Florence berjalan mengikuti Alexander naik ke lantai 2. Tangannya mencengkeram kayu yang ada sisi tangga dengan perasaan tidak menentu. Cemas, tapi juga bersemangat. Matanya menatap ke arah punggung pria yang berjalan di depannya. Langkah Alexander perlahan. Ringan. Tanpa bersuara. Bertelan*jang d**a, Florence bisa melihat otot punggung Alexander yang bergerak mengikuti gerakan tubuhnya. Membuat Florence harus berjuang keras untuk tidak menjulurkan tangannya untuk menyentuh tubuh pria itu. Begitu tiba di depan kamarnya, Alexander membuka pintu dan merentangkan tangannya mempersilahkan Florence masuk lebih dahulu. “Me… mengapa kita disini?” tanya Florence setelah Alexander menutup pintu kamar. Pria itu berjalan mendekati Florence. Berdiri di belakang Florence, ia membungkuk. “Bukanka