Episode 2

1077 Words
Jazlyn berjalan menuju ke arah kanan. Kakinya berhenti saat melihat pintu besi yang sangat besar. Sejujurnya, gadis itu enggan untuk masuk. Terlebih lagi, bertemu dengan Morgan dan para pemimpin lainnya. Masih ingat betul, saat pesta perayaan untuk pengangkatan pemimpin tahun lalu. Morgan dengan sengaja menaruh obat perangsang di dalam minumannya. Untung saja, ia menyadari hal itu dan langsung minum obat penawarnya. Dengan sangat terpaksa, Jazlyn membuka pintu tersebut. Terlihat semua pandangan mata tertuju padanya. Tidak heran bahwa Morgan sangat menginginkan gadis itu, di samping kekuatan fisik yang sangat baik. Jazlyn juga terlihat cantik dan seksi di antara para wanita lainnya. Semua orang yang ada di sana tanpa sadar meneteskan air liur. "Selamat pagi, Para pemimpin," sapa Jazlyn sambil membungkuk hormat lalu duduk di kursi kosong. Meja bundar yang besar diisi oleh dua belas pemimpin dari dua belas distrik. Diantara pemimpin yang lainnya, Morgan memang terlihat muda dan energi. Tapi, gadis itu tidak suka tabiat pria yang hanya mengandalkan ketampanan. "Langsung saja, kami sudah mendiskusikan sesuatu. Kami ingin kau pergi ke masa lalu mencegah kelahiran iblis." Bagai disambar petir di siang bolong. Perkataan itu sukses membuat aliran darah Jazlyn berhenti. Sepertinya, Morgan sengaja melakukan hal ini. Ia melirik pria itu dengan tajam dan hanya di hadiahi senyuman. "Aku akan membicarakan ini kepada Profesor. Secepatnya, aku akan mengajari kalian." Jazlyn menggeser kursinya perlahan. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Ia tahu kalau Morgan sengaja melakukan ini agar bisa mengendalikan dirinya. Jangan harap, tentu saja gadis itu tidak akan menyerah. Apalagi memohon kepada pria laknat itu. Kepergian Jazlyn membuat para pemimpin bertanya - tanya. Morgan mengepalkan tangannya kuat. Ia berpikir, kalau gadis itu akan menolaknya. Padahal, ia ingin sekali dia memohon untuk menggantikan posisinya. "Sepertinya, aku harus pergi menyiapkan keberangkatannya." Morgan undur diri lalu berjalan dengan cepat mengikuti Jazlyn dari belakang. Dengan kasar, ia menarik lengan gadis itu hingga menoleh. Morgan menyeret paksa Jazlyn ke sebuah gang kecil tidak jauh dari ruangan tadi. "Apa yang kau inginkan? Lepaskan aku!?" "Kenapa kau tidak menolaknya? Aku bisa membantumu." Morgan mengusap kasar wajahnya menatap tajam ke arah Jazlyn. "Kapan aku menerimanya? Bukankah, aku bilang kalau ingin membicarakannya dulu kepada profesor. Rencanamu, terbaca olehku, Morgan." Jazlyn mendorong kasar d**a pria itu lalu pergi meninggalkannya sendirian. "Dasar licik!" umpat Jazlyn sambil berjalan cepat. Ia membuka pintu ruangan Adam dengan kasar. Sehingga, buku yang dipegang pria itu jatuh ke lantai. "Sial, kau mengagetkanku," eluh Adam sambil mengambil bukunya kembali." Jadi, kau menerimanya, bukan?" "Kau tahu kalau aku akan dikirim ke seribu tahun ke belakang?" Jazlyn berkacak pinggang menatap Adam dengan horor seperti menelannya hidup - hidup. "Iya, para pemimpin tahu kalau kita sedang meneliti buku diary milik Jossie. Kau kandidat yang cocok untuk terjun langsung ke lapangan," jelas Adam sambil memutar kursi kebesarannya. Jazlyn tampak berpikir keras, "Jika aku pergi ke tahun itu, bagaimana dengan bagian keamanan. Siapa yang akan bertugas untuk membunuh para iblis itu?" Adam berdiri menepuk bahu Jazlyn. "Jangan terlalu berusaha keras, Jaz. Banyak anak didikmu yang juga ingin merasakan berjuang. Jika kau kembali ke tahun itu. Maka, banyak yang berubah di masa depan." Jazlyn duduk di lantai begitu saja sambil memikirkan perkataan Adam. Jika anak iblis tidak lahir, maka masa depan akan aman. Kegelapan akan sirna. Tidak ada yang namanya perang. Dan umat manusia bisa berkeliaran bebas terus menerus mengembangkan teknologi dengan pesat. "Populasi kita makin menurun lantaran banyak manusia dijadikan b***k perkembang biakan. Pikirkan ini baik - baik, Jaz." Adam menatap gadis itu penuh harap. Suara sirine berbunyi keras. Jazlyn menyambar pistol dan katananya lalu berlari ke luar ruangan meninggalkan Adam sendirian. Gadis itu lari menuju markas utama. Disana sudah ada beberapa orang yang menunggu. Tampak layar hologram yang menampilkan iblis raksasa yang tengah mengamuk. "Kau sudah datang," sapa Thaliu dengan senyum manisnya. "Berapa lama ini terjadi? Kenapa tidak langsung menghubungiku, Thaliu." "Aku yang melarangnya. Karena kau sedang rapat dengan pemimpin. Lagi pula, kita sudah mengirim pasukan terbaik," jawab Feng menoleh ke arah Jazlyn yang terlihat tidak senang. "Aku akan turun ke lapangan. Ini terakhir kali aku turun. Karena setelah ini, aku dikirim ke masa lalu untuk menjalankan misi," ucap Jazlyn enteng sambil masuk ke dalam tabung besar. Gadis itu memencet tombol hijau untuk membuka dimensi dan berteleportasi ke medan perang. Ucapan Jazlyn yang berlalu membuat Feng dan yang lain kepikiran. "Apa itu tadi? tanya Thaliu sambil menatap kosong ke arah tabung tersebut. "Aku harus bicara dengan profesor. Kau amati gambar itu." Feng langsung berlari keluar ruangan meninggalkan Thaliu sendirian. Sementara itu, Jazlyn sudah sampai di lapangan. Depan Distrik Empat. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, para pemburu iblis yang bertalenta sedang menyerang iblis raksasa bermata satu itu. "Sial, atur strategi dengan benar! Jangan lengah, Joy," ucap seseorang sambil mengeluarkan api di tangannya. "Ini sulit jika tidak ada jazlyn," jawab Joy mengatur udara hendak membuat p****g beliung. Keduanya terengah - engah menghadapi iblis raksasa itu. Meski luka iblis lumayan parah, tapi dia masih nampak sehat dan bugar. Iblis semakin menjadi dan meraung dengan keras. Jazlyn mengeluarkan katana lalu lari, kemudian melompat sambil menebas tangannya dengan cepat. CRAS Darah hitam menetes dengan deras di tanah. Tangan besar tergeletak begitu saja. Senyum dua pria muda itu terlihat jelas saat Jazlyn datang. "Bakar tangannya, Roy," perintah Jazlyn. "Di laksanakan!" jawabnya dengan cepat. Roy mengeluarkan api dari tangannya lalu mengarahkan ke potongan tangan iblis itu. "Lompat Joy, dia datang!" Joy melompat menghindar kaki Iblis itu. "Kalian membuatku murka!" teriak sang iblis sambil meraung keras. "Tempatmu bukan disini! Kembali!" Jazlyn melompat hendak menebas kepala Iblis itu. Namun, tangan sang iblis bergerak lebih cepat. "Joy!" teriak gadis itu. SHAA Angin menghempaskan tubuh iblis itu sejauh lima meter. Jazlyn lari dengan cepat lalu menebas kepala iblis tersebut dengan satu tebasan. Darah yang dikeluarkan cukup banyak. Bahkan, sampai mengenai wajah gadis itu. "Roy, Bakar!" teriak Jazlyn sambil berbalik arah. Bau daging terbakar terendus oleh ketiga orang itu. Joy dan Roy berjalan mengikuti Jazlyn dari belakang. Gerbang distrik terbuka saat mereka sampai. Terdapat jembatan yang turun perlahan. BANG Benturan jembatan besi dengan tanah membuat suara yang begitu keras. Mereka kemudian berjalan di atas jembatan tersebut. Distrik Empat, berbeda dengan distrik lainnya. Mereka kebanyakan menjadi peneliti dan mengembangan tehnologi canggih. Berbagai kamp latihan untuk bertanding tersedia di sana. Tujuan bertanding adalah untuk mengasah kemampuan. Bakat - bakat muda terlihat jelas pada generasi selanjutnya. Jazlyn tersenyum saat melihat anak yang tengah belajar mengendalikan air. Bahkan, dia sampai kesulitan. Andai saja, Jazlyn bisa menguasai elemen. Khayalan itu, tidak berubah jadi kenyataan. Satu - satunya pemburu iblis yang tidak memiliki kekuatan adalah dirinya. Untuk itu, gadis tersebut selalu berjuang keras. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD