92

1299 Words
“Apa? Kau ingin mengatakan apa, Kazu?” Ayano menatap penasaran. Setelah ditatap seperti itu, niat Kazu mendadak goyah. Rasa takutnya untuk menyatakan cinta kembali muncul. Memang selalu seperti ini dari dia kecil sampai dewasa sekarang. Kalau Kazu berani, sudah dari SMP dia menyatakannya pada Ayano. “A-ah… tidak jadi.” “Harus jadi.” Ayano mencengkram erat tangannya. “Dari dulu sampai sekarang kau selalu menghindar setiap kali ingin mengatakan sesuatu yang serius. Maaf tidak jadi, maaf tidak jadi, selalu saja itu yang kau katakan. Untuk kali ini saja, katakanlah dengan jelas, Kazu!” Ayano mendesak Kazu untuk mengatakan hal yang dia pendam. “Ti-tidak bisa… aku tidak bisa mengatakannya.” “Aku tidak akan membiarkanmu pulang sebelum kau mengatakannya.” Ayano semakin keras mencengkram tangan Kazu. “I-ini… ini sangat memalukan untuk dikatakan. Aku takut kau terganggu.” “Kau sudah banyak membantuku, Kazu. Apapun yang kau katakan, aku tidak akan terganggu. Aku akan membantumu jika kau butuh bantuan. Jadi cepat katakan apa yang selama ini ingin kau katakan?” Kazu menghela napas. “Baiklah, akan aku katakan, tapi tolong lepaskan genggaman tanganmu.” Ayano pun melepas genggaman tangannya. “Baiklah.” Kazu berdehem. “Kau janji tidak akan marah padaku, tidak akan terbebani dengan pikiran tentang ini, dan bisa bersikap biasa aja?” “Iya, aku berjanji, jadi cepat katakan.” Kazu terdiam cukup lama. “A-anu aku—” “Hiragi kok lama, ya? Ke mana sih dia?” Saat Kazu hendak menyatakan, Ayano malah memotong ucapannya. Kazu langsung berhenti, dan Ayano merasa bersalah. “A-ah, maaf, silakan lanjutkan!” “Hi-Hiragi mungkin pergi ke tempat lain terlebih dahulu. Dia memang suka keluyuran, ahahaha.” Keduanya kembali terdiam. “Ayo, katakan Kazu. Dari kecil sampai sekarang aku penasaran tentang apa yang selama ini ingin kau katakan padaku. Kau selalu saja merahasiakannya. Katakan sekarang juga.” Kazu menghela napas lagi untuk menenangkan dirinya. “Baiklah, aku akan mengungkapkan semuanya sekarang.” Kazu lantas menatap lekat-lekat wajah Ayano, memaksakan diri meskipun dia sangat malu. “Ayano, aku… menyukaimu. Sangat, sangat menyukaimu. Sejak kecil aku selalu berpikir bahwa aku akan menikahimu ketika dewasa nanti, mempunyai dua anak dan menjadi keluarga yang bahagia. Aku ingin berkeliling dunia bersamamu. Menyantap berbagai makanan yang lezat bersamamu. Menghabiskan masa tua yang indah bersamamu. Aku ingin berada di sampingmu selamanya. Aku ingin kau jadi milikku, hanya untukku. Aku ingin berpacaran denganmu sampai kita menikah nanti!” Kazu mengatakan hal itu sambil memejamkan mata. Ayano menutup mulutnya. Tidak menduga bahwa itulah yang ingin Kazu bicarakan selama ini. Sama sekali tidak terduga. Ayano benar-benar tidak tahu bahwa Kazu menyimpan perasaan tersebut padanya. “Itulah yang ingin kuucapkan sepuluh tahun lalu ketika kita masih duduk di bangku SD. Aku selalu ingin mengatakannya, tapi aku selalu takut. Aku takut hubungan kita berubah. Aku tidak ingin kau terbebani dengan pikiran itu. Tapi, sebenarnya, yang paling aku takutkan, aku takut ditolak olehmu. Maaf selama ini telah merahasiakan perasaanku padamu. Aku cinta padamu, Ayano.” Ayano masih terdiam, menatap tidak percaya pada Kazu. “Ta-tapi itu dulu… itu dulu, Ayano. Sekarang aku sudah tidak punya perasaan itu lagi padamu. Sekarang aku hanya menganggapmu sebagai sahabat. Tidak lebih. Gadis yang kusukai sekarang adalah Hiragi, jadi kau tidak perlu menjawab atau memikirkannya. Ahahaha… ya itulah yang ingin kukatakan.” Ayano masih saja diam. Dia terlalu shock dengan apa yang dikatakan oleh Kazu. “Ma-maaf, Kazu. Aku benar-benar tidak tahu kalau kau menyukaiku. Sungguh, aku tidak menyadarinya.” Ayano terlihat bersedih. “Ti-tidak apa-apa. Itu sudah berlalu.” “Karena ketidak tahuanku, kau pasti menderita. Kau menyimpan perasaan cinta selama bertahun-tahun dan tidak pernah mengungkapkannya. Itu pasti berat. Kau pasti merasa sakit.” “Tidak apa-apa, Ayano.” Kazu mencoba menenangkan Ayano yang mulai merasa bersalah. “Kalau dipikir lagi, pantas saja kau selalu menolak ajakan pacaran dari para perempuan. Itu pasti karena kau ingin berpacaran denganku, ya?” Kazu mengangguk. “Kalau begitu… terima kasih karena tidak mengajakku berpacaran. Aku memang sudah nyaman menjadi sahabatmu. Jika aku mendengar hal ini saat kita masih SD, SMP, atau SMA, aku pasti lebih syok lagi. Aku senang kau menyukaiku.” Suasana menjadi canggung. Baik Ayano maupun Kazu keduanya terdiam. Kazu membuka mulutnya lagi. “Ma-maaf Ayano. Kau pasti terganggu ya setelah aku mengatakan ini?” “Ti-tidak, kok, tidak. Aku hanya kaget. Hal semacam ini tidak akan menggangguku.” Jelas terlihat dari wajah Ayano bahwa dia memang terganggu. Kazu tahu betul bagaimana sifat Ayano, jadi dia bisa menebaknya. Dan sesuai dugaannya, pengungkapan perasaan ini memang tidak baik bagi Ayano. Dirinya merasa lega telah menyatakan, tapi sekarang dia menjadi tidak enak pada Ayano yang mempunyai sifat tidak enakan. “Ayano, jawab perasaanku. Meski aku tahu jawabanmu, tapi tolong jawablah. Aku ingin menyelesaikan semua ini dan menjadi sahabatmu lagi. Ayo, jawab perasaanku Ayano.” Kazu tidak ingin mundur. Dia ingin tahu bagaimana jawaban Ayano. Apapun jawaban yang diberikan olehnya, Kazu tetap akan berada di sisi Hiragi. Kazu hanya penasaran dengan jawaban yang diberikan oleh Ayano. “Baiklah, aku akan menjawab perasaanmu. Tapi tolong pejamkan matamu dulu.” Kazu terkaget. “Pe-pejamkan mata?” “Iya, tolong pejamkan matamu.” Kazu langsung berkeringat. Apa Ayano akan mencium bibirnya? Apa itu jawabannya? Meski sudah punya Hiragi, tapi jika ditanya ingin berciuman dengan Ayano atau tidak, Kazu pasti menjawab mau. Semua laki-laki memang seperti itu. Saat membayangkan hal tersebut, tiba-tiba Kazu merasakan sebuah kecupan yang hangat di keningnya. Dia lalu membuka matanya. Ayano tersenyum padanya. “Itulah jawabanku.” Wajah Kazu memerah. “A-apa arti dari ciuman itu?” Itu pertama kalinya Ayano mencium Kazu. “Terima kasih telah menyukaiku selama bertahun-tahun dan tetap memendamnya. Jika dulu kau menyatakan, aku pasti akan menerimamu, Kazu. Menerima dengan terpaksa karena aku tidak ingin melukaimu, bukan karena aku jatuh cinta padamu. Karena itu, sekali lagi, terima kasih karena selalu memikirkan perasaanku. Ciumanku ke keningmu itu adalah bentuk rasa terima kasihku.” Kazu menganga. “Jika dulu aku menembakmu, kau akan menerimanya?” “Pasti.” “Tapi dengan terpaksa?” Ayano mengangguk. Kazu menghela napas. Dia lantas tersenyum. “Syukurlah, berarti keputusanku untuk memendam perasaan itu sudah tepat. Jika kita berpacaran, aku mungkin akan terlalu senang sehingga tidak menyadari bahwa kau sedang menderita. Sekarang aku lega setelah mengetahui jawabanmu. Terima kasih, Ayano.” “Ta-tapi, bukan berarti aku membencimu, ya. Aku menyukaimu, Kazu, sebagai sahabat. Bisakah kau mengerti akan hal itu?” Kazu tertawa-tawa. “Iya, aku mengerti. Sudah, tidak perlu dipikirkan lagi. Aku lega sekarang. Menyatakan perasaanku padamu di waktu sekarang ternyata memang waktu yang paling tepat. Karena dengan begitu, aku tidak menyakiti hatimu, dan aku juga bisa mendapatkan Hiragi. Sungguh, aku merasa lega.” Ayano menghela napas, melepas ketegangan. “Bagaimana jika saat ini aku menjawab mau pacaran denganmu?” Kazu tertawa-tawa. “Tidak mungkin. Aku tahu, kau sangat menyukai Saga. Mana mungkin kau memilihku.” “Ini cuma permisalan!” Saga berdehem. “Aku akan menolakmu. Aku sudah punya Hiragi sekarang. Tidak mungkin aku menyakiti dirinya. Meskipun aku lebih menyukaimu, tapi hatiku tetap untuk Aku tidak akan pernah pergi dari Hiragi. Aku ingin membahagiakannya.” Ayano tersenyum mendengarnya. “Syukurlah, aku senang kau menjawab seperti itu. Kau memang pria yang baik, Kazu.” Setelah itu, Hiragi yang sedari tadi mengintip pembicaraan mereka berdua mulai muncul di hadapan mereka berdua. Dia sedang mengucurkan air mata. “Hiragi?!” “Kenapa kau menangis?” Hiragi memeluk keduanya. “Aku terharu. Aku beruntung bertemu kalian berdua. Kalian adalah dua sahabat terbaikku. Terima kasih sudah mau berteman denganku. Huaaa!!!” Ayano dan Kazu tertawa-tawa, lantas mengelus-elus punggungnya. Pertemuan terakhir mereka di Indonesia menjadi pertemuan yang mengharukan. Hiragi menjadi lebih lega setelah mengetahui bahwa Kazu lebih memilih dirinya ketimbang Ayano. Kazu pun lega karena sudah menyampaikan perasannya yang telah ia simpan bertahun-tahun. Sekarang, ketiga sahabat itu akan melanjutkan hubungan yang telah mereka jalani saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD