2

574 Words
Bab 1: Mimpi yang Sama (Lanjutan) Aria duduk di pinggir tempat tidurnya, pikirannya terus memutar bayangan gadis dalam mimpinya. Meskipun itu hanya mimpi, ia merasa ada sesuatu yang nyata dalam setiap detilnya, seakan taman dan gadis itu sungguh-sungguh hadir di suatu tempat. Setiap pagi, saat ia bangun, ia merasa rindu akan suasana yang hanya ia alami saat tertidur. Namun, ia tidak tahu bagaimana atau mengapa mimpi itu begitu kuat. Aria merasakan dorongan yang tak bisa dijelaskan untuk mencari jawaban. "Mungkin aku hanya bosan dengan hidup di desa," pikirnya sambil tersenyum kecil, berusaha mengabaikan rasa penasaran yang semakin tumbuh dalam hatinya. Tapi jauh di lubuk hati, ia tahu ini bukan hanya soal kebosanan. Ada sesuatu tentang gadis itu yang membuatnya merasa seakan-akan hidupnya belum lengkap tanpa bertemu dengannya. Sementara itu, di sisi lain kota, Keira menghabiskan malam dengan tumpukan dokumen di meja kantornya yang penuh berkas-berkas. Ia adalah tipe gadis yang tidak mudah memercayai hal-hal gaib atau mistis, namun mimpi yang berulang tentang taman sakura dan pemuda asing itu membuatnya terganggu. Di sela-sela kerja, Keira sering melamun, merenungkan makna dari mimpi-mimpi itu. "Apa mungkin ini hanya perasaan tak tenang akibat beban kerja?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia mencoba mengabaikan mimpinya sebagai sekadar bunga tidur. Tapi kenyataannya, mimpinya begitu kuat dan terasa nyata, lebih nyata daripada kenyataan yang ia hadapi sehari-hari. Pada suatu malam, mimpi Keira berubah sedikit dari biasanya. Kali ini, ia mendengar suara pemuda itu dengan jelas. "Aku menunggumu," kata suara itu, lembut dan penuh makna. Keira terbangun dengan jantung berdegup kencang, mencoba mengingat kembali kata-kata itu. Siapa pemuda itu? Mengapa ia merasa seakan dirinya memiliki keterikatan dengan seseorang yang bahkan tidak pernah ia temui? Tak sanggup memendamnya lagi, Keira mulai mencari tahu tentang arti mimpi yang terus-menerus hadir dalam hidupnya. Ia membuka laptopnya dan mengetik "mimpi bertemu orang yang tidak dikenal" di kolom pencarian. Beragam teori muncul—dari sekadar bunga tidur, pertanda, hingga takdir yang melibatkan jiwa yang terhubung dari kehidupan sebelumnya. Keira tertawa kecil, merasa dirinya terlalu percaya pada hal-hal aneh. Tapi rasa penasaran itu terus memanggil, seperti ada sesuatu yang mengisyaratkan bahwa pemuda dalam mimpinya benar-benar ada di suatu tempat. Di desa, Aria juga mencari jawaban dengan cara berbeda. Ia mendatangi seorang tetua desa yang dikenal memiliki kebijaksanaan mendalam tentang alam dan tanda-tanda dari semesta. Tetua itu mendengarkan cerita Aria dengan seksama, menutup matanya sejenak sebelum memberikan jawabannya. “Kadang, kita bertemu dengan jiwa-jiwa yang sudah mengenal kita dari kehidupan sebelumnya,” ujar sang tetua sambil tersenyum misterius. “Takdir memiliki cara untuk mempertemukan kita kembali, bahkan jika kita terpisah oleh waktu dan jarak. Jika kau terus melihatnya dalam mimpimu, mungkin itu adalah petunjuk bahwa hidupmu akan berubah.” Kata-kata sang tetua membekas dalam benak Aria. Untuk pertama kalinya, ia merasa yakin bahwa gadis itu bukan sekadar bayangan dalam mimpinya, tapi seseorang yang nyata, seseorang yang mungkin ditakdirkan untuk ia temui. Malam itu, di tempat berbeda namun dalam mimpi yang sama, Aria dan Keira sekali lagi bertemu di taman sakura. Mereka berdiri di tempat yang sama, saling memandang dengan perasaan yang sulit dijelaskan, seolah mereka saling mengenal tanpa pernah bertemu. Aria mencoba berbicara, namun suaranya tak terdengar; begitu pula dengan Keira. Hanya tatapan mereka yang saling menyapa, menyampaikan rindu yang belum mereka pahami. Dan saat mereka terbangun keesokan paginya, baik Aria maupun Keira menyadari bahwa ada sesuatu dalam mimpi itu yang semakin kuat, sesuatu yang terasa lebih nyata dari hari sebelumnya—sebuah panggilan takdir yang tak bisa mereka abaikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD