nganggap gue orang paling jahat di dunia ini, silakan. Tapi satu hal yang harus lo tahu, sejahat-jahatnya orang pasti punya sisi baik, dan gitu sebaliknya." Kemudian ia berdiri, lalu berjalan meninggalkan Andre dan Galen. Andre berdiri, kemudian meraih buku tulis di tangan Galen dengan begitu saja. "Gal, lo harus percaya kata Sisil, cewek yang lo banggakan itu titisan setan." "Lo ulang yang belakang!" "Titisan setan." Bugh! Galen langsung menonjok pipi Andre hingga meninggalkan tanda, lalu mengambil kembali bukunya di tangan Andre. "Lo bukan temen gue!" teriak Andre kepada Galen yang sudah menjauh. ♡♡♡ Bel masuk sudah berbunyi, dan guru pelajaran matematika sudah masuk ke dalam kelas, Andre sudah pasrah jika mendapat hukuman dari guru killer itu karena tidak mengerjakan PR. Itu semua karen Andre keasyikan main PS sampai lupa mengerjaka PR. "PR minggu kemarin kumpulkan ke meja saya!" titah Ibu Intan dengan ekspresi datar. "Yang tidak mengerjakan tugas silakan maju ke depan, sebelum Ibu periksa buku kalian satu-satu!" Baru saja Andre hendak berdiri dari tempat duduknya untuk maju ke depan dengan percaya diri Billa menghampiri meja Andre dan meletakkan buku tugasnya. "Tinggal coret aja nama gue, jadi nama lo." Galen saja heran apalagi Andre. Tapi tetap saja cowok itu tetap mengganti nama Billa dengan namanya, lalu maju ke depan untuk mengumpulkan. Ini beneran Billa? "Saya nggak kerjain tugas, Bu." Ibu Intan mengernyit. "Kenapa?" "Lupa, Bu." "Sekarang kamu keluar kelas, dan lari keliling lapangan sebanyak 10 kali!" "Iya, Bu." Billa langsung keluar kelas untuk menjalankan perintah Ibu Intan, Andre merasa bersalah, seharusnya yang berada di posisi Billa itu dirinya. "Ndre, kenapa Billa baik sama lo?" Andre tidak menoleh dan tetap fokus pada pelajaran yang disampaikan di depan. "Ndre ... " Andre berdiri dari tempat duduknya. "Bu, saya izin ke toilet." Setelah Ibu Intan mengangguk, Andre berjalan keluar kelas dan menghampiri Billa di lapangan. "Bil ... " Billa berhenti, lalu menyeka keringatnya yang mengucur. "Ada apa?" "Kenapa lo mau bantu gue?" "Pengin aja." "Oh gue tahu, biar lo keliatan baik, dan presepsi gue tentang lo jadi 'si Billa malaikat penolong'. Kalau itu tujuan lo, sumpah lo benar-benar norak!" Billa tersenyum tipis. "Terserah, Ndre. Kayaknya semua yang gue lakuin ke lo nggak ada yang benar, gue tetap salah." "Karena lo emang begitu. Sekarang lo masuk, dan ngaku ke Ibu Intan kalau itu tugas lo." "Apa salahnya gue pengin bantu cowok yang gue suka?" Andre melongo, tidak percaya apa yang barusan didengarnya, ia tertawa renyah. "Drama apa lagi yang lo mainin, hah?" "Gue nggak senorak itu. Gue benci kenapa gue nggak bisa cinta sama Galen yang jelas-jelas tulus sama gue, dan gue justru sayang sama cowok menyebalkan yang nggak peka kayak lo. Lo kira enak jadi gue? Di mata lo, gue cuma cewek b*****t yang sok kecantikan, kan?" Andre terdiam. "Anggap gue nggak pernah ngomong kayak gitu." Billa melanjutkan hukumannya. ♡♡♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD