Menjadi Asisten Rumah Tangga

1033 Words
           “Mah, enak” kata Hana sambil menatap sang mama yang tampak menikmati suapan pertama yang baru dinikmati.            “Ia Han, mama jadi kangen sop ayam bikinan nenek kamu Han” ujar mama sambil sibuk menyuapkan lagi sesendok demi sesendok. Tanpa terasa mangkuk yang berisi sop ayam yang hendak dicicipi namun justru jadi lebih banyak yang dicicipi hingga tetes terakhir. Kalau tidak ingat bahwa sop ayam yang ada harus dibagi untuk papa ketika makan malam nanti. Hingga terlintas pemikiran mama Hana untuk menjadikan Nyak Adit untuk menjadi asisten rumah tangga di rumah ini namun harus dibicarakan dulu dengan papa Hana sebab semua yang terjadi dan kalau ada apa-apa harus di bicarakan dulu dengan suami tercinta. Bagaimanapun juga ketika ingin emngambil sebuah keputusan emmang harus dibicarakan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman di belakangnya nanti.            “Gimana Dit? Udah ngasihkan sop ayamnya?” tanya Nyak.            “Udah Nyak, beres. Masakan Nyak kan enak pasti Hana sekeluarga suka dengan rasa masakan Nyak” ujar Adit. Di rumah ini, tentu saja masakan buatan Nyak adalah primadona yang membuat mereka semua lahap dan terjaga kebutuhan nutrisi dan segala-galanya di atur oleh Nyak. Nyak tentu saja merasa senang atas pujian yang selalu Adit, Adhim, dan sang suami tercinta haturkan untuk dirinya. Ibu mana yang tidak suka bila masakannya selalu dipuji enak padahal yang dihidangkan hanya makanan sederhana saja, namun rasa syukur lah yang membuat mereka semua merasa tercukupi dengan segala kekurangan ataupun kelebihan yang di berikan Sang Pencipta kepada keluarga mereka hingga kesyukuran yang tak pernah memudar dan tak pernah terlupakan dari kehidupan mereka.            Hana, papa dan mama sedang bersiap untuk makan malam. Ada semangkuk sop ayam di dalam mangkok ukuran sedang yang cukup untuk mereka bertiga. Asap mengepul dan wangi sop ayam menguar. Di temani ayam, tahu dan tempe goreng tak lupa sambal tomat. Masakan rumahan tak pernah kehilangan penggemar, mau sekaya apapun orang itu, biasanya akan sellau merindukan rasa masakan rumahan, terkadang bosan juga menyantap makanan yang mahal, enak memang tak harus selalu mahal. Ada banyak unsur lain yang bisa membuat orang yang tak kaya materi namun jauh lebih bisa menghargai hidup atas segala kesederhanaan yang dimiliki.            “Wahh, mama masak sop ayam ya, kayaknya enak banget nih. Pas banget papa belum sempat makan siang tadi” tutur papa sambil mengambil makanan yang telah tersedia dengan sedikit tergesa.            “Ini bikinan ibunya Adit, yang waktu itu bantu-bantu di rumah pas bersih-bersih dan waktu kita pindahan” ujar mama kepada papa. Tadi Adit yang nganterin ke sini, Adit temen sekelasnya Hana kan ya?” tanya mama kepada anak semata wayangnya yang terlihat lahap menikmati amkana yang telah disediakan, mungkin karena selama di kota mama tidak begitu sering masak. Maklumlah selama di kota, mama sering ikut kegiatan teman-temannya yang terkadang justru malah membuang-buang waktu.dengan berkumpul, kongkow-kongkow yang terkadang di balut dengan yang katanya arisa, kegiatan sosial dan yang lainya. Untunglah ketika pindah ke daerah pinggiran yang ternyata tak seburuk yang di bayangkan membuat mama dan juga Hana bisa sedikit mengubah pola pergaulan mereka dan menyadari bahwa yang mereka anggap teman bukanlah teman yang tulus dan sebenar-benarnya. Ada banyak kamuflase di sana sehingga akan ada banyak kecurangan. Ketidak tulusan dan lain sebagainya.            “Pa, gimana kalau ibunya Adit, kita jadikan asisten rumah tangga pa. Masakannya enak, cocok kan sama lidah kita” ujar mama Hana. Lagipula mama Hnaa bisa punya teman mengobrol karena sejujurnya ia merasa kesepian kalau harus sendirian di rumah yang cukup besar ini.            “Boleh aja, nanti papa yang urus. Hana gimana setuju atau nggak?” tanya papa Hana lagi.            “Setuju aja pa, lagian biar mama ada temen di rumah” ujar Hana dengan bijak. Dalam hatinya tentu ia merasa teramat senang karena bisa lebih akrab dengan ibunya Adit yang raah dan pintar memasak itu. Lagipula dengan adanya asisten rumah tangga di sini, siapa tahu mama bisa jadi lebih betah di rumah. Mama Hana sebelumnya emmiliki banyak kegiatan bersama teman-temannya namun setelah oindah ke daerah yang jauh berbeda dengan sebelumnya tentu saja membuat mama Hana dan Han aharus mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, lingkungan yang membuat mereka jadi lebih dekat satu sama lain karena tidak ada banyak pengganggu seperti sebelumnya. Ya kesibukan inilah, kadang kesibukan itulah yang justru menjdi bumerang sendiri,            “Oke, nanti papa telepon Bapak Adit ke rumah ya kalau memang amma butuh asisten rumah tangga” yang diserai anggukan kepala oleh sang istri dan juga Hana. Ia merasa sangat sennag karena nanti pasti akan sering bertemu dengan Adit. Hana sendiri senang berteman dengan Adit, terlebih mereka berdua sangat cocok ketika membicaraka banyak hal. Hana jadi meluoakan banyak hal di tempat yang terdahulu. Di mana ada banyak kenangan yang membuat dirinya bahagia namun juga kenangan yang membuat dirinya merasa sedih.            Usai makan malam, Hana kembali ke kamar untu menonton televisi, kemudian mengambil gawainya untuk mengecek apakah ada pesan atau hanya sekadar untuk membuka media sosial lain miliknya. Tampak ada beberapa pesan dan ternyata salah satunya dari Adit. Hana tersennyum sennag, bagaimana tidak. Ia baru saja hendak berikirim pesan namun sudah didapatinya pesan dari Adit.            “Gimana Han, rasa masakan ibu aku?” tanya Adit.Wajar saja bila Adit khawatir kalau-kalau orang kaya seperti Hana tidak menyukai masakan eumahan yang Nyaknya masak.            “Wahh, semuanya suka. Mama papa aku juga suka kok, makasih ya Dit. Oh iya, besok papa aku ngabarin ke bapak kamu kalau mama aku butuh orang yang bisa bantu-bantu mama aku masak dan bersih-bersih” ujar Hana lagi. Hana pun berniat untuk menelepon Adit agar semakin mudah untuk menjelaskan namun Adit bilang hanya bisa berkirim pesan saja akrena sedang ada yang ia kerjakan. Jadilah Hana menerangkan cukup panjang lebar mengenai kemauan mamanya Hnaa tersebut.            Usai berkirim pesan, barulah Adit menyembunyikan ponsel mahal yang harganya puluhan jut aitu. Bahaya kalau sampai ketahuan, bisa panjsng urusannya nanti. Ia merebahkan badan, dilihatnya Adhim yang sudah tertidur mungkin karena lelah dan memang sudah waktunya untuk tidur. Kebetulan besok hari Minggu sehingga mereka bisa bangun lebih siang. Hari yang di tunggu-tunggu oleh para pelajar karena di hari itulah mereka bisa sedikit bersantai, bangun siang, tidak dikejar oleh waktu untuk berangkat ke sekolah seperti hari wajib sekolah pada umumnya. Adit merasa jalan rezeki untuk keluarganya seolah dipermudah, ada banyak kemudahan yang ia dapat dan Adit sangat mensyukuri itu.                                            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD