Pertemuan Kembali

5000 Words
Hari ini akan menjadi hari yang sangat sibuk untukku. Aku harus pergi ke kantor lebih awal untuk mengecek seluruh pakaian rancanganku yang akan ditampilkan pada acara fashion show nanti malam. "Adel...apa semua dress rancangan gue udah selesai?" tanyaku cepat pada Adel yang terlihat baru saja datang dari ruang produksi. "Udah sembilan puluh persen" jawab Adel yakin. "Sekarang dress-dressnya lagi diperiksa sama bagian quality control" lanjutnya lagi. "Oh oke kalau begitu. Thank you" jawabku lega. "Adel" panggilku seketika sambil menatap matanya tajam. Adel yang segera menoleh ke arahku dapat merasakan tatapan tajam mataku seperti singa yang siap menerkam mangsanya. "Mungkin ada pengakuan jujur yang mau diungkapkan?" tanyaku memancing. Adel hanya tersenyum kecil. "Jadi apa lo udah ngobrol dengan mantan pacar lo yang amat sangat lo rindukan itu ?" tanya Adel dengan nada bicara seperti menggodaku. "Sialan lo. Pinter banget aktingnya. Sok pura-pura nggak tau kalau Giordano bakal ngechat gue. Cocok lo jadi aktris" umpatku pada Adel sambil menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya karena aku berhasil dikelabui oleh sahabat dekatku sendiri, "Surprise "  ucap Adel. Adel tertawa puas mendengar jawabanku yang terdengar seperti amarah padahal lebih tepatnya itu adalah pujian karena Adel sukses membuat kejutan untukku. "Jadi apa aja nih yang udah diobrolin sama pasangan yang lagi kangen-kangenan ini ?" goda Adel lagi. "Jangan mengalihkan pembicaraan Del ! Jadi gimana ceritanya lo bisa ketemuan sama Giordano sampe lo kasih nomor gue ke dia? " tanyaku memaksa. Adel tersenyum kecil. Kali ini dia mendatangi mejaku dan duduk tepat di kursi depan mejaku sehingga kami sekarang duduk berhadap-hadapan. Flashback On Adel segera melajukan mobilnya ke UGD RS Harapan Bersama. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, mama Adel selalu memegangi perutnya sambil merintih kesakitan karena asam lambungnya kumat. Setibanya di UGD, para dokter dan perawat segera merawat mama Adel. Adel yang sejak tadi terlihat panik karena mengkhawatirkan mamanya tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya dengan seksama. "Adel " panggil seseorang ragu-ragu. Adel menoleh ke arah panggilan itu. Terlihat seorang pria tampan yang masih muda seperti seumurannya mengenakan baju dokter. Adel seperti mengenali sosok pria itu. Adel mengernyitkan dahinya berusaha mengingat-ingat siapa pria yang tampan yang ada di hadapannya itu. Tiba-tiba Adel mengingat seseorang ketika pria itu menyunggingkan senyumnya.  "Gio ya? Giordano bukan ?" ujar Adel sambil menunjuk-nunjuk. " Iya, saya Giordano, kamu Adel kan? Sahabat Emily? " balas dokter itu menyebut nama Emily. Seketika Adel tersadar bahwa pria ini adalah Giordano, mantan pacar oh tidak lebih tepatnya cinta pertamanya Emily, sahabatnya.  "Iya, saya sahabatnya Emily. Kamu lagi apa disini ? " tanya Adel penasaran. " Saya dokter jaga disini. Saya sudah lulus dan kembali ke Jakarta untuk praktek kerja lapangan di rumah sakit ini sambil mengambil program spesialis. " jawabnya menjelaskan. 'Giordano memang berkharisma. Selain tampan, dia juga pintar, kaya, dan pembawaannya sangat hangat dan ramah. Wajar saja Emily sangat jatuh cinta kepada Giordano.' pikiran Adel  berkata-kata sendiri. " Oh...sejak kapan kamu kerja di rumah sakit ini? " tanya Adel lagi " Baru dua bulan ini. " jawabnya singkat. "Bagaimana kabar kamu? Kamu sendiri kerja dimana?" tanyanya ramah. " Saya kerja di perusahaannya Emily, saya jadi asistennya " jawab Adel jujur. " Oh ya ? Bagaimana kabar Emily ? Dia pasti sudah jadi desainer hebat sekarang ya ? " tanya Giordano lagi. " Ya...Emily memang mempunyai selera yang bagus soal fashion, sehingga setelah Emily masuk ke perusahaan papanya, perusahaan itu semakin maju dan berkembang bahkan bisa membuat bisnis retail fashion sendiri sekarang. " jawabku memuaskan rasa penasarannya. Giordano mengangguk-anggukkan kepalanya. "Boleh saya minta nomor whatsappnya Emily ?" ujar Giordano tiba-tiba. "Oh ya boleh...08123445566 " jawab Adel membacakan nomor Emily. "Thank you. Nomor kamu sendiri berapa ? " tanya Giordano lagi. " Kalau cuma mau tahu nomor Emily aja juga nggak apa-apa kok Gio " jawabku menggoda Giordano yang kemudian diiringi dengan gelak tawa dari Giordano. " Ha ha ha...Nggak kok, saya mau menyimpan nomor semua teman-teman yang saya kenal " ujar Giordano memberikan alasan. Setelah Adel memberikan nomor whatsappnya, Giordano segera memberikan resep obat untuk sakit lambung mamanya. "Oke ini resepnya buat mama kamu. Bisa langsung ditebus di apotek ya ! " ujar Giordano terlihat lebih profesional sekarang. "Semoga mama kamu cepat sembuh ya ! " ujar Giordano lagi sambil beranjak dari tempatnya. "Baik dokter Gio. Terima kasih " ujarku sambil mengambil selembar resep ditangannya. Adel tersenyum puas, dia tahu sebentar lagi Giordano pasti akan menghubungi Emily, hal yang selama ini selalu ditunggu-tunggu dan diharapkan oleh Emily. Adel tidak percaya setelah sekian lama jarak dan waktu memisahkan Giordano dan Emily, sepertinya akan ada takdir baik yang bisa mempertemukan mereka kembali.  Flashback Off "Karena dia minta nomor w******p lo, gue yakin berarti sekarang ini dia belum punya pacar kan?" sahut Adel seperti bertanya atau lebih tepatnya memberikan isyarat kepadaku bahwa tujuan Giordano menghubungiku karena ingin mendekatiku lagi. Tapi tanpa Adel sadari pertanyaannya malah membuatku berpikir, 'Apakah Giordano pernah menjalin hubungan dengan orang lain lagi setelah perpisahan kami lima tahun yang lalu?' Tiba-tiba saja dadaku menjadi terasa sesak memikirkan hal itu. Sedangkan aku disini selalu mengenang dan merindukannya sehingga tidak bisa menerima orang lain lagi dalam kehidupanku. "Gue nggak tahu dia udah punya pacar atau belum " jawabku terlihat cuek. "Ya pasti belom lah atau mungkin udah putus, yang pasti gue yakin kalau status dia saat ini single " sahut Adel meyakinkanku dengan menegaskan kata single tapi justru malah semakin membuat perasaanku menjadi sedih karena memikirkan pernah ada orang lain yang mungkin mengisi hati Giordano . Aku sangat cemburu akan hal itu. “Tapi kemarin kayaknya gue yang lebih agresif deh Del “ ujarku malu   “Hah? Agresif gimana maksud lo? “ tanya Adel penasaran.   “ Iya…nggak tau kenapa kemarin bisa-bisanya gue bilang kalau dia adalah orang yang spesial di hati gue "  curhatku jujur. "Apa? " ujar Adel terkejut.  Plok plok plok. Adel memberikan tepuk tangan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Keren...lo bisa juga jujur akhirnya padahal gue tahu lo adalah orang yang paling gengsian sedunia untuk mengakui perasaan dan kelemahan lo." ujar Adel memuji. "Terus gimana tanggapan Gio setelah lo bilang gitu ke dia? " tanya Adel lagi. "Dia langsung telepon gue " jawabku malu dengan pipi yang sepertinya mulai memerah. " Aduh...itu gue langsung panik tau nggak. Tapi akhirnya gue beraniin diri buat angkat telepon dari dia. Waktu ditelepon gue mancing lagi dengan bilang kalau dia adalah orang yang spesial di hati gue. Gue pengen aja gitu denger jawaban dari dia. Dia bilang kalau selama ini dia juga selalu inget sama gue. Cuma ya gitulah kemaren itu Gio kayak lebih formal gt bahasanya basi-basi, gue yang terlalu to the point. Jadi malu gue tapi gimana lagi? Nggak tahu kenapa gue pengen jujur. Mungkin karena gue udah nggak tahan aja kali ya mendem semua perasaan gue" ceritaku panjang lebar. "Lagian gue juga nggak berharap banyak bisa balikan lagi sama dia. Anggep aja gue berusaha ngeluarin semua unek-unek di hati gue supaya gue plong. " lanjutku lagi beralasan, "Yakin lo nggak mau balikan lagi sama Gio? " tanya Adel menggodaku. " Iya...maksud gue bukan nggak mau balikan cuma gak mau terlalu berharap aja. Takut kecewa. Yang penting gue udah ngomong, gue juga kan nggak tahu perasaan dia ke gue tuh gimana? Apa dia bener-bener suka sama gue atau nggak? Soalnya harus gue akui, gue yang cinta banget sama dia. Nggak tahu kenapa? Padahal dulu itu kita masih bocil banget, tapi kenapa perasaan gue sedalem itu sama dia. Mungkin ya karena dia cinta pertama gue. Gue pernah berharap, kalau misalnya gue bisa mengulang kehidupan, gue pengen terlahir untuk jadi jodohnya Gio. Seandainya jodoh Gio itu gue, berarti gue akan mengulang kehidupan yang sama lagi sebagai gue. Hahaha " jawabku panjang lebar seraya curhat. Adel tersenyum mendengarkan ceritaku. "Emang dalem banget perasaan lo sama Gio, Em!" ujar Adel menyimpulkan. " Tapi nggak salah sih, karena Gio emang ganteng, secara fisik oke, pinter, kaya, dan dia tuh orangnya supel, humble, dan ramah sama semua orang. Nyenengin orangnya, jadi wajar sih kalau banyak cewek yang suka. " lanjutnya. " Iya sih, tapi kalau mau dibilang yang ganteng juga banyak sih Del, yang baik banyak, yang pinter banyak, yang kaya banyak. Cuma nggak tahu ya kalau gue lihat Giordano itu perasaan gue itu langsung bergetar gitu " ceritaku sambil membayangkan wajah Giordano. "Ha ha ha ya bedalah kalau sudah tertancap panah asmara. Giordano..ha ha ha . Peletnya kuat berarti dia " sahut Adel menggodaku. "Ha ha ha " jawabku dengan tertawa dan tersipu malu. Ting Handphoneku berbunyi Adel berdiri dari bangku yang dia duduki dan kembali ke meja kerjanya dan mengisyaratkan bahwa pembicaraan kami sudah berakhir sampai disitu.  Aku mengambil handphoneku dan membuka chat yang baru saja masuk itu. Giordano " Pagi Em !" " Lagi apa ?"  " Udah di kantor ?" Aku tersenyum. 'Pagi-pagi udah sempetin chat duluan aja'  batinku senang. Aku semakin yakin sepertinya Adel benar kalau Giordano tidak memiliki pasangan saat ini. Tapi...'Apa mungkin dia sudah memiliki kekasih tapi tetap juga mendekatiku lagi? ' pikiranku tiba-tiba meragukan kepribadian Giordano. Aku sudah lima tahun tidak pernah tahu kabarnya dan aku tidak tahu apakah ada banyak hal yang mungkin sudah berubah dari Giordano. 'Giordano seperti apa yang sedang aku hadapi sekarang?'  ujarku dalam hati. Entahlah, Giordano dari dulu memang sering membuatku cemburu tanpa dia sadari. Karena kepribadiannya yang ramah dan hangat kepada semua orang termasuk wanita, membuatku selalu merasa bahwa dia suka tebar pesona dan tanpa sadar seolah memberikan harapan kepada semua wanita yang mendekatinya. " Pagi juga ! " " Iya udah di kantor " " Lagi ngecek persiapan untuk acara fashion show nanti malam " " Oh ya ? " " Kamu ada acara fashion show nanti malam ? " " Apa kamu nggak berniat untuk mengundang aku ? " " Lo mau datang ? " " Apa lo gak sibuk nanti malam ? " " Ya mau dong kalau diundang " " Nggak sibuk kok " " Kebetulan aku hari ini dapat shift pagi jadi nanti malam bisa free " " Oke gue siapin undangannya buat lo " " Ada alamat email ? " " Gue send by email nanti soalnya undangannya pakai barcode. " " dr_giordanocollin@yahoo.com " " Gue tunggu undangannya "  " Thank you ya Em ! "  " You're welcome " Aku tersenyum senang mengetahui Giordano akan datang ke acara fashion showku nanti malam. Itu artinya tidak lama lagi kami akan segera bertatap muka setelah sekian lama. Seketika aku menjadi gugup tidak berani membayangkan bagaimana situasi canggung yang akan tercipta diantara kami nanti. " Del...tolong kirimin ke email gue undangan fashion show buat nanti malam...satu " sahutku meminta pada Adel. " Buat Gio ? " tanya Adel menebak dengan nada bicara yang menyebalkan. Aku melirik ke arahnya sambil menyunggingkan senyum kecil. " Lo udah tahu jawabannya detektif Adel " jawabku kesal karena Adel selalu mencoba menggodaku. " Wah...baru kemarin kontak-kontakan lagi, sekarang udah mau ketemuan aja. Cepet banget geraknya si Gio. Kelihatannya bakal ada CLBK lagi nih sebentar lagi. " ujar Adel menggodaku lagi dengan kalimat yang sangat to the point. " Stop ! " teriakku gemas karena Adel membuatku malu sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. " Jangan terlalu menyemangati gue Del. Kita masih belum tahu apa yang akan terjadi nanti. " ujarku seketika melembutkan nada bicaraku. " Masih ada sesuatu yang mengganjal di hati gue " ucapku jujur.  " Semuanya terlalu cepet berubah kayak roller coaster " sahutku lagi sambil tersenyum lirih. Adel mulai terdiam tidak berani lagi mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawab perkataanku. Adel sangat mengerti bagaimana hancurnya perasaanku saat ditinggalkan oleh Giordano dulu. Perasaan yang menorehkan luka yang sangat dalam di hatiku sehingga tanpa sadar waktu lima tahun kulewati tanpa bisa menerima pria lain masuk ke dalam hidupku lagi. Aku selalu beralasan ingin fokus pada kuliahku dan pekerjaanku yang sangat sibuk sekarang ini. Tapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak pernah bisa melupakan rasa cintaku yang begitu dalam kepada Giordano. Aku selalu mengingatnya, semua hal tentangnya bahkan sampai hal detail tentang diri Giordano. Mulai dari ulang tahunnya, makanan kesukaannya, warna favouritnya, tempat makan favouritnya, bahkan nomor rumahnya karena aku ingat saat aku pernah menguntit dia pulang kerumahnya hanya karena aku ingin tahu dimana dia tinggal. Oh, Giordano, aku tidak mengerti perasaan apa yang aku alami, mungkin ini yang disebut orang cinta pertama atau bahkan cinta sejati. *** " Semua udah oke ? " tanyaku memastikan pada Andrew, pemilik event organizer yang membantuku menghandle acara fashion show pada malam hari ini. " Sudah siap semua nona cantik " jawab Andrew mantap sambil memperlihatkan senyum manis dengan gigi gingsul khasnya itu. " Bajumu hari ini cantik banget " ujar Andrew memuji. " Oh jadi bajunya aja yang cantik ya Drew " tanyaku menggoda Andrew sambil tersenyum. " Oh kalau kamu sih pake apa aja setiap hari selalu cantik " balas Andrew memuji. " Tapi nggak tahu ya kenapa hari ini kamu kok kelihatan cantik sekali?  Auranya beda, wajahmu kelihatan bersinar gitu, mungkin kamu lagi bahagia ya? Semoga fashion shownya sukses ya cantik ! Laku banyak baju-bajunya " lanjut Andrew lagi. " Ha ha ha. Masa sih? Thank you Andrew. Iya mungkin karena aku hari ini lagi bahagia. Ya udah aku mingle dulu ya mau nyapa undangan-undangan yang datang. Bye Andrew! " jawabku Aku terkaget dengan ucapan Andrew yang mengatakan kalau aura wajahku saat ini bersinar. ' Apakah karena aku bahagia sebentar lagi akan bertemu dengan Giordano? ' pikirku dalam hati. Andrew memang selalu jujur dengan perkataannya. Ya, Andrew adalah mitra kerjaku yang selalu dapat kuandalkan dalam setiap event yang diselenggarakan oleh perusahaanku. Hampir seluruh event yang diadakan oleh perusahaanku dihandle oleh event organizer milik Andrew. Andrew adalah orang yang sangat ramah, hangat, tapi juga tegas dan profesional saat berada dalam situasi bekerja. Itulah sebabnya meskipun masih muda, ya umurnya masih sekitar 25 tahun, tepat dua tahun di atasku, dia sudah sangat sukses mendirikan perusahaan event organizer yang sangat terkenal dan bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar juga. Andrew memang sangat baik, dia adalah sahabatku selain Adel. Hari ini ballroom Hotel JW Marriot terlihat sangat mewah dan megah. Aku duduk di kursi deretan paling depan bersama dengan papa dan mamaku, direktur utama, wakil direktur, para manager, dan seluruh desainer dari perusahaanku. Aku mengenakan gaun mewah berwarna biru dongker dengan taburan swarovski kecil-kecil dengan model kerah sabrina yang memiliki satu belahan  panjang di paha sampai ke ujung kaki sehingga membuatku terlihat seksi dan menarik. Juga rambut ikal coklatku yang disanggul tinggi ke atas membuat leher jenjangku terlihat sangat serasi dengan pundakku yang juga terbuka. Aku memang berusaha berpenampilan semenarik mungkin hari ini karena aku akan bertemu dengan Giordano malam hari ini. Acara fashion show berjalan dengan sangat lancar hari ini. Selama acara berlangsung aku selalu merasa gelisah. Bukan gelisah karena peragaan fashion show di depan panggung yang sedang menampilkan desain pakaian rancanganku tapi gelisah karena menunggu-nunggu apakah Giordano sudah datang atau belum karena aku tidak bisa melihatnya diantara para tamu. Akhirnya acara pun sudah tiba di penghujungnya dan kami para desainer maju ke depan panggung untuk kemudian diberikan buket bunga oleh para asisten kami sebagai simbol terima kasih atas semua rancangan pakaian yang sudah ditampilkan. Confetti pun diluncurkan dan asap memenuhi panggung diiringi dengan lagu ' I am Alive ' nya Celine Dion yang dinyanyikan oleh Agnez Mo sebagai pengisi acara hari ini.  Aku turun dari panggung dan bergegas ke toilet untuk segera melepaskan keinginan buang air kecil yang sudah aku tahan-tahan sedari tadi. Baru saja aku keluar dari toilet wanita dan hendak menuju kursiku tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang sejak tadi sudah aku tunggu-tunggu. Aku terpana dan merasakan detak jantungku yang berdegup begitu kencang saat melihat ketampanan wajah Giordano yang tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Giordano memiliki bentuk wajah oval dengan hidung macung dan mata bulat yang berwarna kebiruan. Giordano memang pria blasteran Belanda - Indonesia sehingga membuat wajahnya terlihat seperti bule ditambah lagi dengan rambut kecoklatan yang dimilikinya. Jangan lupakan sedikit jambang tipis yang dibiarkan tumbuh mengelilingi wajahnya dan membuatnya semakin terlihat maskulin. " Congratulation ! " ucapnya membuyarkan pandangan terpesonaku seraya menyerahkan sebuket bunga mawar berwarna pink yang masih terlihat segar meskipun saat ini sudah malam. " Thank you ! " jawabku sambil tersenyum lebar dan mencium bunga mawar yang sangat wangi dan segar pemberian dari Giordano. " Mawarnya cantik banget, gue suka, warna pink lagi kayak warna kesukaan gue " ujarku gembira tidak dapat menutupi perasaan senangku. " Ya...tapi nggak lebih cantik dari kamu " sahutnya memuji sambil terus memandangi wajahku dengan mata berbinar. " Ah, bisa aja " jawabku malu dengan pipi yang memerah. " Kamu pulang sama siapa ? " tanyanya tiba-tiba. Aku terdiam sejenak mencoba memikirkan jawaban apa yang tepat untuk kukatakan. Sebetulnya aku membawa mobil sendiri tapi aku berpikir untuk tidak menjawab seperti itu karena kelihatannya Giordano akan menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang.  " Diantar supir kantor " jawabku ngasal dan bersyukur bisa dengan cepat memberikan jawaban yang masuk akal.  " Oh... Boleh aku aja yang antar kamu pulang ? " tanyanya menawarkan diri dengan wajah berharap. " Emmm... " aktingku pura-pura berpikir supaya terlihat tidak terlalu antusias untuk menjawab iya.  " Boleh " jawabku singkat sambil tersenyum padanya. Terlihat rona bahagia terpancar dari raut wajah Giordano setelah mendengar jawabanku. " Lo duluan ya, tunggu gue di lobby, gue mau ambil tas gue dulu dan kasih tahu supir kantor supaya dia bisa nganterin karyawan yang lain. " ucapku beralasan.  " Oke " jawabnya singkat diiringi senyuman dan segera berlalu dari hadapanku. Aku menoleh ke kanan merasa seperti ada yang sedang memperhatikanku tapi tidak ada siapapun yang terlihat. " Nanti tolong kasihin ke Pak Toto ya Del, suruh dia besok pagi anterin mobil gue ke apartemen " pintaku pada Adel sambil tersenyum dan mengedipkan sebalah mataku seraya menyerahkan kunci mobilku. " Terus lo mau pulang gimana? " tanya Adel yang kemudian menyesal telah bertanya karena akhirnya dia bisa menebak bahwa aku akan pulang dengan Giordano.  " Oh... I see i see oke " sahutnya lagi tanpa menunggu jawaban dariku.  " Have fun ya ! " ucap Adel terlihat memberi semangat sekaligus menggodaku. Aku melangkahkan kaki menghampiri papa mamaku dan berpamitan kepada mereka sebelum aku menuju lift untuk turun ke lobby. Giordano POV Aku bisa menemukan dimana Emily berada meski ditengah kerumunan orang yang sangat banyak ini. Emily memang sangat cantik, dia wanita yang pintar dan kepribadiannya sangat kuat. Tidak banyak perubahan yang terlihat dari Emily saat SMA dulu dengan sekarang ini kecuali pembawaanya yang terlihat semakin matang dan dewasa. Aku tersenyum geli melihat Emily yang gelisah dan selalu melihat-lihat ke sekeliling ballroom seperti sedang mencari-cari sesuatu. Tentu saja aku tahu Emily mungkin sedang mencari-cari dimana aku duduk. Tapi karena tamu yang duduk di depanku berpostur tinggi besar hingga menutupi wajahku membuat Emily tidak bisa melihatku. Akhirnya acara pun selesai, aku melihat Emily menuju toilet wanita dan aku memutuskan untuk menunggunya di depan toilet wanita yang terlihat sepi itu. Emily pun keluar dari toilet wanita. Aku tersenyum geli melihat ekspresi terkejut dan salah tingkah saat Emily menyadari kalau aku ada dihadapannya,  " Congratulation ! " ucapku membuyarkan pandangan terkejutnya seraya menyerahkan sebuket bunga mawar berwarna pink. " Thank you ! " jawabnya sambil tersenyum lebar dan mencium bunga mawar yang baru saja kuberikan. " Mawarnya cantik banget, gue suka, warna pink lagi kayak warna kesukaan gue " ujarnya terlihat senang sambil menggigit sedikit dari bibir bawahnya. ' Sialan, bibirnya seksi banget. Aku jadi b*******h melihatnya menggigit bibir bawahnya. Rasanya ingin langsung kulumat bibir merah itu ' ujarku dalam hati. " Ya...tapi nggak lebih cantik dari kamu " sahutku memuji sambil terus memandangi wajahnya dengan mata berbinar. " Ah, bisa aja " jawabnya malu-malu dengan pipi yang memerah seperti tomat. ' Ah Emily terlihat semakin menarik dan menggoda. Apalagi dia mengenakan dress yang sangat seksi sehingga bisa memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya yang ramping bak biola'  pikiranku berkata-kata sendiri. " Kamu pulang sama siapa ? " tanyaku lagi. Emily terdiam sejenak dan terlihat ragu. " Diantar supir kantor " jawabnya " Oh... Boleh aku aja yang antar kamu pulang ? " pintaku pada Emily. " Emmm... Boleh " jawabnya singkat sambil tersenyum. Aku tersenyum menunjukkan ekspresi bahagiaku karena bisa memiliki waktu yang lebih lama untuk mengobrol dengannya malam hari ini. " Lo duluan ya, tunggu gue di lobby, gue mau ambil tas gue dulu dan kasih tahu supir kantor supaya dia bisa nganterin karyawan yang lain. " ujar Emily padaku " Oke " jawabku singkat sambil tersenyum dan segera pergi meninggalkan toilet wanita itu. Aku menoleh ke kiri dan merasa ada yang sedang memperhatikanku tapi tidak kulihat siapapun disana. Aku pun langsung menuju lift untuk turun ke lobby.  Emily POV Di lobby, Giordano sedang duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. " Ayo Gio kita pulang " ujarku padanya. Kami menuju parkiran dan Giordano mendekati mobil Audi berwarna merah yang sangat mahal miliknya. Lalu dia membuka bagasi mobil dan menaruh buket bungaku di sana. Ia membukakan pintu mobil seraya mempersilakanku masuk untuk duduk di samping kursi pengemudi kemudian ia segera duduk di kursi kemudinya. " Jadi sekarang aku harus antar kamu kemana ? " tanyanya sambil memasangkan safety belt milikku sehingga membuat wajahnya dekat dengan wajahku. " Apartemen Casa Grande " jawabku gugup sambil mengigit bibir bawahku karena wajah Giordano sangat dekat dengan wajahku hingga aku bisa merasakan hembusan nafas dan aroma segar dari mulutnya.  " Sejak kapan kamu tinggal di apartemen ? " tanyanya membuyarkan grogiku setelah dia kembali memposisikan duduknya dengan benar dan mulai melajukan mobilnya. " Sejak mulai kerja " jawabku sambil berusaha menyamankan posisi dudukku. " Kamu tinggal sendirian di apartemen ? " tanyanya lagi seperti seorang detektif  " Iya...sendiri " jawabku singkat  " Kok boleh sama mama papa kamu ? " Kamu anak tunggal kan ? " tanyanya lagi lebih detail " Boleh lah. " jawabku sambil tersenyum. " Gue sering kerja sampai malem, Gio. Untuk menghemat waktu dan tenaga jadi gue ijin untuk tinggal di apartemen aja karena apartemen gue deket banget sama kantor. Cari praktisnya aja " lanjutku memberi penjelasan.  " Ooo "  jawabnya singkat sambil tersenyum lalu memutar instrumen musik klasik di mobil yang sedang maju perlahan ini.  Perjalananku terasa sangat lama untuk sampai ke apartemen karena Giordano mengendarai mobilnya dengan lambat. Mungkin dia ingin sedikit mengulur waktu supaya bisa mengobrol lebih lama denganku. Setelah satu jam, akhirnya kami tiba di parkiran tower apartemenku.  " Thank you ya udah nganterin gue pulang " ucapku sambil menoleh ke arahnya. Giordano hanya diam sambil menatap wajahku dalam-dalam seakan tidak rela membiarkanku pergi begitu saja. Tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya ke arahku dan mengangkat tangan kanannya untuk mengelus lembut wajahku yang pasti sudah terlihat sangat gugup dengan pipi yang memerah karena diperlakukan seperti itu oleh Giordano. " Kamu memang selalu cantik dari dulu " ucapnya tiba-tiba dengan suara yang sangat lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari mataku. Aku jadi bisa melihat dengan jelas mata birunya yang sangat indah dengan bulu mata lentik yang juga lebat. " Oh kalau itu sih seluruh dunia juga tahu " jawabku tersenyum sambil mengalihkan pandangan mataku dari matanya dan berusaha menghilangkan kegugupanku dengan membuka safety belt yang melingkar erat di pinggangku. Tapi tiba-tiba tanganku terhenti karena dengan cepat tangan Giordano memegang tangan kananku. Aku menjadi semakin gugup sehingga membuat tanganku sedikit bergetar. Giordano tersenyum lalu menaruh tanganku dan dia mencoba membukakan safety belt untukku. Aku menghembuskan nafas lega. Perasaan berdebar seperti ini tidak pernah kurasakan lagi selama lima tahun ini. Hanya dengan Giordano aku bisa merasakan perasaan gugup, canggung, salah tingkah dan juga bahagia. " Kamu besok ada waktu ? " tanyanya tiba-tiba mencairkan suasana yang sukses membuatku sedikit berkeringat meskipun AC mobil ini sangat dingin.  " Memangnya ada apa ? " aku balik ternyata tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Giordano terlebih dahulu. " Besok aku cuti " katanya lagi. " Aku mau jalan-jalan ke pantai. Kamu mau nemenin aku ? " pintanya dengan mimik muka memohon. Tentu saja aku tidak bisa melewatkan kesempatan berharga yang sangat aku tunggu-tunggu ini. Tapi aku malu jika harus menjawabnya dengan langsung mengiyakan permintaannya. " Emang lo mau kemana ? Terus berapa hari ? " Nginep atau tolak ? " tanyaku bertubi-tubi berusaha mengulur-ulur jawaban.  " Ya rencananya sih ke Pulau Tidung, yang deket aja " jawabnya yakin seolah-olah sudah mempersiapkan rencananya jauh-jauh hari. " Sehari aja dan nggak nginep, lagian...emang boleh kamu diajak nginep ? " tanyanya lagi seperti menggodaku.  " Ha ha ha " aku geli mendengar pertanyaan Giordano. " Kalau misalnya gue nggak ikut gimana? " tanyaku perlahan. " Ya aku batalin lah jalan-jalannya " jawabnya jujur dengan ekspresi kecewa. Aku tertawa melihat raut wajah cemberutnya. " Jadi lo ini emang niat cuti buat jalan-jalan nggak sih ? " tanyaku lucu melihat mukanya yang sudah mulai terlihat frustasi. " Niat cuti buat jalan-jalan... tapi sama kamu " jawabnya terus terang sambil menatap mataku dalam. "Jadi gimana kamu mau atau nggak sih ? " tanyanya lagi kali ini lebih serius. Dia menaruh tangan kirinya di atas kepalaku dan memainkan rambutku gemas sambil menaik-turunkan kedua matanya menunggu jawabanku. " Oke " jawabku singkat sambil tertawa tidak sanggup untuk menggodanya lagi. " Jadi mau kan ? " tanyanya lagi memastikan jawaban oke yang kulontarkan.  " Iya mau " jawabku kembali mempertegas. " Nah gitu dong dari tadi. Kamu memang pinter mempermainkan perasaan orang " ujarnya protes terhadapku. " Gue " tanyaku sambil mengarahkan jari telunjuk ke dadaku. " Iya...kamu " jawabnya tegas. " Dari dulu kamu emang selalu pinter mainin perasaan orang " ujarnya gemas sambil mengusap rambut atasku kasar. Aku terkesiap mendengar ungkapan jujur yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia benar, tanpa aku sadari gengsiku membuatku terlihat tidak mencintainya. Padahal perasaan yang aku rasakan padanya sangat dalam. Aku hanya merasa malu untuk mengungkapkan perasaanku secara langsung kepadanya. Hari ini aku tersadar dan aku tidak mau lagi melakukan kesalahan yang sama seperti dahulu yang mungkin saja membuatku bisa kehilangan Giordano kembali. Aku menoleh ke arahnya, kuberanikan diri mengangkat tangan kananku dan menempelkannya di pipi Giordano yang sangat lembut itu. Giordano mengeluarkan ekspresi wajah terkejut saat tangan mungilku mengusap-usap lembut pipinya. " Maaf ya " ujarku berkata dengan tulus sambil melemparkan pandangan ke arahnya dan tersenyum, kali ini lebih lembut. Dia membalas senyumanku dan memegang tangan kananku yang masih berada di pipi kirinya. Ia mengambil tanganku dan mencium punggung tanganku dengan perlahan seperti seorang pangeran yang sedang mencium tangan seorang putri. Aku merasakan hangat bibirnya menempel di tanganku yang sepertinya akan membuatku tidak mau mencuci tanganku malam ini supaya bekas bibirnya tidak menghilang dari tanganku. Aku melepaskan tanganku yang mulai terasa geli karena kumis kecilnya menusuk-nusuk di sela-sela kulit tanganku. " Gue masuk ya. Thank you buat hari ini ! " ujarku lalu segera membuka pintu mobil yang ada disampingku. Giordano ikut turun dari mobilnya lalu berusaha menghentikan langkahku. " Tunggu ! " perintahnya  Ia membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan buket bunga mawar yang tadi diberikannya kepadaku. " Ini ketinggalan " ujarnya mengingatkan seraya memberikan buket bunga itu kepadaku. " Oh iya lupa " jawabku tersenyum lalu berbalik mengambil buket bunga mawar berwarna pink yang sangat indah itu. " Thank you sekali lagi " ucapku tulus. Giordano memajukan langkahnya ke arahku kemudian memeluk dan mengecup keningku sangat dalam sehingga memberikan perasaan hangat yang seketika memenuhi seluruh tubuhku. " Thank you juga buat hari ini. Kamu selalu berhasil membuat aku bahagia saat aku dekat dengan kamu. " ucapnya mengakhiri pertemuan kami lalu kembali masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya perlahan. Aku tersanjung dengan ucapan Giordano yang mengatakan bahwa aku bisa membuatnya bahagia. Apakah mungkin Giordano memiliki perasaan yang sama denganku ? Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam apartemen dengan perasaan yang amat sangat bahagia. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Ini baru hari kedua aku berkomunikasi lagi dengan Giordano tapi aku sudah merasa kalau hidupku yang dulu terasa hampa telah menjadi hidup kembali. Aku bersyukur pertemuan kembali kami meninggalkan momen yang sangat berkesan bagi kami berdua. Aku tidak sabar menunggu besok dimana aku akan menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan hanya berdua dengan Giordano setelah sekian lama.  Giordano POV Aku sengaja mendekatkan wajahku ke wajah Emily saat membantunya memasang safety belt. Terlihat rona gugup dari wajah Emily yang membuatnya menggigit bibir bawahnya. 's**t ! Kenapa dia harus mengigit bibir bawahnya yang terlihat seksi dan menggodaku ? Hampir saja aku tidak bisa mengontrol diriku untuk segera mencium bibirnya' ucapku dalam hati. Kami berbincang-bincang santai tapi aku merasa panas dingin duduk bersebelahan dengan Emily karena pakaian seksinya yang menggoda. Bagaimana tidak sejak tadi aku bisa melihat paha mulus dan putihnya yang dibiarkannya terlihat karena belahan panjang dari dressnya. Emily memang sangat seksi. Lihat saja payudaranya begitu besar dan bulat seolah menantang setiap orang yang melihatnya. Karena tidak konsentrasi setiranku menjadi lambat.  " Thank you ya udah nganterin gue pulang " ucapnya sambil menoleh ke arahku Aku menatap wajahnya dalam-dalam dan mendekatkan wajahku ke arahnya kemudian mengangkat tangan kananku untuk mengelus lembut wajahnya yang terlihat memerah karena gugup. " Kamu memang selalu cantik dari dulu " ucapku memujinya. " Oh kalau itu sih seluruh dunia juga tahu " jawabnya tersenyum sambil mengalihkan pandangan matanya dari mataku dan berusaha membuka safety beltnya.  Aku senang melihat kegugupannya saat aku berusaha menggodanya dengan memegang tangannya yang kurasa sedikit gemetar ketika aku menolong membukakan safety beltnya. Aku mengajaknya jalan-jalan besok ke Pulau Tidung dan aku senang Emily tidak menolaknya. " Jadi mau kan ? " tanyaku lagi memastikan. " Iya mau " jawabnya  " Nah gitu dong dari tadi. Kamu memang pinter mempermainkan perasaan orang " ucapku jujur " Gue " tanya Emily sambil menunjuk dirinya. " Iya...kamu " jawabku tegas. " Dari dulu kamu emang selalu pinter mainin perasaan orang " lanjutku gemas sambil mengusap rambutnya. Emily seperti terkejut dan tiba-tiba dia mengusap lembut pipiku " Maaf ya " ujarnya dengan lembut sambil menatapku. Aku mengambil tangannya di pipiku dan mencium tangannya yang lembut dengan perlahan. " Gue masuk ya. Thank you buat hari ini ! " ujarnya tiba-tiba dan kemudian segera membuka pintu mobil. " Tunggu ! " sahutku Aku mengambil buket bunga mawar dari bagasi mobilku dan menyerahkannya pada Emily. " Thank you sekali lagi " ucapnya Aku memberanikan diri memeluk dan mencium kening Emily. Aku bersyukur tidak ada penolakan dari Emily malah aku merasa Emily merespon dengan hangat. Aku yakin sepertinya Emily memang mencintaiku.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD