Her Secretary!

2387 Words
Dentuman suara electronic dance music begitu memekakan telinga Abian Hadinata saat ia memasuki salah satu diskotik yang ada di Senayan. Abian sampai menyipitkan matanya ketika sorot lampu diskotik berganti-ganti warna dan sorotnya mengarah kesana-kemari dalam ruangan yang remang-remang ini. Diskotik ini memang cukup luas, tapi terasa begitu sempit karena banyak sekali manusia yang berkumpul disini. Entah hanya minum, menikmati musik, atau menggunakan waktu untuk b******u disini. Asap rokok dimana-mana juga sangat mengganggu indra penciuman Abian. Lagi-lagi Abian mengibaskan tangannya di depan wajah sambil berdecak kesal saat kepulan asap rokok yang tidak ia sukai berhembus di dekat wajahnya. Abian sampai berdiri diatas tangga yang mengarah pada wanita-wanita seksi yang sedang menari di pole dance. Bukan untuk menikmati pemandangan wanita yang hampir telanjang itu, melainkan Abian sedang mencari boss-nya, Atsa Mayleen yang mengubah jadwal meeting menjadi jadwal dugem. Sialan! Atsa ada di lounge vip Abian menyipitkan mata ketika membaca pesan dari orang suruhannya. Ia segera menuruni anak tangga dan menuju ke lantai dua. Sampai tiba-tiba ada seorang wanita yang menahan tangannya. “Aku nggak asing sama wajah kamu.” Ucap wanita itu sambil mendekatkan lengan Abian ke dadanya. “Kita pernah ketemu di suatu tempat, ya?” Abian tertawa sumbang, lalu menarik tangannya dengan sopan. “Maaf, mbak, tapi saya jarang ke tempat-tempat kaya gini. Permisi saya mau pergi dulu.” “Eeehh, boleh minta nomor w******p kamu?” Wanita itu jelas tidak akan membiarkan laki-laki semempesona Abian Hadinata pergi begitu saja. Abian masih diam dan tak menjawab. “Username ** aja deh kalau gitu.” Abian kemudian tersenyum kecil dan menarik tangannya lagi. “Saya nggak main sosial media. Permisi.” Abian sampai geleng-geleng kepala dan mengusap-usap dadanya. Akhirnya, ia bisa bebas dari wanita-wanita buas di club malam yang haus dengan sentuhan seorang pria. Bahkan beberapa diantara mereka mau-mau saja dibungkus atau dibawa pulang sembarangan oleh seorang pria tampan dalam keadaan mabuk. Dan hal itulah yang dihindari Abian. Ia harus segera membawa boss-nya yang seksi dan menawan ini dari tempat yang mengerikan ini. Abian tidak boleh membiarkan para lelaki mencoba membungkus Atsa. Namun begitu memasuki lounge vip di lantai dua, langkah Abian langsung terhenti dan ia cukup shock ketika melihat Atsa sudah duduk di sebuah sofa dengan keadaan mabuk dan ada lima orang lelaki yang juga mabuk sedang mengelilinginya. Mereka semua tertawa-tawa, bahkan berusaha mencekoki Atsa dengan minuman beralkohol itu. “Kamu kuat banget sih minumnya.” Ucap salah seorang lelaki yang mengambil alih gelas Atsa yang sudah kosong. Ia bahkan berani mengusap paha Atsa dan tangannya terus naik keatas. Laki-laki yang lain bahkan berani merangkul Atsa dari belakang, mengecup puncak kepala wanita seksi itu dan mencium pipinya. “Kamu kapan mau pulang sama aku?” “Pulang sama kamu?” Atsa bertanya setengah mabuk. Ia mengarahkan tangannya ke pipi seorang pria yang tak dikenalnya. “Aku mau pulang sama—” “Sama aku aja.” Pria lain menyurukkan wajahnya ke tengkuk Atsa dan hendak mencumbu Atsa, bahkan tangannya sudah berhasil meremas-remas buah d**a Atsa. Bukannya marah, Atsa malah terkekeh senang. Sambil mabuk, Atsa kembali bergumam, “Aduhhh, aku jadi bingung mau pulang sama siap—” “Atsa!” Bentakan seorang pria membuat mata sayu Atsa berusaha terbuka dan menatap bayangan seorang pria yang tidak jelas di pandangannya. Atsa sampai harus menyipitkan matanya. Sampai ia dengan jelas melihat figure seorang pria tampan dengan pakaian serba hitam yang menatap kesal kearahnya. “Bian?!” Para lelaki di sekeliling Atsa jelas langsung menyingkir saat Atsa tiba-tiba berdiri dan berusaha melangkah kearah Abian. Tapi langkahnya terhuyung dan kakinya terantuk meja, ia memekik ketika tubuhnya hendak terjatuh kedepan, tapi Abian dengan sigap memeluknya. “Abian!” Atsa kemudian memeluk Abian dengan erat. “Aku senang banget kamu datang! Ayo, ayo, minum sama kita!” “Atsa,” Abian menahan lengan Atsa yang mengajaknya bergabung untuk minum. “Sudah saatnya kamu pulang. Istirahat.” “Uh, kamu nggak seru.” Atsa langsung memukul d**a Abian dengan kekuatan kecil. “Aku masih mau disini.” “Kamu harus pulang.” Sampai kemudian salah satu pria berbadan besar yang Abian yakini seorang boss ternama menghampiri Abian. Ia langsung merengkuh pinggang Atsa. “Lepasin dia. Atsa masih mau bersenang-senang sama kita disini.” Begitu Atsa dipegang oleh lelaki lain, Abian langsung mengeratkan genggaman tangannya pada Atsa dan menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. “Saya sekertarisnya dan saya mempunyai kewajiban untuk membawa boss saya pulang dengan selamat.” Sontak para lelaki itu tertawa meremehkan. “Cuma sekertaris kan? Nggak usah belagu. Biarin Atsa sama kita. Dia pasti aman. Saya akan memulangkan dia.” “Atsa harus pulang!” Abian dengan berani menarik Atsa kedalam pelukannya. Dibentak seperti itu, anak buah boss itu langsung berdiri dan mengerubungi Abian. Kemudian lelaki itu langsung tersenyum meremehkan. “Sini, berikan Atsa kepadaku. Atau kamu akan habis.” Seolah tak ada ketakutan dalam diri Abian, dia hanya mendengus geli dan memapah tubuh Atsa untuk meninggalkan lounge vip ini. “Anak kurang ajar! Aku bilang, tinggalkan Atsa disini!” Teriak boss itu dengan marah. Begitu Abian menghiraukan ucapannya, beberapa anak buah boss itu yang seperti preman langsung hendak menyerbu Abian. Salah satu preman itu sudah menyentuh bahu Abian, membuat langkah Abian terhenti secara tiba-tiba, namun kemudian salah satu pria berbadan besar dan berpakaian dengan setelan jas serba hitam langsung memelintir tangannya dan memukul kakinya hingga preman itu bersimpuh dan merintih kesakitan. Tak hanya sampai disitu, preman lain dan boss besar yang hendak menghentikan Abian langsung dihentikan ganti oleh para bodyguard berpakaian rapi yang langsung menodongkan pistol kearah mereka. “Hentikan langkah kalian. Atau kami akan melepaskan tembakan.” Ancam salah satu bodyguard itu. Abian hanya melirik kebelakang dan menghela napasnya. Tanpa dia meminta perlindungan, sudah banyak bodyguard yang diam-diam melindunginya. Karena Abian bukanlah sekertaris biasa, ia adalah seorang anak bungsu dari keluarga Hadinata—keluarga old money yang di hormati di Indonesia. Dia sedang magang di perusahaan milik Atsa Mayleen. *** “Sudah saya bilang, nggak perlu ada pengawalan.” Ungkap Abian dengan kesal kepada Ryan—bodyguard utamanya yang ditugaskan oleh sang Ayah untuk terus mengawal Abian. “Maaf, Bian, tapi ini bukan cuma perintah dari Pak Hadinata. Tapi juga perintah dari kakak Anda, Ibra Hadinata.” “Ibra?” Abian langsung memijat pelipisnya. “Dia ngapain coba ikut campur?” “Kalau tidak ada pengawalan, kamu juga akan celaka.” Gumam Ryan sambil menyetir mobilnya yang membawa Abian dan Atsa. Abian hanya berdecak kesal dan menatap keluar jendela. Ia kemudian menundukkan wajahnya, menatap wajah cantik Atsa yang tertidur pulas di pahanya. Bau alkohol menguar dari napas wanita cantik ini. Sudah hampir satu bulan Abian menjadi sekertaris pribadi Atsa Mayleen. Karena setelah Abian menjadi sarjana, seperti adat keluarga Hadinata bahwa anak-anak Hadinata harus melakukan internship di perusahaan lain selama enam sebelum akhirnya diberi kepercayaan memimpin hingga mengembangkan salah satu anak perusahaan Hadinata Corporation. “Enghh, Bian…” Atsa tiba-tiba menggumam dan memeluk pinggang Abian. Abian menghela napas, sedikit mendorong wajah Atsa yang mengarah ke kejantanannya. Eungh, Abian cukup risih dengan itu. Sampai kemudian Atsa membuka matanya, menatap Abian dengan sayu. Atsa kemudian mengalungkan lengannya di leher Abian dan berusaha untuk duduk. “Bian,” panggil Atsa dengan suara seraknya yang menurut Abian terdengar seksi. Namun Abian hanya menatap wajah cantik itu dengan tatapan datar. Atsa kemudian tersenyum cantik dan memiringkan wajahnya, ia menundukkan wajahnya dan mengendus tengkuk Abian. Abian sampai duduk dengan tegak dan menelan salivanya. “Ka-kamu mau ngapain?” “Aku…” Atsa kemudian menggesekkan hidung mancungnya ke tengkuk Abian dan…”Hoekkk!” “Atsa!!!” Abian memekik keras, membuat Ryan langsung meminggirkan mobilnya. Dan Abian hanya pasrah sambil memejamkan matanya ketika Atsa terus memuntahkan isi perutnya ke tubuh Abian. Sialan! Hidup Abian memang tidak pernah tenang semenjak ia berhubungan dengan Atsa Mayleen. *** Malam yang panjang tidak berakhir begitu saja untuk Abian. Ia sudah terlalu stress karena menghadapi Atsa, maka dari itu Abian melepaskan stress-nya untuk mendatangi sebuah bar exclusive di kota Jakarta. Bar kesukaanya dan sahabatnya. Secret bar. Sebuah bar exclusive yang hanya didatangi oleh orang-orang tertentu. Karena bar ini tidak memiliki akun ** dan tidak pernah mempromosikan bar ini ke sosial media manapun. Bar ini berada di sebuah basement gedung parkir mobil dan begitu tersembunyi. Walaupun begitu terjaga kerahasiaannya, bar ini tetap memiliki pelanggan tetap dan beberapa pengunjung yang meramaikan suasana. Begitu memasuki secret bar, Abian disambut oleh musik klasik yang menenangkan dirinya. Ia kemudian duduk di kursi yang ada di meja bartender dan mengobrol dengan bartender yang sudah ia kenal. “Martell cordon bleu.” Ucap Abian. “Yakin? Berapa gelas?” Abian hanya tersenyum kecil. “Satu gelas aja dulu, gampang kalau gue minta lagi.” Bartender itu hanya tertawa kecil sambil menyiapkan minuman Abian. “Sendirian aja, Bi? Nggak ada temen minum?” “Lagi pengen sendirian. Apa lo aja gimana? Minum sama gue?” “Wah, nggak bisa malam ini. Ada job tambahan, nggak boleh mabuk.” Bartender itu kemudian melirik ke sekumpulan wanita yang juga menatapnya dengan Abian. Abian mengikuti arah tatapan itu, kemudian hanya mendengkus geli. Ia sudah tahu tentang seluk beluk dunia malam. Bukan hanya pria yang membayar seorang wanita untuk kepuasan waktu semata, beberapa wanita juga melakukan hal yang sama. Abian kemudian meminum alkoholnya yang sudah ada di depan mata. Ia mengernyit ketika merasakan pahit dan manisnya alkohol itu yang membakar tenggorokannya. Abian terdiam sejenak, kemudian menyesapnya lagi. Ia hanya diam dan menikmati minumannya, bahkan tidak sadar bahwa ada tiga orang wanita yang berada di meja lain kini tengah menatapnya. “Itu Abian Hadinata.” Ucap Liana—seorang editor di sebuah agensi pemberitaan online selebriti dan majalah ternama Indonesia. “Sesuai project kita. Kita harus membongkar rahasia keluarga Hadinata.” Pinka yang menjadi fotografer sudah merekam Abian menggunakan kamera rahasianya. “Lo bisa kan, By?” Deby, seorang wanita yang merupakan wartawan majalah Starbiltz menatap Abian yang sedang menikmati minumannya dari jauh. “Kalau gue berhasil dapetin berita soal Abian Hadinata, gue beneran bakal naik jabatan dan pindah ke Starbiltz agensi Korea nggak sih?” “Tentu aja! Itu sesuai janji dari pak boss. Lo wartawan yang dipercaya untuk memimpin team kita.” Ungkap Liana. Ia kemudian memajukkan tubuhnya, berbicara serius pada Deby. “Diluar sana, masih banyak yang percaya kalau Hadinata cuma punya tiga orang anak. Padahal masih ada si bungsu Abian Hadinata yang dari dulu selalu disembunyikan dari media dan sampai dewasa tidak mau menampakkan diri sebagai keluarga Hadinata.” “Bahkan Abian juga jarang hadir ke acara keluarga kongolomerat. Seperti acara ulangtahun mewah atau penggalangan amal. Cuma kakaknya si Ibra Hadinata, si kembar Alin dan Alina Hadinata yang mau datang. Abian? Selalu menghindar.” Kini Pinka yang bersuara. “Gossipnya sih, Abian adalah anak haram.” “Hah? Anak haram?” Liana kemudian mengangguk. “Bram Hadinata—ayah Abian, pernah terlibat cinta masa muda dengan Diva ternama Selina Tian. Kabarnya, Abian itu anak dari Bram dan Selina, tapi di bawa oleh Bram saja. Selina kemudian melanjutkan karir di Prancis.” Deby masih diam dan memutar otak. Majalah Starblitz sangat menghindari gossip dan hanya mau menerbitkan berita-berita faktual. Maka dari itu, Deby bersama Liana dan Pinka harus memulai misi untuk menyelidiki Abian Hadinata. “Lo pasti bisa, Deb!” Ucap Liana dengan semangat. “Gue yakin lo bisa!” Pinkan ikut menyemangati. Ia bahkan kemudian mendorong Deby dengan keras agar menajauhi meja mereka dan mendekati Abian. Jantung Deby berdegup kencang. Ia kembali melirik Pinkan dan Liana yang menggerakan tangan seolah mengusir Deby. Memang teman-teman yang kurang ajar. Deby kemudian berdeham, membenarkan dress-nya dan menata rambut panjangnya yang indah. Sampai kemudian Deby naik ke kursi tinggi yang berada di meja barista. Abian tentu sadar dengan seorang wanita yang menarik kursi persis disampingnya. Namun Abian tidak ambil pusing, ia hanya diam dan meneguk minumannya kembali. Deby mengulum bibirnya, berusaha tidak terlihat ragu, ia kemudian melirik minuman Abian. “Mau pesan apa?” Tanya Bartender tersebut. “Samakan saja dengan dia.” Jawab Deby yang menimbulkan lirikan tak kentara dari Abian. Deby kemudian tersenyum kecil dan menatap bartender itu dengan percaya diri. Bagus, ia sudah sedikit menarik perhatian Abian. “Martell cordon bleu?” Barista itu memastikan. “Sudah pernah minum sebelumnya?” “Belum, tapi aku mau mencobanya.” Jawab Deby masih dengan kepercayaan dirinya yang sama. “Aku mau mencoba minuman yang baru. Aku juga kuat minum.” Abian yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, kemudian memilih tak menghiraukan Deby. Sampai minuman yang sama dengannya disajikan dihadapan Deby dan Deby tanpa menunggu lama langsung meneguknya dengan cepat. “Uhuk!” Deby langsung terbatuk dan tenggorokannya benar-benar merasa terbakar. Bahkan kepalanya langsung pening dan perutnya mulas. Abian mengernyitkan dahi dan sedikit menggeser tubuhnya. Trauma dengan kejadian Atsa yang muntah di tubuhnya. Abian tidak ingin wanita tak dikenal ini juga muntah di dekatnya. “Tenang aja, aku jago minum dan nggak bakalan muntah. Kamu enggak perlu jijik begitu. Aku cuma belum terbiasa dengan sensasi menajubkan minuman ini.” Ucap Deby seolah memahami isi pikiran Abian. Ia bahkan memesan minuman itu lagi. “Lebih baik kamu jangan minum terlalu banyak.” Akhirnya Abian terpancing dan berbicara pada Deby. Deby tersenyum tipis dan menyesap minumannya. “Kenapa?” “Bahaya kalau wanita mabuk sendirian.” “Bisa dibungkus oleh lelaki-lelaki hidung belang maksudmu?” Abian hanya tersenyum kecil dan mengedikkan bahunya. “Kamu harus bisa menjaga diri.” “Tenang aja.” Deby kemudian menatap Abian. Memperhatikan penampilannya yang santai, namun lelaki ini jelas sangat tampan dalam sekali lihat. “Kamu sendirian?” “Seperti yang kamu lihat.” Bahkan Abian tidak pelit senyum. Saat berbicara dan tersenyum kecil saja, Deby dapat melihat dua lesung pipinya yang membuat Abian begitu manis dan dapat menakhlukan hati wanita manapun. “Kamu sendiri?” “Nggak ada orang kan di dekat aku.” “Ada.” Jawab Abian. “Siapa?” “Aku.” Godanya dan Deby kemudian tertawa. Bahkan Abian mengulurkan tangannya terlebih dahulu. “Bian.” Dan Deby kemudian menjabat tangannya. “Deby.” Deby dengan sengaja mengusap pelan genggaman tangan Abian. Ia berharap mendapatkan informasi baru mengenai Abian Hadinata dan Abian hampir masuk kedalam jebakan Deby. --- AUTHOR NOTE Hai! Selamat membaca Seri Trilogi Terakhir dari The Man Love Series. Semoga suka ya dengan cerita Abian ini. Dan jangan lupa penuhi cerita ini dengan penuh komen dan klik love di bagian sinopsis dan bantu cerita ini sampai 500 love ❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD