Mug yang berisi coklat panas itu Mia genggam menghangatkan telapak tangannya yang terasa dingin karena berenang bersama Alex tadi.
Alex keluar dari kamar mengenakan kaos oblong putih dan celana piyama bewarna hitam. Mia mengernyit hitam dan putih lagi? Tidak ada lagi warna lain selain itu? Mia mencibir dalam hati.
Alex duduk di sebelah Mia lalu mengambil handuk yang terlilit di pundaknya.
"Alex aku dingin! Kembalikan!" Teriak Mia sambil berusaha mengambil kembali handuknya.
"Kau ingin kehangatan?" Goda Alex.
Mia mendorong Alex pelan lalu kembali menyesap coklat panasnya.
"Siapa yang membuat coklat panas ini?"
"Aku. Tadi siapa namanya emm Daren datang saat kau sedang mandi membawa makanan dan coklat panas ini. Aku ingin bertanya, apa dia gagu?" Tanya Mia tidak merasa canggung lagi pada Alex.
"Tidak Mia, kau melihat dia bicara padaku kan?" Jawab Alex merebut mug yang digenggam Mia lalu menyesapnya. Mia memberenggut kesal.
"Dia hanya mengangguk dan menggeleng saat aku bertanya tadi." Keluh Mia.
"Mungkin dia takut padamu." Jawab Alex acuh.
"Apa aku menakutkan?" Tanya Mia melotot.
"Sometimes." Alex terkekeh pelan.
"Kau lebih menakutkan Alex." Balas Mia.
"I know, kau bilang kau takut padaku."
"Ya, aku bahkan lebih takut karena kau bersikap seperti ini. Aku baru tau kau punya sisi romantis juga mengajakmu ke sini naik hellikopter dan membawaku ke pulau pribadi. Seperti kau tahu, emm ... honeymoon." Kata Mia tersenyum tipis.
Alex menaikan sebelah alisnya. "Aku tidak melakukan hal picisan seperti itu Mia. Tapi Honeymoon? Hmm. Jika seorang pasangan melakukan honeymoon apa yang mereka lakukan ya selain berjalan jalan." Kata Alex geli.
Mia menggembungkan pipinya kesal. Ia tahu kemana arah pembicaraan Alex.
"Apa kau pernah mengajak wanita lain kesini?"
Alex menggeleng "only you."
"Why? Aku pikir kau punya banyak wanita dan aku lihat seleramu tinggi juga."
"Wanita mana?"
"Wanita yang pernah kau bawa itu. Dan beberapa wanita yang mendekatimu waktu perayaan perusahaanmu." Jawab Mia pelan.
"Aku tidak tahu mereka siapa. Dan aku tidak peduli." Kata Alex datar.
"Sungguh? Kau tidak punya hubungan apa apa dengan mereka?" Tanya Mia tidak percaya.
"Maksudmu?"
"Semacam hubungan kekasih atau bisa di bilang teman kencan."
Tawa Alex pecah. "No. Aku tidak punya waktu untuk hubungan seperti itu."
Mia mengernyit. "Jadi mereka hanya wanita bayaran? Untuk memuaskanmu?hanya Bersenang senang saja?"
Alex tersenyum miring. "Haha, aku sudah banyak mengalami ketidaksenangan dalam hidupku jadi kenapa tidak untuk bersenang senang? Lagipula mereka yang mendekatiku, dan mereka hanya sebatas pemuas saja seperti yang kau bilang."
Mia kembali mengernyit "Hanya sekali? I mean kau tidak akan ada hubungan apa apa lagi setelah kalian 'begitu?"
"Tidak, mereka akan pergi setelah aku meras puas. Dengar Mia mereka yang datang padaku secara sukarela bahkan aku tidak memintanya."
Mia menggeleng, merasa sudah banyak bertanya. "Kenapa? Terdengar rumit."
"Kau tidak perlu mengerti."
Mia mengangguk, memang seharusnya dia tidak perlu tau terlalu banyak.
"Apa kau pernah jatuh cinta?" Celutuk Mia. Lagi-lagi bibirnya tak bisa diajak berkompromi.
Alex tidak langsung menjawab "Aku rasa itu hal pribadi."
Mia menggigit bibirnya. "Maaf."
Alex tertawa lalu mengalungkan handuk yang tadi Mia pakai kembali ke kepalanya dan mengelapkan rambut Mia yang masih setengah basah itu. Mia tercengang, gugup karena wajah Alex yang sedekat ini.
"Apa wajahmu selalu merah bila bersama pria?" Tanya Alex pelan.
Mia menggeleng lalu mengusap pipinya yang hangat. Ugh.
Warna jingga memantul ke dalam cottage milik Alex jendela besar yang belum di tutup gorden itu langsung menampilkan pemandangan pantai yang mulai senja.
"Warna matamu sangat abu."kata Mia tak sengaja, menatap lekat mata Alex. Aroma farfum maskulin Alex menyeruak indra penciuman Mia.
"Benarkah?"
Mia mengangguk. "Kau lebih gelap dari yang kukira." Kata Mia lebih terdengar seperti gumaman.
Sesaat hanya terdengar hembusan nafas mereka yang berat.
"Katakan. Apa yang kau perbuat padaku? Mia?" Tanya Alex serak.
Mia mengernyit "Apa yang kulakukan?"
Alex menggemgan lengan Mia lalu menempelkannya di dadanya sehingga Mia bisa merasakan d**a Alex yang berdetak kencang.
"Kau ... membuatku terlihat seperti orang bodoh." Alex menghela nafasnya sebagai jeda "Katakan, apa yang kau lakukan padaku?" Lanjut Alex nanar
Mia menggeleng, untuk pertama kalinya ia mendengar nada suara Alex yang begitu frustasi . Mia membelai pipi Alex pelan. Alex memejamkan matanya merasakan belaian Mia.
"You make me confused." Bisik Mia.
"As well as I" Kata Alex yang langsung tidak bisa menahan lagi untuk tidak melumat bibir Mia. Ciuman mereka berbeda dari ciuman sebelumnya. Dengan tenggelemnya matahari yang melenyapkan cahaya berwarna jingga itu Alex dan Mia berciuman dengan suara ombak yang menderu karena air semakin pasang. Nafas mereka semakin memburu. Tanpa disadari Mia mendesah pelan. Alex mengangkat tubuh Mia sehingga posisinya berada di pangkuannya,
Ciuman Alex berpindah ke leher jenjang Mia, ia menggelinjang merasakan sensasi baru yang membuat suhu tubuhnya panas.
Alex mengangkat tubuh Mia membawanya ke dalam kamar yang di d******i warna putih itu. Kali ini Mia tak peduli, bahkan tak bergeming saat Alex merebahkan badannya telentang lalu menindihnya dan kembali mencium bibirnya rakus.
"Lex x hhh.." rintih Mia mencoba mengambil nafas.
Alex kembali mengecap leher Mia meninggalkan tanda kemerahan yang berbekas. Pandangan mereka semakin berkabut.
Alex menurunkan tali dress Mia perlahan menampilkan setengah d**a Mia yang ranum itu. Alex mengecup pelan tiap inci kulit Mia, desahan kecil keluar dari mulut Mia, tubuhnya meliuk liuk tak karuan merasakan sensasi yang begitu aneh. lalu dengan satu tarikan Alex merobek dress Mia kasar dan melemparnya asal. Dengan nafas yang masih memburu mereka saling bertatap sebentar. Mia kini sudah setengah telanjang.
Alex masih menatap lekat mata hitam Mia, dia sepenuhnya sadar bahkan saat mendengar desahan perempuan yang hampir telanjang ini. Ia membuka kaos oblong putihnya. Lalu kembali menindih tubuh Mia. Nafas mereka menyatu untuk beberapa saat
Mia menatap d**a telanjang Alex dengan pandangan berkabut. Alex adalah ciptaan sempurna yang Mia ingin miliki. Mia menyentuh setiap inci kulit d**a Alex yang kokoh dan atletis itu pelan. Alex memejamkan matanya merasakan tiap sentuhan Mia yang lembut dan menenangkan. Bahkan dalam ke rumitan hubungan mereka, Mia sudah tak peduli lagi.
"Kau apakan aku Mia." Lirih Alex yang terdengar seperti bisikan dan gumaman kecil yang tak jelas.
Tangan Mia kini menyentuh rahang Alex dan menelusurinya pelan. Bibir mereka kembali menyatu. Lengan Alex menelusup kebagian belakang punggung Mia membuka ikatan branya dan melepaskannya langsung. Alex menatap p******a Mia yang sintal lalu mengecup keduanya pelan. Gila, ini sensasi aneh untuk Mia. Tak bisa ia tahan, desahan desahan kecil kembali keluar dari mulutnya.
Tangan Alex menelusup masuk ke dalam CD Mia yang tersisa menutupi tubuhnya. Mia semakin memburu, ini sudah terlalu jauh. Alex menyentuh dan membelai kewanitaan Mia lembut, Mia memejamkan matanya tubuhnya menggelinjang hebat. Jari Alex menelusup masuk ke dalam lubang kewanitaan Mia, Mia membulatkan matanya sambil mencengkram sprai kasur yang ia tempati kini kuat kuat "le xx hh." Racau Mia tidak jelas. Alex tak menanggapi Mia, jarinya semakin bergerak liar ke dalam kewanitaan Mia keluar masuk dengan cepat. Mia semakin tak terkendali rasanya tubuhnya ingin meledak.
"Aku u hh ingin pipis Alex" racau Mia, dan saat itu juga untuk pertama kalinya keluarnya o*****e pertama Mia.
Alex menghentikan aktifitasnya lalu melihat Mia yang masih terengah engah mendapatkan orgasmenya. Pandangan Alex semakin berkabut, tapi Alex sepenuhnya sadar. Semuanya di luar kendalinya ia ingin berhenti tapi ini semua terlalu indah untuk di lewatkan. Perlahan Alex melorotkan Celana dalam Mia yang tersisa menutupi tubuhnya. Tanpa Mia sadar ia mengangkat sedikit tubuhnya memudahkan Alex untuk membukanya. Alex memburu ia mencium tiap jengkal tubuh Mia perlahan. Alex lalu membuka celana piyamanya. Kini mereka sama sama telanjang..ereksinya yang sudah menegang menyembul sempurna Mia menggigit bibirnya saat melihat ereksi Alex yang berdiri tegak, Alex tak bisa menahannya lagi ia mengarahkan kejantanannya ke kewanitaan Mia, Mia memejamkan matanya dan seketika memekik hebat saat kejantanan Alex setengahnya masuk ke dalam kewanitaan Mia, Alex membulatkan matanya kewanitaan Mia sangatlah sempit sampai Alex bisa merasakan telah merobek sesuatu di dalam yang sebenarnya adalah hymen Mia.
"Mia, apa kau?" Tanya Alex tak percaya.
Mia mengangguk lemah, malam ini mahkotanya ia berikan pada Alex dengan sepenuh hatinya.
Seketika ada rasa lega sekaligus bangga yang meliputi perasaan Alex mengetahui ia lah yang pertama untuk Mia.
Alex kembali mencoba memasukan ereksinya secara perlahan Mia memejamkan matanya sambil mencengkram kuat bahu Alex. Rasanya tentu sangat sakit, tapi kini Mia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Erangan kenikmatan menjadi perpaduan suara bukti bahwa mereka sama sama menikmati apa yang mereka lakukan saat ini. Desahan nafas mereka yang semula bersahutan kini semakin memburu. Mereka memekik hebat saat pelepasan satu sama lain. Alex merebahkan badannya di sebelah Mia sambil mencoba mengatur nafasnya kembali.
Alex tak paham lagi, semuanya sangat membingungkan untuknya. Ini semua salah tentunya, kenyataan bahwa ia membenci semua wanita yang dengan sukarela memberikan tubuhnya tak berlaku untuk Mia yang kini tidur terlentang dengan nafas yang masih memburu sama sepertinya. Mia melirik sebentar pada Alex, lalu menggigit bibirnya. Seketika ia diliputi rasa ragu. Apa dasar mereka melakukan semua ini? Alex menarik selimut di kasurnya untuk menutupi tubuh telanjang mereka. Nyatanya nafas mereka masih bergemuruh, ia menarik tubuh Mia untuk merapat padanya dan lengan kekarnya menjadi bantalan untuk kepala Mia. Seketika Mia diliputi rasa tenang dengan posisi seperti ini, tangannya perlahan menyentuh d**a Alex yang bidang. Posisi yang sama seperti saat pertama mereka tidur bersama dirumah Alex.
"Alex.." panggil Mia pelan.
"Ya?"
Mia mendongak untuk menatap Alex. Lalu menghela nafas pelan " apa kau akan menyuruhku pergi dari kehidupanmu sama seperti wanita wanita yang kau tiduri sebelumnya?" Suara Mia terdengar lebih dari rasa takut.
Alex membelai rambut panjang Mia lalu menggeleng pelan. " aku bahkan tidak melakukannya."
Mia mengernyit tak mengerti "hmm?"
"Untuk kali ini, tinggalah lebih lama, jadi kau yang pertama." Kata Alex membuat isi perut Mia seperti dipenuhi kupu kupu terbang. Sebelah tangan Alex mendekap tubuh Mia, Alex memejamkan matanya sedangkan Mia masih menatap Alex lekat. Mia masih merasa bahwa Alex bukanlah orang asing untuknya. Apa sekarang Mia boleh berpikir lebih tentang hubungan mereka? Ini sudah sangat terlalu jauh. Mia kembali menghela nafasnya. Rasanya Hangat berada dalam dekapan Alex. Mia tidak ingin malam ini cepat berlalu.
Lex, bisakah kita terus seperti ini? Dan melupakan masalah rumit diantara kita?