Wejangan

2072 Words
Mereka melanjutkan langkah kakinya menuju tengah. Di tengah Villa tersebut ada sebuah pendopo, tepat berada di sisi kolam sebelah kiri dan tidak jauh dari pintu masuk candi. Pendopo ini terlihat sangat cantik, atap yang masih terbuat dari anyaman bambu, dan lampu-lampu jaman dulu menunjang kecantikannya. Di Atas pendopo tersebut disuguhkan beberapa kamar di depannya. Jadi jika mengadakan rapat di pendopo maka tatapan mata mereka akan menuju kamar-kamar yang berada di atas nya. Kamar-kamar tersebut terlihat sangat lembab. Disini lah biasanya Para Pecinta Alam dan Para pendaki mampir untuk beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanannya kembali naik ke Gunung Ciremai. Sebelum ke kamar pasti akan melewati sebuah jembatan kecil dan juga lorong yang di kanan kirinya terdapat patung macan, dan ada ukiran ular yang terukir indah di salah satu tembok di sekitar lorong tersebut. Lalu akan melewati dapur yang cukup luas, dan melewati lorong kecil kembali yang hanya bisa dilewati satu orang saja, dan terlihat kamar yang beriringan yang nantinya akan dipakai untuk tidur para mahasiswa tersebut.  2 kamar yang disewa lebih enak dan nyaman sepertinya, karena masih ada cahaya matahari yang nanti nya masuk melalui ventilasi jendela kamar. Tidak seperti kamar yang lain, celah untuk cahaya matahari masuk sekedar untuk memberi kehangatan saja tidak ada. Sengaja mengambil kamar yang bersebelahan, karena tujuan nya agar tidak repot naik turun saat diminta untuk kumpul dan juga jaga-jaga apabila ada sesuatu kejadian yang sangat tidak diinginkan. Disamping kedua kamar tersebut ada tangga sebagai akses alternatif yang langsung menuju ke parkiran. Jadi, lebih memudahkan siapa saja yang menginap disana saat harus keluar Villa hanya sekedar untuk membeli makanan. Pokoknya Villa ini sangat unik menurut mereka dan banyak orang. Tapi menurut penduduk daerah sekitar, Villa ini cukup angker. Apakah villa ini seangker yang dipikirkan oleh penduduk sekitar? Atau itu semua hanya pikiran belaka penduduk sekitar saja? Entahlah, mereka baru survey hari ini, mungkin besok atau lusa mereka akan menginap di Villa tersebut. Setelah selesai survey dan nego harga sama Pak Toto.  *** Mereka mampir sejenak ke sebuah warung yang tidak jauh jaraknya dari Villa. Sekedar untuk beristirahat, minum dan ngemil. Baru sampai warung dan duduk sejenak, Pemilik Warung mendekat dan mengerutkan dahi nya, heran melihat mereka turun dari arah Villa tersebut. Sepertinya hendak bertanya, tapi bingung, "Habis dari mana, Neng?" tanya Bapak Pemilik Warung mengawali pembicaraan kami. "Oh ini Pak, habis dari villa itu. Survey villa untuk acara lusa. Kenapa begitu, Pak?" jawab Iffa penuh dengan rasa penasaran, karena melihat raut wajah Pemilik Warung yang langsung berubah. Ia pun bertanya balik. "Apa tidak takut, Neng?" Bukannya menjawab pertanyaan Iffa, Bapak Pemilik Warung malah bertanya kembali. "Eh ada tamu, Pak?" tanya seorang perempuan agak sedikit tua, mungkin istrinya. "Iya Ibu, ini mahasiswa yang menyewa Villa diatas sana," balas Bapak Pemilik Warung hati-hati sekali bicaranya. "Emang masih bisa disewakan Pak?" tanya Istrinya bingung. "Entah Bu, bapak juga baru tau dari si Neng ini. Mereka sudah nego harga sama Pak Toto," balas Bapak Pemilik Warung dengan suara lemah cemas. "Hehe, iya Bu. Insya Allah aman," ujar Mas Jaka mencairkan suasana yang canggung dan sedikit agak panas. "Oh iya Pak, tadi Bapak bilang apa gak takut? Memang apa yang harus ditakutkan, Pak?" Iffa semakin dibuat penasaran oleh Pemilik Warung, sebenarnya ada apa. "Udah coba. Lo maksa mulu si Bapak jawab, diem napa," terang Mas Jaka yang mulai kesal melihat Iffa sangat penasaran. "Ya bukannya gitu Mas, tapi --" ucapan Iffa terpotong oleh Pemilik Warung. "Enggak pa-pa kok, Mas dan Neng. Bapak cuma heran aja, memang Villa itu masih diperbolehkan beroperasi soalnya menurut penuturan warga Villa tersebut jadi rebutan antara kedua belah pihak," jelasnya memotong ucapan Iffa, tapi ia masih tetap penasaran, seperti ada sesuatu yang ditutupi oleh Pemilik Warung. "Oh iya, Bapak boleh pesen sesuatu sama Mas dan Neng?" ujar Bapak mencoba menjelaskan maksud dari keheranan nya itu. Iffa dan Mas Jaka hanya mengangguk-anggukan kepala saja tanda setuju. "Jaga sikap dan tingkah laku ketika kalian masuk tempat baru. Jangan gegabah, jaga ucapan dan jangan seenak nya bicara. Karena tempat yang kalian datangi dimana pun itu pasti ada penunggunya," terangnya santai tapi sedikit takut itu terlihat dari sorot mata nya. "Jadi, bersikap baik ya Mas dan Neng. Jangan saling mengganggu itu lebih baik." Pemilik Warung mengakhiri ucapannya. "Oh masalah itu Pak? Oke siap, insya Allah nanti aku sampaikan ke teman-teman semua untuk jaga sikap dan tingkah laku, terutama ucapan, makasih pesannya ya, Pak," jawab Iffa tersenyum, mencoba melupakan ucapan si Bapak, tapi semuanya seakan berputar di atas kepala terlebih lagi dari apa yang sudah ia lihat tadi. Bapak Pemilik Warung membalas senyuman Iffa.  Aduh belum juga nginep sudah seperti ini saja, gumam Iffa tanpa sadar. Sepertinya harus tetap waspada agar tidak semua baik-baik saja nantinya, kutak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan, ucapnya dalam hati. Mas Jaka berkata, "Napa lo? Kerjaannya menggerutu aja." Ia mendelik kesal pada Iffa. Iffa tidak peduli dengan sahutan Mas jaka. Mencoba untuk diam dan tak menjawab, karena jika dijawab itu sudah pasti akan panjang urusan nya. Mereka pun pamit pada Bapak Pemilik Warung dan bergegas kembali ke kampus untuk laporan hasil survey tadi. *** Selama perjalanan, Iffa berkutat dengan pikirannya sendiri. Memikirkan sesuatu yang belum tentu akan terjadi. Tapi ia yakin, pasti akan ada sesuatu hal yang terjadi. Ia sangat paham bagaimana karakter teman-teman dan Kakak Tingkatnya yang lain, pasti tidak akan percaya dengan hal ini jika diberitahu. Jika, mereka tidak menuruti apa yang sudah disampaikan, kira-kira akan ada kejadian apa saja ya, mereka pasti tidak akan terima dengan penjelasan Iffa yang mungkin menurut mereka tidak masuk akal. Pusing sekali, memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Tiba-tiba Mas Jaka menyenggol tanganku, membuyarkan lamunanku.  "Mikirin apaan sih!" bentaknya tidak suka melihat Iffa diam seribu bahasa. Ia yakin, Adik Tingkatnya ini pasti sedang memikirkan ucapan Pemilik Warung. "Hah? Enggak kok, Mas. Gue gak mikirin apa-apa. Napa sih deuh," jawab Iffa kesal karena sedang asik melamun diganggu oleh Mas Jaka. "Kesurupan lo nanti kalau ngelamun aja, gue yang repot ntar," sahutnya asal dan dihadiahi cubitan keras di perutnya. Membuat Mas Jaka meringis dan tertawa karena ulah Iffa. Gelak tawanya terdengar sangat puas sekali. Mulut gak ada akhlaqnya yang begini. Bikin muak aja bisanya! *** Jaka pov Pagi ini, aku bangun kesiangan karena dini hari terbangun untuk nonton pemain bola kesayangan. Merasa kesiangan, aku segera bergegas mandi, sarapan dan berangkat ke kampus karena ada rapat. Setelah semua di rasa beres, aku memacu motorku ke arah kampus. Sampai di sebuah ruangan rapat, dipikir aku terlambat tapi ternyata ada 2 Adik Tingkat yang seringkali telat yaitu Assyifa Khumairah dan Citra Rosadi. Mereka ini sejoli menyebalkan yang pernah aku kenal.  Bahkan kali ini, aku mendapatkan tugas survey sebuah Villa bersama Assyifa yang lebih sering dipanggil Iffa atau Amih Iffa. Gak paham banget aku, bagaimana bisa dia dipanggil Amih, padahal ia tipe perempuan yang manja dan bawel banget.  Sesungguhnya, aku merasa s**l sekali karena harus survey bareng Iffa, karena aku tau kemampuan dia. Aku hanya malas mendengar rengekannya ketika menemui beberapa hal yang mungkin nantinya membuat dia terkejut atau takut. Setelah menunggu agak lama, mereka datang tanpa rasa bersalah dan tersenyum manis. Aku gak pernah kuat melihat senyum yang tercetak jelas di wajah ayu nya Iffa, karena senyumnya mampu membuatku yang tadinya dalam keadaan marah lalu tenang dalam seketika. Maka dari itu, aku sering kali acuh terhadapnya karena aku merasa tidak mampu marah dihadapannya. Ruangan rapat menjadi agak panas, dan ada lirikan sengit darinya, aku cuek aja. Berusaha tenang dan masa bodoh karena lirikan tajamnya. Dia protes karena tidak ingin survey bersamaku. Entah apa alasannya, aku tidak peduli. Mungkin dia sungkan berurusan denganku, karena apapun keputusan nya itu aku selalu menganggap salah dan tidak masuk akal. Setelah berdebat agak sengit, akhirnya dia mengalah dan mau survey ke Villa bersamaku. Saat aku sedang bersiap-siap, aku melihatnya melamun, entah apa yang dia pikirkan saat itu. Tapi seperti nya sedang berpikir sangat keras karena terlihat dari kerutan di dahinya. Aku menyentil dahinya, membuatnya terkejut dan memanyunkan wajahnya kesal karena ulahku. Aku segera mengajak nya pergi karena tidak mau buang banyak waktu. Selama perjalanan dia hanya diam saja. Tidak berani memulai pembicaraan, terlihat dari spion ia beberapa kali membenarkan posisi jaketnya dan menariknya agar lebih rapat lagi.  Aku mencoba bertanya, apakah ia kedinginan, dan ia jawab sangat kedinginan. Memintaku agar mengingatkan nya untuk memberitahu peserta harus menyiapkan jaket yang tebal, aku menjawab dengan anggukan kepala saja. Kami diam kembali, 10 menit kemudian dia bertanya, apakah perjalanan masih jauh. Ia pasti sudah sangat bosan di perjalanan, aku menjawabnya dengan acuh membuat ia makin kesal. Dan tiba-tiba, ia berbicara bahwa Villa yang akan kami datangi dan kemah itu adalah Villa yang angker menurut penuturan adiknya. Sebenarnya aku itu, Villa itu memang angker, tapi berusaha menenangkan dan menyakinkan dirirnya bahwa villa tersebut baik-baik saja, tidak angker namun sangat indah. Ia percaya saja dengan ucapanku, tanpa sengaja aku mengulum senyum melihat wajahnya yang penasaran, tapi takut. Sampai juga kita di Villa tersebut. Sorot mata nya terlihat bahagia dan takjub melihat Villa tersebut. Villa yang adem, tenang, dan jauh dari pemukiman penduduk dengan hamparan sawah yang semakin membuat nyaman siapapun orang nya yang beristirahat di Villa tersebut. Villa ini berada dibawah kaki Gunung Ciremai, Para Pendaki yang mendaki melewati jalur Cibunar sudah dapat dipastikan akan melewati Villa ini. Dan Villa ini pun seringkali digunakan mereka untuk beristirahat sejenak melepas lelah. Kami langkahkan kaki masuk ke dalam pelataran Villa tersebut dan melewati gapura berbentuk seperti candi. Saat melewati gapura tersebut, aku bisa melihat sorot mata Iffa yang tadinya bahagia berubah menjadi waspada. Apa mungkin ia melihat atau merasakan yang lain disini? Pikiranku menerawang. Makin masuk ke dalam, di sisi pintu gapura candi ada kolam yang besar. Kemungkinan itu adalah kolam renang, dan sekarang berhasil membuat Iffa merapatkan tubuhnya dan menggenggam jaketku dengan kuat. Aku tau, dia sedang merasakan takut. Tapi ia tetap tenang dan berusaha untuk stabil, tidak takut dengan dengan apa yang ia lihat, dengar atau mereka yang menampakkan diri. Setelah puas berkeliling dan nego harga, kami turun ke bawah dengan maksud kembali lagi ke kampus, tapi mampir ke sebuah warung yang tidak cukup jauh dari Villa. Pemilik Warung melihat kami heran, mereka bingung karena melihat kami turun dari arah Villa tersebut. Setiap perkataan, yang keluar dari Sang Pemilik Warung membuat Iffa semakin penasaran, tapi sebisa mungkin aku mencegahnya. Agar ia tetap tenang dan tidak mengacaukan acara lusa. Bapak tersebut hanya memberikan wejangan, tapi sepertinya itu tidak membuat ia puas, justru semakin membuat penasaran. Setelah beli minum, kami bergegas kembali ke kampus. Diperjalanan Iffa diam saja, aku yakin dia pasti masih memikirkan ucapan pemilik warung tadi. Aku menegurnya agar ia tidak melamun dan menggodanya kalau melamun terus kesurupan bahaya. Ia mencubit perutku dengan keras dan kesal. Aku tidak pernah mau jika harus disandingkan dengan Iffa untuk segala sesuatu urusan survey, apalagi ketempat yang menurut orang-orang angker. Tapi seringkali, ketidak inginan ku itu membuat s**l karena selalu disandingkan dengan Iffa dalam urusan survey. Sebab, sudah bukan menjadi rahasia pribadi lagi, mereka tau akan sebuah kemampuan Iffa yang tersembunyi ini, dan aku juga bisa merasakannya. Ia anak yang istimewa tapi selalu berusaha menutupi semuanya agar tidak ada yang memandangnya sebelah mata. Matanya yang indah, mampu melihat sesuatu yang tidak terlihat bagi mereka manusia biasa, tapi ia bisa melihatnya dengan sangat gamblang. Aku sering memergokinya menolak untuk melihat semua itu, tapi ia tidak bisa menangkalnya. Beberapa kali, aku melihatnya sedang ketakutan dan berteriak luar biasa. Ku Ingin membantunya tapi takut ia menolak, jadi hanya memperhatikan dari jauh saja selama keadaan masih aman tidak akan muncul di hadapan dia. Kadang kasihan melihat dia jika sudah hampir stress, saat melihat mereka yang tak kasat mata semakin mendekat ke arahnya. Ia sama seperti salah satu seniorku di kampus. Nama nya Mas Tomi, mereka sama-sama mempunyai kelebihan yang jarang orang lain ketahui. Mungkin, jika Mas Tomi sering datang untuk rapat, sudah dapat dipastikan Iffa akan disandingkan dengan Mas Tomi untuk survey. Karena kutahu, Iffa sungguh sangat dimanja oleh Mas Tomi. Mungkin, karena Mas Tomi merasa sama seperti Iffa, dulu masih sering merasa takut jadi ia memahami apa yang yang dirasakan Iffa. Beda denganku, yang memang notabennya tidak terlalu peduli dengan semua itu. Aku percaya mereka itu ada, tapi selalu berusaha menangkal semuanya dan menganggap mereka tidak ada.  Mungkin ini salah satu sifat menyebalkanku yang membuat Iffa tidak nyaman jika setiap kali harus survey bersama. Karena aku, tidak pernah percaya dengan apa yang ia lihat. Sebenarnya bukan tidak percaya, hanya saja aku berusaha untuk berpikir positif aja. Semaksimal mungkin mentransfer energi positif agar Iffa tidak takut setiap kali pergi bersamaku. Ya sama seperti sekarang ini, aku yakin dia semakin memikirkan apa yang terjadi nanti setelah mendengar penjelasan, oh bukan mungkin lebih tepatnya adalah warning dari Bapak Pemilik Warung. Selama perjalanan kembali ke kampus, dia diam saja, kulihat dari kaca spion dia mengerutkan dahinya, seperti sedang berpikir keras terhadap sesuatu hal yang belum tentu terjadi.  Kusenggol lengan nya, seraya membuyarkan lamunannya itu, meledeknya dan berhasil membuat ia memanyunkan bibirnya. Diam-diam aku mengulum senyum melihatnya kesal seperti itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD