Part 1

949 Words
Part 1 Ditengah perdebatan keluarga yang cukup sengit datanglah seorang pria tampan nan gagah menenteng ransel memasuki pintu utama ruang keluarga,disana sosok sang ayah telah mulai menua dengan banyak kerutan diwajahnya tengah berdebat sengit dengan adik perempuannya,elena gardner wanita itu tampak marah saat sang ayah mulai membahas perjodohannya,dengan langkah santai gavin melangkah mendekati mommy,daddy dan juga adiknya,ia mengurai senyum yang jarang ia tunjukkan kepada orang lain. Saat mendengar elena mulai mengumpat kesal. “Kau selalu mengaturku dad...tidakkah kau tau aku sangat tersiksa...!!kenapa kau tidak menyuruh gavin saja untuk segera menikah...” Mereka masih belum menyadari kedatangan gavin,sang ayah mulai berdiri dari duduknya menghampiri elena yang sedari tadi tidak mau duduk dikursinya,kursi yang biasa mereka desain khusus untuk menghakimi sang anak”percayalah pada dad ....pria itu sangat baik...dan gavin...kau tau sendiri jika gavin sangatlah pembangkang...daddy yakin gavin akan terus menolak jika dad membicarakan pernikahan...hanya kaulah harapan dad kali ini ini sayang...” Kini wajah cantik sang ibu mulai menengahi ketegangan antara mereka berdua”sayang...kau tau jika elena masih sangatlah muda...dan satu lagi...elena masih ingin bermain’main seperti gadis seusianya..dan kau elena cobalah kau pertimbangkan lagi...lihatlah kami sudah sangat tua jika harus menunggu gavin untuk mengiyakan rencana perjodohan kami...hanya kaulah yang kami harapkan sayang...kau hanya perlu menjawab ya...kami tentu akan sangat senang...ah untuk pernikahan kami tidak akan memaksamu sekarang..kau masih bisa bersekolah dan bersenang’senang seperti yang lain...bagaimana..??” Melihat wajah sendu sang ibu elena hanya mampu mengangguk,karena hanya mommynyalah yang bisa membuat susana memanas menjadi mereda,karena rasa sayangnya yang begitu besar elena hanya mampu menyanggupinnya tanpa mampu menolaknya"kau...”mata tajamnya mulai melirik gavin yang tersenyum melangkah mendekatinya”sejak kapan kau berada disana..?” “sejak perdebatan sengit kalian...” Elena hanya mendengus kesal”jika saja ini bukan karena kau aku tidak akan terperangkap seperti ini..” Gavin segera meraih tubuh sang adik mendekapnya dengan sangat erat”aku tau..”gavin mengecup pucuk kepala elena sesaat”aku sangat merindukanmu my little princess..” Elena segera mendorong kuat tubuh gavin”berhenti memanggilku seperti itu gavin...aku muak..apa kau tidak tau jika umurku sudah menginjak delapan belas tahun..” “of course...aku tau itu...tetapi bagiku kau tetap little princess...” Elena menghentakkan kakinya kesal sambil berlalu mengabaikan gavin yang terkikik memandangnya. “apa kau sudah puas bepergian..??mau sampai kapan kau seperti ini...apa kau ingin menunggu kematian daddymu ini baru bersedia menggantikan posisiku..??” Seketika senyum gavin sirna saat mendengar nada ketus dari ucapan sang ayah”aku sudah siap dad...jangan terlalu mendramatisir keadaan...” “beraninya kau..” Gennie gardner segera memotong perdebatan ayah dan anak yang mulai berselisih paham,ia tau jika keadaan seperti ini dibiarkan saja tidak akan berahir baik dan mau tidak mau ia harus menarik salah satunya untuk berhenti berdebat”mommy yakin kau sangat lelah...beristirahatlah...jika suasana hatimu telah membaik kita akan mulai membicarakannya lagi...” Gavin tau jika sang ibu selalu membuat hatinya menghangat jika sudah memulai perdebatannya dengan sang ayah. Gavin segera berlalu tanpa mau menyapa ayahnya terlebih dahulu. Mungkin karena sifat keras kepala mereka yang sama itulah yang selalu membuat ayah dan anak tidak pernah bisa hidup akur selayaknya ayah dan anak. Gennie hanya bisa menggelengkan kepala jika sang suami sudah mulai menunjukkan wajah kakunya”seharusnya kau menyapanya terlebih dahulu sayang.. bukan mengajak debat seperti itu..” “kau selalu membelanya...”ernest gardner segera pergi meninggalkan istrinya begitu saja. Ia tau jika dirinya sudah salah namun ia tidak mau memperlihatkan rasa bersalahnya itu dan memilih untuk pergi. Sedang gennie tau akan hal itu hanya mengurai senyum manisnya sebelum ikut melangkah menyusul suaminya. ** “gavin...bisakah kau lebih cepat sedikit...aku sudah terlambat..."elena segera berlari keluar tanpa menyantap sarapannya terlebih dahulu ia lupa jika hari ini ia tengah mengadakan janji dengan milea sahabatnya. Mengadakan surprise party untuk sang kekasih sebelum pelajaran dimulai. "Bersabarlah my little princess..."gavin segera melangkah mendekati elena sambil menyerahkan bekal yang baru saja dititipkan dari sang mama"kau melupakan ini.." Elena segera menyambar kotak bekalnya sambil menggerutu kesal melangkah kearah mobil sport gavin"aku bukan lagi anak kecil...kenapa dilain pihak mereka masih menganggapku anak kecil..." "Karena kau adalah my little princess kami yang sangat berharga.."gavin segera memasang seatbeltnya dan mulai menjalankan mobilnya memecahkan kesunyian pagi yang masih terlihat sangat sepi. Tanpa ada perdebatan dan tanpa ada perbincangan,mereka masih asik dengan pemikiran mereka masing'masing alunan lagu jealous menemani perjalanan mereka,tidak butuh waktu lama perjalan ke gardner high school,tanpa menunggu lama lagi elena segera menghentikan mobil gavin"aku turun disini saja..." "Oh...little princess bukankah ini masih sangat jauh..." Elena mendengus kesal mendengar ucapan sang kakak"jangan berlebihan...ini sudah didepan sekolah dan kau bilang ini masih jauh..."elena segera turun dari mobil gavin melangka pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan gavin. Niat awal ingin menunggu milea sirnah begitu saja karena kekesalannya terhadap gavin,entah kenapa sejak kejadian kemarin elena begitu sangat kesal kepada gavin dan ia juga berharap kakaknya itu tidak pernah kembali. Gavin masih setia melihat kepergian adiknya tanpa mau meninggalkannya,gavin terus menatap tubuh adiknya yang berjalan menjauh. Saat tubuh elena sudah tidak lagi terlihat gavin segera menghidupkan kembali mobilnya namun suara dentuman membuatnya mengurungkan niatnya,ia segera melangkah keluar melihat apa yang tengah terjadi pada mobilnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat mobil kesayangannya tengah ditabrak oleh mobil gadis belia yang terlihat tidak asing baginya. Gavin mendengus kesal meski tidak terjadi goresan yang cukup fatal namun gavin tetap saja tidak terima"apa kau mau menguji kesabaranku...?" Milea benar'benar gugup saat melihat pria tampan yang tengah mengumpat kesal kepadanya. Gavin mengeryitkan dahinya saat melihat milea yang hanya memandangnya dengan pandangan yang tidak biasa. Alarm bahaya mulai terlihat saat milea mendekatinya dan mau tidak mah gavin memilih untuk pergi dan membiarkan begitu saja goresan kecil pada mobilnya. Apa dia malaikat yang dikirim tuhan untuk menjadi pendampingku... Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD