Perjuangan Keras Nyak dan Bapak

2732 Words
            Adhim dan Adit terus melanjutkan belajar mereka. Tak di sangka, nyak tak sengaja lewat ketika Adit sendang berbincang perihal keinginannya untuk berkuliah Nyak tank sengaja lewat di depan kamar kedua jagoannya itu, dan mendengar hal yang tentu membuatnya trenyuh. Kedua kakak beradik yang tengah membahas jalan menuju masa depan mereka masing-masing. Kedua anak yang ingin membahagiakan orang tua dengan cara belajar yang baik hingga bisa bekerja dan menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk membantu kehidupan keluarga kelak.             “Pak, udah tidur?” tanya nyak ketika berbaring di atas ranjang yang sudah di gunakan sejak mereka baru saja mengarungi hidup berumah tangga sebagai suami istri.             “Belon, kenape?” tanya bapak sambil membalikkan badan yang awalnya membelakngi nyak yang baru saja naik ke atas ranjang.             “Tadi nyak, nggak sengaja dengerin anak-anak lagi ngobrol pak. Gimana ya pak, ap akita mampu nguliahin Adit? Adit pengen banget kayaknya kuliah” ujar nyak sambil menatap lurus ke depan dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.             “Bapak juga maunya Adit bisa kuliah nyak, tapi tahu sendiri tabungan kita kayaknya nggak cukup. Ini masih bapak usahain buat kerja serabutan juga, semoga aja bisa terkumpul” ujar bapak sambil menyentuh pundak istrinya, menenangkan sang istri yang mungkin sedang kalut karena memikirkan hal ini. Hal yang cukup besar karena menyangkuit kaingin mulia anak sulungnya untuk mengenyam Pendidikan yang lebih tinggi di bandingkan kedua orang tuanya. Orang tua aman yang tak menginginkan anaknya menjadi sosok anak yang sukses, bisa membahagiakan orang tua dengan cara sekolah setinggi-tingginya untuk mencapai tujuan yang diimpikan.             Nyak pun mengerti bahwa suaminya pun telah berusaha keras untuk menyisihkan Sebagian pendapatan yang ia terima untuk keperluan sekolah anak-anak. Begitupun dengan nyak yang bilamana ada pemasukan dari upah menjahit, ataupun upah bantu-bantu orang memasak untuk hajatan pun akan di tabung untuk keperluan yang sifatnya mendadak. Tabungan ada, namun nominalnya belum mencukupi seandainya untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi karena pasti uang yang di tabung adalah uang sisa yang memang tak diperuntukkan untuk kebutuhan rumah tangga namun sengaja untuk di tabung. Itulah yang menyebabkan nyak dan bapak memang lebih mementingkan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi dibandingkan hal lainnya yang masih bisa di tunda ataupun yang bahkan hanya barang tersier belaka. Penting Bagi nyak, bisa mengelola uang yang minim agar tetap bisa menyajikan makanna sehat untuk keluarga, kebutuhan rumah tangga seperti listrik, uang keamanan, uang kebersihan dan t***k bengek lainnya yang harus bisa di atur dengan sedemikian rupa agar di semua lini bisa tercukupi dengan baik.             Nyak dan bapak pun kemudian tiduk, berusaha untuk menyelaraskan hati dan pikiran agar tetap waras menjalani kehidupan yang memang tak pernah luput akan masalah. Adit dan Adhim pun beranjak untuk pergi tidur. Adhim tertidur lebih dulu, ia sudah lebih dulu menyelesaikan pekerjaan rumahnya sehingga bisa tidur lebih cepat. Sedangkan Adit, ia sedang memain-mainkan sumpit di tangannya sambil memikirkan apakah ia bisa melanjutkan kuliah, kalau bisa ia ingin seklai bisa bekerja atau membuka usaha sendiri untuk bantu-bantu kedua orang tuanya mengumpulkan uang agar bisa membayar uang kuliahnya nanti. Semoga saja, sumpit ini bisa membawa keajaiban untuknya dengan memberikan sesuatu yang mungkin saja tak pernah ia duga-duga sebelumnya. Tak apa lah memimpikan sesuatu yang belum terjadi, siapa tahu justru keberuntungan akan menghampiri ketika menginginkan sesuatu dengan berharap tapi tak luput juga dengan berusaha semaksimal mungkin agar apa yang diinginkan bisa terwujud. Tak lupa juga selalu berdoa dan tak mendewakan barang yang sedang ia miliki saat ini, namun tetap karunia Tuhanlah yang membuat Adit bisa terpilih memiliki benda yang konon katanya memiliki kekuatan magis sehingga bisa mewujudkan apa yang diinginkan oleh Adit padahal hanya sekadar membayangkan saja.             Keesokan paginya, usai shalat subuh, dan juga sarapan. Adit dan Adhim berangkat ke sekolah seperti biasa, hari ini bapak tidak mengojek dulu. Katanya mau bantu-bantu nyak membersihkan rumah di kampung sebelah yang tergolong mewah untuk di area perkampungan. Rumah baru yang cukup lama kosong itu, diminta untuk di bersihkan, di cat ulang dengan warna yang sama takut-takut ada cat yang mengelupas saking lamanya tak di tempati. Lumayan upah yang di terima bisa untuk kebutuhan sehari-hari dan juga disisihkan sedikit demi sedikit untuk uang masuk kuliah Adit yang sebentar lagi akan lulus SMA.             Rumah besar yang terletak di kampung sebelah itu dimiliki oleh seorang yang konon katanya adalah milik orang berada. Jelas saja, siapa yang bisa memiliki rumah berukuran besar dengan tiang di bagian depannya saja berdiri menjulang dnegan kokohnya. Beberapa kali bapak melewati rumah itu dan kebetulan emmang kosong tak ada yang menghuni, namun beberapa hari yang lalu ada seorang laki-laki yang menggunakan jasanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah kosong itu dan sempat berbincang bahwa lelaki itu mencari orang yang bisa membersihkan dan membereskan rumah besar itu dan akan mendapatkan upah yang cukup besar. Tentu saja bapak tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan menawarkan diri untuk membersihkan rumah yang katanya akan segera di tempati. Sebab rumahnya berukuran cukup besar dan tentu akan emmakan waktu yang cukup lama sehingga, masih ada waktu beberapa minggu sebelum si empunya rumah akan menempati. Maka saat bapak mengiyakan untuk membantu proses pembersihan dan pengecatan rumah, di berilah kunci cadangan agar bapak bisa membersihkan kapan-kapan bapak bisa. Sebagai tanda jadi bapak di berikan uang sebesar lima ratus ribu, sisanya nanti kalau pekerjaan sudah selesai. Oleh karena itulah, pagi ini bapak tidak pergi ngojek. Rencananya setelah beres urusan membersihkan rumah dan yang lain-lainnya. Nyak dan bapak akan bergegas ke rumah besar itu untuk mulai mengecat dan membersihkan bagian dalam maupun luar rumah yang cukup kotor karena tidak terawat. Ada banyk rumput yang cukup tinggi mengelilingisekitaran rumah yang memang lama tak di tempati. Dengar-dengar rumah ini di beli oleh orang kaya yang akan pindah ke sini untuk urusan pekerjaan. Sehingga sang empunya rumah ingin bila ketika pindah nanti rumah sudah siap dan layak untuk ditempati. Memang hanya karena termakan usia dan memang lama tak ditempati saja sehingga terlihat tidak terawat.             Setelah pekerjaan selesai, bapak dan nyak menuju ke kampung sebelah untuk membersihkan rumah besar yang untuk pengecatannya saja bisa berhari-hari karena ukuran rumah yang tergolong besar untuk ukuran rumah di area perkampungan. Tak lupa nyak menyiapkan bekal untuk di makan bersama ketika istirahat nanti. Adhim akan dijemput oleh bapak nanti, setelah dipastikan pulang ke rumah baru;ah bapak akan kembali untuk melanjutkan mengecat. Makanan sudah siap di rumah sehingga nyak tak kepikiran lagi meninggalkan rumah asal semuanya sudah tersedia dengan lengkap. Sesampainya di rumah besar itu, bapak mulai mengecek keadaan rumah, ternya benar, ada banyak cat yang terkelupas. Kebetulan di sudut ruangan, telah terseda beberapa kaleng cat serta peralatan mengecat, ada juga sapu, alat pemotong rumput dan lain sebagianya. Bapak juga diberikan nomor hape yang bisa dihubungi apabila membutuhkan sesuatus ehingga bisa di antar dengan segera.             “Pak, nyak bersihkan rumput di depan dulu ya. Bapk fokus ngecat di dalam aja dulu, kalau sudah beres baru bisa aye sapu yang di dalam” ujar nyak sambil mengambil arit di sudut ruangan. Memang terdapat sebuah alat pemotong rumput, namun nyak berinisiatif untuk membersihkan rumput dan ebberapa tanaman yang terlihat awut-awutan supaya terlihat lebih rapi. Kebetlan ada obat rumput juga yang bisa digunakan agar rumput liar yang ada bisa di basmi dnegan cepat. Nyak bekerja sama dengan bapak agar pekerjaan yang dikerjakan ini bisa selesai dulu paling tidak sambpai adzan dzuhur agar bisa beristirahat sejenak di rumah. Setidaknya bisa merebahkan badan sebentar karena pekerjaan yang dilakukan cukup melelahkan, walaupun sbeenarnya bisa beristirahat di dalam rumah besar itu namun rasanya memang kurang nyaman, selain masih agak kotor dan juga mungkin kurang sopan bila beristirahat di rumah orang.             Tak terasa, waktu berjakan dengan cepat rasanya. Sehingga sayup-sayup terdengar suara adzan. Nyak dan bapak memutuskan untuk pulang sebentar ke rumah. Lagipula Adhim biasanya pulang sekolah sekitar jam satuan sehingga nyak bisa memastikan Adhim pulang terlebih dahulu barulah nanti kembali lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah di kerjakan beberapa jam yang lalu. Lumayan lah hasilnya, ada beberapa bagian rumput yang terlihat lebih rapi setelah nyak pangkas dan juga bapak yang mengecat di beberapa bagian dalam rumah dnegan menggunakan peralatan yang telah di sediakan. Ukuran rumah yang cukup besar tentu akan memakan banyak waktu untuk masa pengerjaannya, terlebih nyak dan bapak hanya berdua saja yang mengerjakan. Sebenarnya bisa menyuruh orang lain untuk membantu, namun di sisi lain mereka memang membutuhkan uang untuk biaya masuk kuliah Adit yang sedang diusahakan saat ini supaya Adit bisa mengenyam pendidikan tinggi tidak seperti orang tuanya yang hanay tamatan SMA dan SMP saja.             Tak lama ketika sampai di rumah, Adhim pun pulang. Ia kemudian makan siang dan kemudian shalat dzuhur, nyak dan bapak membiasakan anak-anaknya agar shalat lima waktu. Nyak dan bapak pun sudah shalat dzuhur dan beristirahat barang sejenak. Kemudian menyuruh Adhim agar mengunci pintu karena nyak dan bapak akan melanjutkan bekerja di rumah besar nan megah itu. Adhim yang mengerti akan perintah tersebut, mengunci pintu setelah nyak dan bapak berangkat. Sambil menunggu abangnya pulang, Adhim berbaring smanbil menonton tivi di ruang tengah yang tak jauh dari pintu depan sehingga ia bisa langsung emmbukakakn pintu untuk abangnya bila sang abang mengetuk pintu. Biasanya Adhim akan tidur siang di kamar, namun kalau ia ketiduran bisa-bisa abangnya tidak di bukakan pintu yang ada nanti abangnya ngambek gara-gara Adhim ketiduran yang berakibat lambat membukakan pimtu. Adit asyik menonton tivi, namun lama kelamaan matanya terasa amat berat sehingga tak sadar sayup-sayup ia pun tertidur dalam kondisi tivi yang menyala. Biasanya orang yang menonton tivi, ini justru sebaliknya tivi yang menonton orang.             “Hana pulang” uhar Hana sambil membuka gagang pintu.             “Eh, anak papa sudah pulang” sambut Pak Suryo sambil megecup kening dan pipi anak kesayangannya.             “Tumben papa sudah di rumah?” tanya Hana ketika melihat sang papa tengah menyesap teh buatan mama.             “Papa mau bantuin mama ngepakin barang. Barang Hana juga sudah mulai diberesin ya” ujar papa lagi.             Hana mengangguk kemudian dan menuju ke kamar. Malas rasanya melihat mama dan papa mengepaki barang, sedangkan Hnaa sendiri masih betah membiarkan barang-barangnya masih berada di tempat asla tanpa berniat untuk mulai membereskannya padahal papa bilang ka[epindahan kami akan dipercepat. Menyebalkan sekali, batin Hana.Mengapa ia harus terjebak dalam keadaan yang serba tidak mengenakkan. Ia memandang ke sekeliling kamar yang tampak rapi dan di d******i warna pink, warna kesukaan Hana. Entah kapan, ia akan mulai berbenah, mengepak barang-barang yang kesemuanya tentu akan di bawa ke rumah baru mereka nanti.             “Sayang, ini mama abwain camilan. Nggak mau ikut ngepak-ngepak juga nak?” nanti aja ma, Hana capek baru pulang. Yaudah kalo naanti libur, mama bantu ngepak barang-barang di kamar ya. Sebagian barang mau di bawa ke sana dulu biar nggak cape mindahin langsung semua.             “Oke ma, Hana mau tidur dulu. Cemilannya nanti Hana makan, makasih mama” ujar Hana.             Mama Hana kembali menemui papa Hana yang memasukkan beberapa barang yang telah di masukkan ke dalam kardus. Lumayan lah, sudah dapat beberapa kardus, barang yang bisa di amankan lebih dahulu. Pasangan suami istri tersebut tampak bekerja sama dengan baik agar bisa mencicil barang yang akan mulai di bawa setelah di rasa cukup. Semoga saja mood Hnaa bisa segera membaik agar urusan kepak mengepak barang bisa segera tuntas. Lebih baik dikerjakan sedikit demi sedikita gar tak terlalu terasa lelahnya, kalau langsung banyak biasanya akan menjadi sangat melelahkan dan justru memakan banyak waktu.             “Assalamualaikum” Adit mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.             Dalam hati Adit berujar kenapa tumben pintu di tutup, biasanya di buka walaupun hanya separuh ataupun bila tertutup tak menunggu wkatu lama untuk di buka. Namun kali ini dikunci dan cukup lama baru dibuka, diintipnya di bagian samping jendela dan mendapati tivi dalam keadaan menyala. Diketuknya lagi beberapa kali hingga terbukalah pintu.             “Dhim, ngapain aja tadi. Abnag ketok-ketok dari tadi loh?” tanya Adit kemudian masuk.             “Adhim ketiduran bang” ujar Adhim sambil menggosok-gosok matanya.             “Nyak sama bpaka kagak ade Dhim? Pada kemana?” tanya Adit lagi             Adhim pun menjelaskan yang ia tahu dan kemudian membereskan bantal yang ia gunakan untuk tidur di depan tivi tadi. Adit dan Adhim kemudian bergantian untuk amndi dan melanjutkan shalat ashar. Sambil menunggu nyak dan bapak pulang, Adhim dan Adit membnatu mencuci piring kotor yang masih tertinggal, menyapu lantai yang sedikit terasa berpasir dan juga mengisi air yang digunakan untuk mandi. Adit dan Adhim tahu bahwa kedua orang tuanya pulang dalam keadaan lelah jadi apa yang bisa mereka bantu pasti akan di bantu untuk sedikit meringankan pekerjaan nyak dan juga bapak. Untuk menu makan malam nanti yang Adit belum berani untuk menentukan. Di panic, masih ada nasi yang tinggal separuh. Sepertinya cukup untuk makan malam nanti, namun lauknya yang belum ada. Biasanya nyak memasak pagi dan juga sore hari.             Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Adit dan Adhim sudah rapi dan wangi. Mereka berdua tengah bersantai di depan tivi sambil menunggu nyak dan juga bapak pulang. Tak lama kemudian terdengar sura mesin motor di depan rumah.             “Assalamualaikum” ujar bapak dan nyak hampir berbarengan.             “Waalaikum salam” ujar Adit dan Adhim.             Tampak kelelahan dari raut wajah nyak dan juga bapak, mereka berdua kemudian menyelonjorkan kaki. Adit dan Adhim kemudian emmbantu memijit kaki nyak dan bapak. Perhatian seperti ini yang membuat orang tua mudah lupa akan lelahnya bekerja karena di bantu oleh anak-anak yang tulus membantu bahkan tanpa di pinta sekalipun. Sambil memijit kaki nyak, Adhim mnceritakan bahwa ia bersama sang abang telah menyapu lantai, mencuci piring, menimba air untuk mandi nyak dan bapak. Tentu membuat nyak dan bapak berterima kasih sehingga membuat Adhim dan Adit tersipu malu karena dipuji sedemikian rupa.             Usai dipijat, nyak dan bapak pun membersihkan diri. Ketika bapak sedang mandi dan nyak yang telah terlebih dahulu mandi. Adit mendekati snag emak yang terlihat seakan tak ada lelahnya justru berkutat di dapur.             “Nyak mau masak?” tanya Adit.             “Bingung nyak Dit, masa kapa beli aja ya. Nyak rada capek-capek juga nih soalnya” ujar nyak/ Sebenarnya tadi sama sekali tak etrasa capek, namun sesudahnya lumayan terasa lelah.             “Kalau nyak capek, Adit bantu beliin lauk aja nggak papa. Habis shalat ntar Adit beliin, kayaknya nasi cukup aja kan ya nyak?” ujar Adit lagi.             Nyak kemudian menyetujui pendapat Adit. Tak apalah sesekali beli lauk makan, toh tidak sering juga. Lagipula upah yang didapat lumayan buat beli lauk untuk menu makan malam ini. Nyak ekmudian menyuruh Adit untuk membeli soto atau rawon saja karena dengan kuah yang cukup banyak, maka nyak bisa mengambil kuahnya lebih banyak. Biar isimya untuk suami dan anak-anaknya saja. Begitu mulia perasaan seorang ibu karena ia pasti akan rela mengalah demi anak-anak dan pasangan yang ia sayangi.             Langit makin berpendar, cahaya keemasan nampak mempesona terlihat menyembul di ufuk sebelah barat. Sinarnya yang menghangatkan membuat siapapun yang melihatnya seakan terhipnotis. Suara adzan magrib mulai berkumandang, melantunkan kidung indah pujian bagi Tuhan pencipta alam dan segala isinya. Betapa Tuhan begitu menyayangi umatNya sehingga banyak rezeki yang telah ia berikan kepada siapaun yang mau berusaha dan terus bekerja. Setelah melaksanakan shalat magrib, Adit pun mendatangi nyak untuk membelikan pesanan yang akan di beli.             “Nih uangnya Dit, minta banyakin kuahnya ya. Belinya di warung Mpok Eha depan sono ya. Mpok Eha kagak pelit ngasih isi sama kuahnya” ujar nyak smabil menyerahkan uang tiga puluh ribu untuk membeli dua porsi rawon tanpa nasi.             Adit pun melajukan motor ke warung mpok Eha, ia masih emmiliki uang sehingga ia menambahkan dua puluh ribu agar genap lima puluh ribu sehingga cukup untuk makan kami berempat nantinya. Sebenarnya Adit bisa mengembalikan uang nyak dengan hanya membayangkan rawon maka aka nada rawon di hadapan mata Adit entah dengan berbagai cara namun daripada nanti nyak curiga lebih baik ia lebihkan saja uang untuk membeli sehingga terlihat lebih banyak tanpa dicurigai oleh nyak.             Tak berapa lama kemudian, Adit kembali ke rumah. Ia membawa dua plastic besar berisi kuah rawon dengan potongan daging yang wangi dan tampak lezat. Sepertinya ini amat sangat cukup untuk menjadi menu makan malam mereka berempat.             “Assalamualaikum” Adit mengucapkan salam sambil membawa keresek berukuran cukup besar. Kemudian menyerahkannya pada nyak. Di ruang tengah telah tertata piring, gelas,nasi dan lain sebagainya. Sambil menata rawon di panci berukuran sedang, nyak pun berujar.             “Kok banyak amat Dit rawonnya?” tanya nyak.             “Oh itu, anu nyak. Dikasih bonus kuah sama Mpok Eha” jawab Adit. Alasan yang telah ia siapkan untuk menjadi tameng agar nyak bisa maklum. Syukurlah kali nyak tidak banyak bertanya justru sangat snenag karena porsi yang di dapatkan jauh lebih banyak sehingga cukup untuk makan malam, kalaupun berlebih alhamdulillah bisa untuk esok harinya lagi. Walaupun hanya kuah tak masalah, nyak bisa menambahkan telur rebus sehingga masih bisa dinikmati dengan cara lainnya.                                                                                                                                                   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD