Game

1558 Words
Semua pandangan orang-orang tertuju pada seorang gadis yang terduduk di lantai. Rok selututnya terlihat basah dengan gelas yang pecah di dekatnya. Entah apa yang terjadi sebelumnya, namun beberapa saksi mata mengatakan gadis itu bertabrakan dengan seseorang saat ia berbalik setelah mengambil minuman.  "Kau baik-baik saja?" Salah seorang senior menghampiri gadis itu dan membantunya berdiri. Gadis itu tampak mengangguk dan berusaha membersihkan jejak basah pada roknya juga hendak membersihkan pecahan gelas. Namun senior tersebut mencegahnya dan memintanya membersihkan roknya saja. "Apa gadis itu tak punya teman?" gumam Bian yang tak melepas pandangannya dari gadis berambut sebahu tersebut. Pasalnya tak ada siapapun yang menghampirinya kecuali salah seorang senior wanita disusul kakak senior lainnya.  "Kenapa bukan kau saja yang menyusulnya, Bi? Sekalian bantu dia membersihkan roknya ke kamar mandi," celetuk rekan Bian diikuti gelak tawa teman-teman lainnya setelahnya. Sementara Raga tampak memperhatikan gadis tersebut hingga gadis itu terlihat berjalan ke sebuah pintu yang mungkin menuju toilet. Selang beberapa saat kemudian seorang panitia yang juga bertugas sebagai MC naik ke atas panggung dan mulai membuka acara. Membacakan susunan acara yang akan berlangsung selama kurang lebih sampai pukul 22.00 WIB. Acara pertama pembukaan acara, kedua sambutan oleh ketua panitia sekaligus sambutan senior dilanjutkan sambutan perwakilan dari junior dan dilanjutkan pada acara inti yang diisi dengan game yang akan diikuti senior maupun junior bersama-sama.  Acara terus berlanjut sesuai jadwal acara yang telah ditentukan. Dan saat ini di atas panggung sudah berdiri beberapa junior dan senior yang akan melakukan lomba sebagai seru-seruan. Lomba tebak gambar menjadi game yang dimainkan kali ini. Mungkin terkesan seperti permainan bocah, namun diharapkan game ini bisa memupuk kerja sama antar senior dan junior. Tim dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A terdiri dari 2 senior dan 2 junior begitu juga dengan kelompok B. "Kau tak ikut, Bi?" Yoga datang menghampiri Bian dan Raga dengan dua kembar Zio dan Gio di belakangnya setelah sebelumnya jalan-jalan mencari kenalan. Tentu tak akan mereka sia-siakan kesempatan emas mengenal banyak gadis malam ini. "Ah, kalau aku yang ikut sudah pasti menang. Nanti kan tidak seru lagi kalau aku menang terus," jawab Bian congkak hingga membusungkan d**a.  Sementara Raga yang berdiri di sampingnya hanya bisa memutar bola mata malas mendengar kesongongan Bian.  "Cih, paling kalau kau ikut sudah demam panggung duluan sebelum naik panggung," kelakar Zio diiringi gelak tawa setelahnya dimana tangannya terangkat untuk beradu tangan dengan tangan Gio.  "Kalian sendiri kenapa tidak ikut?" Kali ini giliran Raga yang bersuara dan bertanya pada si kembar juga Yoga. Sementara teman-teman yang bergabung dengannya sebelumnya saat ini mendekat ke arah panggung melihat rekan mereka mengikuti game. "Itu terlalu mudah, mainan anak-anak," jawab Yoga congkak. "Kalau begitu jawab tuh, sepertinya mereka kesulitan," pungkas Raga seraya menunjuk ke arah panggung menggunakan dagu.  Di atas panggung peserta disuguhkan beberapa gambar dan harus bisa menebak kalimat atau kata apa yang disampaikan gambar itu. Disana tampak gambar sebuah per, leher dengan tanda ‘UN’ disilang = A kemudian gambar kakek-kakek diikuti gambar sebuah galon.  “Per -- jaka -- tua -- gagal move on,” gumam Bian.  Sontak Raga, Yoga, Gio dan Zio menoleh ke arah Bian karena mendengar gumamannya. Alis mereka tampak mengernyit. “Apa maksudmu?” tanya Yoga.  Seketika Bian melirik Yoga sinis. “Kau bilang kau bisa menebaknya dengan mudah?” cicbirnya.  Yoga kembali melihat ke arah panggung dan sepertinya mulai mengerti bahwa gumaman Bian adalah jawaban dari soal tebak gambar. Sementara Gio dan Zio hanya mengangguk mengerti. Sedangkan Raga hanya mendengus dimana seulas senyum amat sangat tipis terlukis di bibir. Apa tidak ada kalimat lain? batinnya. Namun tujuan game memang hanya seru-seruan, jadi sangat wajar game hanya berisi lucu-lucuan. “Pft.” Bian memegangi perut menahan tawanya. “Apa tidak ada kalimat lain?” gumamnya masih dengan berusaha menahan tawa.  “Eleh, memang zaman sekarang masih ada yang perjaka saat sudah kuliah?” Yoga terdengar mencebik. “Rasanya itu hanya mitos semata,” lanjutnya diiringi tawa setelahnya.  “Gila, jangan bicara seperti kau sudah bukan lagi perjaka!” celetuk Bian disertai senyum remeh menatap Yoga.  Bukannya malu, Yoga justru tampak menyisir rambutnya ke belakang penuh percaya diri. “Gini-gini aku yang merawanin pacarku tahu,” ucapnya penuh kesombongan.  Bian dan Raga saling tatap selama beberapa saat dimana pandangan keduanya tampak aneh seperti tak percaya.  “Heleh, sejak kapan kau punya pacar?” potong Bian yang bersedekap dan melempar pandangan tak percayanya pada Yoga. Karena saat sekolah sepertinya ia tak pernah mendengar Zio punya pacar. Zio dan Gio mendekat dan berbisik di telinga Bian dan Raga yang sontak membuat mata mereka melebar. “Apa?!” “Meski di sekolah aku kalah populer dari kalian tapi aku bisa menggaet anak kuliahan,” ujar Yoga penuh kesombongan.  Plok! Plok! Plok! Bian dan Raga bertepuk tangan dan menatap Yoga takjub. “Wow … kau hebat, Bung,” ucap keduanya bersamaan. “Iya, lah. Sementara kalian yang populer aku yakin pasti belum pernah melakukannya, kan?” tebak Yoga disertai senyuman remeh pada Bian dan Raga.  “Ehm.” Bian berdehem dengan kepalan tangan di depan mulut. Kemudian ia menarik seseorang yang berdiri di sebelahnya yang membelakanginya lalu menarik kacamata berframe transparan yang dipakainya, memakainya, ia berbicara layaknya seorang dosen yang memberi wejangan bagi muridnya. “Prinsip kami adalah kami tak akan melakukannya sebelum menikah. Karena bagi kami harga diri seorang gadis sangatlah berharga. Ya, kalau kau menikahinya, kalau tidak? Bagaimana dengan nasib gadis tersebut? Kalau suaminya menerima dia sudah pernah diunboxing si tidak apa-apa. Bagaimana kalau tidak? Atau siapa tahu nanti kau juga akan mendapatkan istri yang juga pernah diunboxing pria lain.” “Cih, lalu misal pacarmu sudah pernah diunboxing sebelumnya kau mau apa?” potong Yoga. Bian membuka kacamata yang direbutnya dan kembali memberikannya pada pemuda pemilik kacamata itu, menepuk bahunya dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu kembali mengarah perhatiannya pada Yoga. “Ya aku akan tetap menikahinya. Karena aku mencintainya,” jawabnya tanpa keraguan. Yoga terdengar mendengus, kedua tangannya tersembunyi di dalam saku celana dan ditatapnya Bian dengan pandangan rendah. “Bodoh, berarti kan sama halnya mungkin nanti dia dicintai pria seperti dirimu. Lagi pula sekarang kan sudah biasa, Bi. Tak usah sok lah. Kau bilang begitu karena kau belum pernah melakukannya, coba saja nanti kau juga akan menarik kata-katamu.” “Setidaknya aku sudah berusaha. Kalaupun kami melakukannya sebelum menikah itu saat aku benar-benar akan membawanya pada pernikahan,” balas Bian. Dan saat ia hendak kembali membuka suara, suara Gio dan Zio menghentikan niat. “Hei, sudah-sudah. Kalian ini seperti gadis, membahas apa, bisa merembet kemana-mana.”  “Kalau kau bagaimana, Ga?” Bukanya mengakhiri pembicaraan mengenai kasus perjaka tersebut, Yoga justru bertanya pada Raga. “Menurutku seks bebas tidak harusnya dilakukan, kurasa itu tidak sehat,” jawab Raga enteng. Ia bersedekap dan terlihat mengedikkan bahu.  “Haish, sudahlah, percuma bicara dengan kalian yang masih perjaka tulen,” ujar Yoga dengan menggeleng dan mengangkat tangan tanda menyerah menghadapi pemikiran Raga dan Bian.  “Oi, memangnya kalian pernah?” tanya Bian pada Zio dan Gio dan dijawab gelengan oleh keduanya. “Haish.” Bian pun hanya bisa menggeleng padahal sebelumnya mereka seperti membela Yoga.  Kelima pemuda tersebut akhirnya menghentikan pembicaraan unfaedah mereka dan kembali mengarah atensi pada panggung. Namun karena terlalu serius berbincang layaknya gadis penggosip membuat mereka tak menyadari jika game telah usai beberapa menit yang lalu. Tanpa mereka sadari seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka tampak mendengarkan pembicaraan mereka sedari tadi.    * * *   Acara terus berlanjut hingga tak terasa acara malam itu telah usai. Sudah pukul sepuluh malam dan semua peserta telah berada di luar bersiap pulang meninggalkan para senior san panitia membereskan tempat acara.  “Sampai jumpa besok, Bi, Ga,” ujar Yoga pada Bian dan Raga yang berbelok menuju tempat mereka memarkirkan motor sementara ia berjalan lurus menuju tempat mobilnya terparkir.  “Yosh! Hati-hati!” balas Bian yang juga melambaikan tangan. “Hah … acara tadi itu cukup menyenangkan. Bukan begitu, Ga?” Melirik Raga yang berjalan di sampingnya sekilas lewat ekor mata. Kedua tangannya berada di belakang lehernya dimana ia menengadah menatap bulan yang tampak dengan jelas.  “Lumayan,” jawab Raga yang terlihat mengeluarkan ponsel dan earphone dari saku celana.  “Hm, tapi aku tak menemukan gadis itu. Apa menurutmu dia tidak datang? Atau aku yang tak melihatnya?” gumam Bian yang masih dapat Raga dengar. Raga menoleh menatap Bian, memejamkan mata sejenak seraya memasangkan earphone ke telinga lalu menimpali ucapan Bian sebelumnya. “Mungkin dia tidak suka pesta atau keramaian seperti ini.” “Hm … bisa jadi,” gumam Bian tanpa menoleh. Ia masih menengadah menatap[ bulan yang bersinar terang dimana dalam otaknya membayangkan wajah gadis itu di sana.  Tap! Tiba-tiba saja Bian menghentikan langkah dan membuat Raga menatap aneh ke arahnya. Bian menunduk dengan tangan yang mengusap dahi. “Haish, sepertinya aku mulai gila,” gumamnya tertahan. Seulas senyum amat sangat tipis terlukis di bibir Raga. “Sepertinya ada yang telah jatuh cinta,” ucapnya seraya berbalik dan kembali melangkah meninggalkan Bian. “Hei, apa katamu!” teriak Bian yang kemudian berlari menyusul Raga dan memberinya tinju kecil di bahu. “Sialan, kau!” makinya. Raga hanya bisa terkekeh dan mengusap bekas tinjuan Bian. Sepertinya Bian benar, malam ini cukup menyenangkan untuknya.  “Bi! Ga!” Bian dan Raga menoleh ke belakang saat mendengar suara seorang gadis memanggil. Keduanya saling tatap sekilas dengan sebelah alis meninggi melihat gadis itu berlari kecil ke arah mereka. “Mau apa lagi?” batin keduanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD