Malam Pertama

1045 Words
Bab 2 Satu per satu tamu mendatangi kedua mempelai dan mengucapkan selamat. Selanjutnya mereka menyerbu meja prasmanan yang terletak di samping kanan rumah. Satu jam kemudian, Asminah dan Salma mendatangi kedua mempelai dan mengajak mereka untuk makan di tempat yang telah disiapkan. Yhara melangkah terlebih dahulu, tetapi tiba-tiba dia nyaris terjatuh karena tersandung ujung baju pengantin yang panjang menjuntai. Ziyad menangkap tubuh Yhara dengan cepat, tepat sebelum lutut gadis itu menyentuh lantai. Yhara sontak menoleh dan memandangi wajah suaminya tersebut dengan hati yang berdebar. Sesaat keduanya seperti terpaku di tempat. Tidak bergerak hingga terdengar suara siulan dan tawa dari para tamu. Ziyad menegakkan tubuh dan menarik tangan Yhara hingga gadis itu bisa berdiri tegak kembali. Menyunggingkan senyuman menanggapi acungan jempol sang fotografer, yang telah bergerak cepat menangkap momen romantis tersebut. "Hati-hati jalannya," ujar Ziyad yang dibalas anggukan Yhara. "Gandeng!" desis Salma dengan tatapan mendelik. Ziyad mengangguk dan menarik tangan Yhara. Mengajak istrinya memasuki ruang tengah yang telah disulap menjadi ruang makan khusus pengantin. Keduanya duduk berdampingan. Kedua orang tua dan saudara perempuan Ziyad ikut duduk bersama di kanan dan kiri pasangan tersebut. Sementara Asminah sudah melesat bak gasing ke depan rumah, mengobrol bersama para tamu sekaligus mengecek kondisi meja prasmanan. Demikian pula dengan Liana, perempuan dewasa yang baru tiba kemarin siang itu tampak sibuk menjamu para tamu. "Hari ini Abang tidur di sini. Besok baru bawa Yhara ke rumah. Kita ngadain acara pengajian sederhana," ujar Salma sambil mengunyah. "Abang nggak bawa baju ganti," jawab Ziyad. "Pakaianmu udah ada di sini," timpal Aldi. "Ha? Kok bisa? Bajunya terbang?" Ziyad semakin bingung. "Kemarin udah kuanterin, Bang," sela Vira. Ziyad manggut-manggut. Paham bahwa seluruh anggota keluarga telah bersekongkol menjebak dirinya. *** Hari pun beranjak menjadi malam. Seluruh keluarga Ziyad telah pulang seusai acara siang tadi. Suasana di depan rumah pun sudah tampak sepi. Hanya ada beberapa orang pria dewasa yang tengah mengobrol di bawah tenda. Ziyad tampak tengah duduk di teras sambil menyeruput teh manis hangat. Sementara Yhara yang duduk di sebelah nyaris tidak mengeluarkan suara. Sepasang pengantin itu tengah mengobrol dari hati ke hati. Sebetulnya hanya Ziyad yang berbicara, sedangkan Yhara hanya menanggapi dengan ucapan-ucapan pendek. "Kalian nggak masuk ke kamar?" tanya Asminah yang tiba-tiba muncul dari balik gorden. "Iya, Nek, bentar lagi," jawab Yhara. Asminah pun pergi sambil bersenandung. Ziyad menoleh dan mendapati Yhara tengah menguap lebar tanpa menutup mulut. "Kalau ngantuk, tidur aja duluan," bisik Ziyad. "Kalau aku masuk sendiri, Nenek pasti akan meneror Abang biar ikut masuk juga," sahut Yhara dengan berbisik pula. Ziyad tersenyum lebar menanggapi ucapan Yhara. Kemudian berdiri dan mengajak gadis itu masuk. Keduanya melangkah bersama menyusuri ruangan demi ruangan. Berhenti tepat di depan pintu kamar Yhara dan saling beradu pandang. "Kamu duluan," pinta Ziyad. Yhara mengangguk dan memegang gagang pintu. Membukanya dan melangkah masuk dengan hati deg-degan. Seumur-umur baru kali ini dia berduaan dengan pria di dalam kamarnya. Tadi siang saat mereka berganti pakaian pengantin, masih ada penata rias yang menemani. Namun kali ini mereka benar-benar hanya berdua dan hal itu membuatnya ... takut. Yhara meneruskan langkah menuju kamar mandi di sudut kiri kamar. Mencuci wajah dan menggosok gigi. Sengaja berlama-lama di sana karena masih merasa malu dengan sosok Ziyad. Beberapa menit kemudian akhirnya Yhara ke luar. Suasana kamar yang tadinya terang-benderang, sekarang berubah menjadi temaram karena lampu utama telah dipadamkan, yang tersisa hanya kedua lampu di sudut dekat jendela. Tampak Ziyad tengah berbaring menyamping ke kanan. Sinar dari ponsel menandakan bahwa pria tersebut belum tidur. Yhara duduk di pinggir sebelah kiri. Membaringkan tubuh dengan hati-hati agar tidak menyentuh Ziyad. Gadis itu mengusap d**a untuk menenangkan degup jantung yang menggila. Bibirnya menggumamkan doa agar malam ini bisa cepat berlalu. "Ara, ngadap sini," pinta Ziyad. "Ehm, kenapa?" tanya Yhara. "Abang mau ngomong sesuatu." Cukup lama Yhara berdebat dengan dirinya sendiri, hingga Ziyad sempat mengira bila istrinya itu telah tertidur. Saat dia hendak membalikkan tubuh, tiba-tiba saja Yhara berbalik dan menatapnya dengan malu-malu. "Abang mau ngomong apa?" tanya Yhara dengan suara pelan. "Gini, abang tau kalau kita nggak saling cinta. Maka dari itu, abang nggak akan nyentuh kamu sekarang. Kita tunggu sampai benar-benar siap untuk berkomitmen sebagai suami istri yang sebenarnya. Gimana menurutmu?" Ziyad balas bertanya. Yhara mengangguk menyetujui. Dalam hati dia ingin bersorak, karena Ziyad ternyata sangat pengertian terhadapnya. "Aku setuju," sahutnya. Ziyad mengulaskan senyuman. Kemudian membalikkan tubuh dan kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara Yhara masih memandangi punggung pria itu yang tampak sangat lebar. Gadis bermata sipit tersebut akhirnya menutup mata saat kantuk menyapa. Sama sekali tidak menyadari bila Ziyad telah membalikkan tubuh dan memandangi dirinya yang tidur dengan mulut menganga. *** Keesokan harinya, tepat pukul 9 pagi kedua pasangan pengantin baru itu berangkat ke rumah orang tua Ziyad, dengan ditemani beberapa anggota keluarga Asminah dan Liana. Setibanya di sana ternyata sudah banyak orang. Mereka tengah mempersiapkan acara pengajian yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Ziyad kembali disandingkan dengan Yhara di sebuah pelaminan kecil. Mereka mendengarkan tausiyah ustazah tentang kehidupan berumah tangga dengan perasaan yang campur aduk. Sesekali Ziyad melirik istrinya. Tidak menyadari bila tingkahnya tersebut diperhatikan oleh kedua saudara perempuannya yang duduk di samping Ziyad. "Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih, Kak," lirih Vira. "Hu um, dari tadi dipandangin mulu," sahut Ella. Kedua perempuan bersaudara itu kompak menutup mulut saat Ziyad menoleh dan mendelik. Pria tersebut sebenarnya merasa malu telah tertangkap basah sedang memperhatikan Yhara. Acara pengajian usai satu jam kemudian. Keluarga Yhara berpamitan dan meninggalkan gadis itu sendirian di rumah keluarga barunya. Ella dan Vira mengajak Yhara ke kamar milik Ziyad yang terletak di lantai dua rumah. Mata Yhara membola saat melihat kamar yang ukurannya lebih kecil dari kamarnya itu telah dihias dengan indah. "Istirahat dulu, ya. Kalau mau salat, mukena udah disiapin di meja. Arah kiblatnya ke sana," tunjuk Ella ke arah lemari. "Makasih, Kak," ucap Yhara. "Bentar lagi dianterin minuman sama kue," timpal Vira yang dibalas anggukan Yhara. Kedua saudara perempuan itu beranjak meninggalkan ruangan. Yhara berpindah ke depan jendela dan menatap ke luar. Langit Kota Pontianak menyambutnya dengan hangat. Gadis itu merasa sedih harus berpisah dengan sang nenek. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan lain. Lagipula dalam beberapa hari lagi dia akan ikut pindah ke Jakarta bersama Ziyad, karena pria tersebut memang bekerja di sana. Bunyi pintu yang terbuka membuat Yhara sedikit terkejut. Tertegun saat melihat sang mama mertua melangkah masuk dengan membawa nampan di tangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD