MS 2: Here Comes The Bride

1473 Words
Gaun putih panjang berbahan chiffon dan lace bermotif bunga-bunga yang semula terpajang di tubuh manekin, sekarang dipasang ke tubuh mungil Sylvia Karenina. Gaun itu sedikit kedodoran sehingga pelayan ingin memasang jarum pentul di bagian belakang agar ukuran gaun lebih pas. Namun Margareth Alcaster melarangnya. Nyonya besar keluarga Alcaster itu bergumam panik. “Tidak usah, tidak ada waktu lagi, kenakan seadanya saja!” Wanita paruh baya berambut pirang itu mendorong pelayan agar mundur dari Sylvia dan menyuruh mengambil veil tipis berhias tiara mutiara putih. Seorang pelayan menggelung rambut cokelat Sylvia membentuk bundelan mungil dan ditambah hiasan pita putih. Seorang pelayan lagi mengambil kuas ingin memoles wajah berbintik Sylvia, tetapi lagi-lagi Nyonya Alcaster melarang. “Tidak perlu pakai dandanan segala. Kita sedang terburu-buru. Lagi pula bukan Sylvia pengantinnya.” Sylvia yang berdiri di depan cermin dan perut tercekik korset memutar bola matanya. Gadis berusia 18 tahun itu pun bosan dengan segala kerepotan persiapan pernikahan. Dulu, dia membayangkan menjadi pengantin akan sangat anggun dan cantik. Tidak menyangka mengenakan gaunnya pun sangat menyiksa dan dia hampir tidak bisa bernapas. Kerudung putih transparan dipasang di puncak kepala Sylvia, penutup wajah diturunkan, menutupi raut lugu gadis desa itu. Buket bunga mawar putih dijejalkan ke tangan Sylvia. “Cepat, cepat!” seru Margaret bersama kedua orang tua Sylvia; Leticia dan James Alcaster. Sylvia didorong dan ditarik ke luar kamar, menyusuri koridor kamar lalu menuruni tangga, dan melintasi ruang utama kastel kediaman Alcaster. “Ingat, Sylvia, kau hanya perlu duduk manis dalam kereta. Begitu kami menemukan Maria, kami akan menyusul keretamu dan menggantimu dengan pengantin sebenarnya.” Itu adalah ide Nyonya Margareth Alcaster untuk mengatasi situasi di mana putrinya sendiri, Maria Catherina, menghilang di saat kereta jemputan dari Keluarga Bournemouth sudah tiba. Ya, Maria Catherina akan dinikahkan dengan Viscount Bournemouth. Namun gadis itu menghilang, atas peran serta Sylvia Karenina, sepupunya. Sylvia Karenina tidak menyangka keisengannya bersama Maria membuatnya harus menjadi pengganti posisi Maria. Dia tidak bisa membantah dan itu menjadikannya sebagai boneka hidup pengganti sang mempelai. George Maxwell Alcaster, ayah Maria, menunggu di ambang pintu. Pria yang punya setumpuk hutang pada Viscount Bournemouth itu pun menyerahkan putrinya untuk menjadi istri sang Viscount. Ia menuntun tangan Sylvia dengan rasa bangga, seolah keponakannya itu adalah putrinya sendiri. Kusir kereta tidak akan tahu gadis bergaun pengantin itu bukan putrinya. Ia harus berlakon meyakinkan agar orang luar tidak curiga bahwa mempelai sebenarnya menghilang. George menaikkan Sylvia ke dalam kabin kereta kuda yang dikirim untuk menjemput mempelai wanita. Gadis itu duduk kaku bagai patung. “Sampai jumpa lagi, putriku!” George berseru haru. “Semoga Tuhan memberkatimu dan memandumu dengan selamat tiba di Bournemouth. Restuku bersamamu.” Kusir menutup rapat pintu kabin, lalu duduk di depan kereta dan melecutkan cambuk melarikan empat kuda penarik. George dan seluruh kerabat serta pelayan keluarga Alcaster berbanjar di halaman melambaikan tangan melepas kepergian kereta itu. Setelah kereta kuda Keluarga Bournemouth tidak tampak lagi, mereka semua berlarian ke sana kemari. Mengambil kuda, menyiapkan kereta dan beberapa berlari ke tetangga terdekat. Mereka harus menemukan ke mana Maria Catherina melarikan diri sebelum Viscount Andreas Bradford Bournemouth mengetahui bahwa mempelai wanita yang dikirim hanyalah pengganti, bukan mempelai sebenarnya. (๑♡⌓♡๑) Sylvia tidak mengira dia diperdaya Maria. Sepupunya gadis kota yang jelita, anggun, berbudi pekerti, dan berbakti pada orang tua. Maria adalah gambaran saudara perempuan ideal yang diinginkan Sylvia. Mereka berusia sepantara, 18 tahun. Maria sangat baik padanya. Maria akan mengajarinya menari, bermain piano, membuat kue, dan kadang kala menata bunga saat dia berlibur ke London dan menginap di rumah Maria. Maria sangat ceria di hari-hari menjelang pernikahannya. Tidak terlihat tanda-tanda akan melarikan diri. Dia sangat gembira ketika gaun pernikahannya datang dan menari-nari riang berceloteh soal dirinya yang akan menjadi istri seorang viscount. Viscount Andreas Bradford Bournemouth adalah pria bangsawan yang terkenal bukan karena kearoganan, ketampanan, kekayaan, maupun kedermawanannya. Ia bangsawan yang dikenal karena perangai buruk. Sebut saja pemabuk, penjudi, pemain perempuan, petualang, biang onar, vulgar dan tidak tahu tata krama. Banyak kejadian menyebutkan pria itu kerap telanjang di muka umum, mabuk dan kencing sembarangan. Ia bahkan pernah kencing di depan ratu, yang membuatnya langsung dilempar ke luar istana. Ratu menetapkan larangan masuk ke istana dan sejumlah tempat sakral lainnya khusus untuk Viscount Bournemouth. Karena semua tingkah imoral itu, Viscount Bournemouth sering manjadi bahan gunjingan dan olokan sepenjuru Inggris. Tidak ada yang tidak mengenalnya dengan tingkah i***t dan kebobrokan sang viscount. Maria dianggap gadis yang luar biasa berhati emas, karena demi melunasi hutang keluarga, dia bersedia memenuhi permintaan sang viscount, yaitu seorang istri yang perawan. Maria tidak mempersoalkan nama baik Viscount Bournemouth yang coreng-moreng. Yang diyakininya adalah niat tulus membantu keluarga dan seorang viscount yang urakan akan luluh dengan ketulusan hati seorang wanita. Jadi, ketika Maria mengajaknya mengerjai seisi rumah untuk kenangan terakhirnya sebagai seorang gadis, Sylvia langsung setuju. Dia sendiri yang membantu Maria masuk ke dalam lemari di loteng dan menutup lemari itu. Dia yang berlagak tidak tahu keberadaan Maria ketika seisi rumah mencari Maria untuk didandani. Hanya setelah kereta penjemput itu tiba, barulah Sylvia buka mulut. Namun ketika lemari dibuka, isinya hanya kolong kosong melompong. Sekeping papan dinding belakang lemari terlepas, menciptakan celah besar yang bertembusan dengan jendela terbuka di balik lemari itu. Maria Catherina rupanya kabur melalui loteng, membawa serta tas berisi pakaian yang disiapkannya lebih dahulu dalam lemari. Sylvia terperangah merasa dipecundangi. Ayah dan ibunya hanya kerabat miskin, sehingga manut saja saat dirinya dijadikan pengganti. Lagi pula, seluruh penghuni Alcaster akan berusaha secepatnya menemukan Maria. Mereka yakin Maria tidak pergi sendirian. Apalagi sebelum dipinang Viscount Bournemouth, Maria diketahui pernah dekat dengan seorang pria. Selama di perjalanan, Sylvia berharap kereta berhenti karena Maria telah ditemukan. Namun, setelah 3 jam perjalanan konstan dan kereta akhirnya berhenti di depan sebuah kastel tua, bobrok dan suram, barulah Sylvia sadar bahwa harapannya pupus. Gerbang berpagar jeruji tinggi berujung runcing mengelilingi kawasan kastel menambah seram rumah itu. Sylvia melirik dari sela tirai jendela kereta. Tampak Pendeta Willis berdiri dalam terusan hitam menyambut kedatangan sang mempelai wanita. Di samping pendeta, berdiri tegap seorang pria bersetelan hitam yang elegan. Pria itu bertubuh langsing, berwajah tirus, sebelah mata terpicing tajam, sebelah mata mengenakan penutup kulit hitam. Pintu kereta dibuka dan pria bermata satu itu maju mendekat. Usaha rekayasa yang sudah terlanjur dilaksanakan membuat Sylvia tidak punya pilihan lain kecuali turun dari kereta dan menyambut uluran tangan pria itu. Pria yang rupawan dengan manik mata hitam kelam sehitam rambutnya yang licin tersisir ke belakang. Hunjaman sorot sebelah mata pria itu membuat kaki Sylvia lemas, seolah dia sudah ketahuan berbohong tanpa perlu berkata apa pun. Namun pria itu sigap menangkap lengannya di saat dia goyah. Oh, jadi, inikah Viscount Bournemouth? Ia cukup tampan, batin Sylvia. “Terima kasih,” ucap Sylvia spontan dan segera diikuti dehaman kecil beberapa kali karena tenggorokannya kering kerontang. Pria itu hanya menelengkan kepala dengan gestur penuh rasa hormat. Ia memegang tangan kanan Sylvia dan sebelah tangan direntangkan mempersilakan wanita bergaun pengantin putih bersih itu melangkah menuju kastel. Sylvia pun melangkah kaku seakan menahan kencing. Kegugupannya tertutupi kerudung pengantin. Dia melirik pada Pendeta Willis yang tersenyum lebar. Pendeta itu mengenal Maria karena mereka sudah pernah bertemu beberapa kali untuk konseling pernikahan. Pendeta Willis pasti tidak akan bisa tersenyum segembira itu jika melihat bahwa pengantin yang datang kali ini bukanlah pengantin yang seharusnya. Ketika pria bermata satu menurunkan tangan Sylvia di depan tangga teras dan berlari menaiki tangga untuk membuka pintu, Sylvia menarik lengan baju Pendeta Willis dan berbisik padanya. “Bapa, tolong saya, lakukan sesuatu. Saya bukan Maria.” “Apa?” Pendeta Willis tidak jelas mendengar ucapan Sylvia. Sylvia membuka kerudungnya dan Pendeta Willis terbelalak. Sylvia berbisik keras. “Bapa, saya bukan Maria. Saya mohon, lakukan sesuatu untuk mengulur upacara pernikahan ini.” Pendeta Willis termangap. Sylvia lekas menurunkan kerudungnya lagi karena mendengar derap kaki pria bermata satu. Sylvia menegakkan tubuhnya dan menerima uluran tangan pria itu. Mereka menapaki anak tangga dan sampai di ambang pintu besar yang terbuka lebar. Sylvia mengira identitasnya akan mengejutkan seisi rumah Bournemouth. Namun perkiraannya salah. Justru isi rumah Bournemouth-lah yang membuatnya terkejut bukan kepalang. Di dalam rumah itu hampir tidak ada bedanya dengan rumah jagal. Setidaknya dalam pandangan Sylvia. Tubuh-tubuh telanjang berpagut tidak tahu malu di lantai dan perabot lainnya. Tidak laki-laki, tidak perempuan, semuanya dalam pakaian kelahiran mereka runtang-runtung mengagungkan kesyahwatan. Dari balik tirai penutup wajahnya, Sylvia menoleh pada pria bermata satu di sisinya. Pria itu tersenyum ramah. “Selamat datang di Bournemouth, Nona,” katanya. “Atau bolehkah saya menyebut Anda ... Nyonya, Viscountess Bournemouth?” ❤ ❤ ❤ Hai, hai, ketemu lagi di work aku yang ini ... genre Historical zaman Victoria. Vote tap ( ˘ ³˘)♥ dan komen yang sering yah, biar Sisil makin semangat nulisnya ... n makin cepet juga updatenya .... Love yaaa ( ◜‿◝ )♡ Wkwkwk, ini fiksi yah, Beberapa nama dan tempat disesuaikan kebutuhan cerita. Silakan komen kritik dan saran yang sopan. Happy reading!! 30/10/2020 (◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD