Gaun pengantin.

1137 Words
"Aku, aku..." Entah kenapa Adrian menjadi salah tingkah, terlihat jelas dari gerakan jari jari tangan Adrian mengetuk ngetuk pahanya. 'Sial, kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini.' Batin Adrian mendengus kesal. Sementara Sherin memasang wajah mengejek pada Adrian, lalu kembali menghadap Lina. "Cincin ini sangat berarti bagiku. Hanya ini satu satunya kenangan yang bisa ku ingat darinya." Sherin memberi pengertian pada Lina. Lina tak menyangka bahwa Sherin benar benar memiliki hubungan spesial pada pria yang bernama Kevin. Ia menarik nafas perlahan, lalu tersenyum pada Sherin sembari memegang kedua tangan Sherin. "Mama mengerti, pasti ini sangat berat untukmu. Tapi percayalah, Adrian akan menggantikan posisi kekasihmu dengan baik."  Mata indah Sherin membulat seketika. 'Ha? Maksudnya? Apa mereka benar benar percaya kalau cincin ini pemberian dari Kevin? Ya tuhan, ibu dan anak satu ini kenapa mudah sekali salah pahamnya? Ah sudahlah, biarkan saja. Nanti akan ku jelaskan pada nyonya saat tiba di rumah.' Batinnya. Tak lama ketiganya berjalan ke arah koleksi gaun gaun serta jas pengantin yang terpajang di sebuah ruangan besar khusus.  Mata Sherin dimanjakan dengan aneka gaun gaun mewah yang dominan berwarna putih yang terpajang di beberapa patung serta tergantung rapi di sebuah gantungan khusus. "Waah... Benar benar cantik gaun gaun ini." Ucapnya pelan dengan mata yang berbinar. Salah seorang karyawan telah menyodorkan sebuah majalah khusus pada Lina. Perempuan paruh baya itu sibuk membuka lembar demi lembar majalah yang menampilkan gambar terbaru.  Sementara Adrian telah memasuki ruang ganti untuk mengenakan setelan jas tuxedo yang akan di kenakannya untuk hari pernikahannya. "Yang ini, ini dan ini." Ucap Lina pada karyawan itu sembari menunjuk tangannya pada beberapa gaun yang tertera di dalam majalah. "Baik nyonya." Lalu bergegas mengambil beberapa gaun pilihan Lina. Mata Sherin terus tertuju pada satu gaun berwarna gold yang terpajang tertutupi oleh beberapa patung yang di depannya. "Sherin... Apa yang kau lihat?" Tanya Lina sembari memperhatikan arah tatapan mata Sherin. Sherin terkejut, matanya kembali terfokus pada Lina. "Ah, tidak ma. Bukan apa apa." Sahutnya tersenyum tipis. "Apa kau menyukai gaun itu?" Berjalan mendekati gaun berwarna gold yang sedikit tertutupi oleh beberapa patung di depannya. "Eee... Aku, aku hanya penasaran dengan gaun itu. Warna dan bentuknya terlihat spesial." Berjalan di belakang Lina. Lina meminta pada karyawan lainnya untuk mengambilkan gaun berwarna gold yang di maksud oleh Sherin. "Kau ingin mencobanya?"  "Aah, tidak ma. Tidak usah, aku hanya tak sengaja melihat saja." Sherin menolak halus, walaupun sebenarnya ia telah jatuh hati pada pandangan pertama pada gaun tersebut. "Pakailah, aku juga ingin melihatmu memakainya." Lina tersenyum manis pada Sherin. Akhirnya Sherin di temani dua karyawan lainnya memasuki ruang ganti khusus untuk mencoba tiga gaun pilihan Lina dan satu gaun yang tak sengaja di lihatnya. Adrian yang telah terlebih dahulu berganti dengan setelan jas tuxedo berwarna hitam terlihat begitu tampan dan berdiri di depan Lina dengan wajah malas. "Tak perlu di ragukan. Kau terlihat begitu tampan, sayang." Lina memuji ketampanan sang putra sulung. "Sejak kapan aku terlihat buruk di matamu ma?" Canda Adrian dengan senyumannya. Kini yang di tunggu tunggu telah keluar dari ruang ganti. Perempuan bertubuh mungil di mata Adrian itu tampil begitu mempesona dengan gaun panjang tanpa lengan yang berwarna putih lengkap dengan hiasan kepala di atasnya berjalan mendekati Adrian dan Lina yang sedang bergurau itu. Baik Adrian maupun Lina terlihat begitu terpukau dengan penampilan Sherin yang terlihat bak putri raja itu. "Kau benar benar sangat cantik, sayang." Lina tak sekalipun mengedipkan matanya melihat gadis yang berdiri di hadapannya. 'Bocah ini, kenapa terlihat begitu cantik sekali.' Batin Adrian memuji kecantikan alami Sherin. "Tapi ma, sepertinya ini terlalu sexi untukku ma."  "Benar, aku juga tak terlalu menyukainya." Sambung Adrian mengalihkan pandangannya pada Sherin yang meliriknya. Setelah berdebat antara Lina dan Adrian mengenai gaun yang di gunakan oleh Sherin akhirnya mereka sepakat untuk mengganti gaun pada pilihan selanjutnya. Untuk yang kedua kali Sherin mengenakan kembali ball gown off shoulder berwarna putih tulang di hiasi dengan taburan mutiara di bagian pinggangnya dengan mahkota di atasnya membuat Sherin tak kalah mempesona dari penampilan sebelumnya. Namun, lagi lagi Adrian tak terlalu menyukainya. Menurutnya bubuh Sherin yang mungil terlalu berat untuk mengenakan gaun itu. Dengan langkah terpaksa Sherin pun kembali masuk ke dalam ruang ganti untuk mengenakan gaun ke tiga pilihan Lina. 'Awas saja kalau satu ini masih tak menyukainya. Aku lebih baik tidak menikah denganmu. Lagipula, kenapa kau harus sibuk menyuruhku mengganti gaun yang lain yang kau suka? Bukankah kau tak menginginkan pernikahan ini? Dasar gila.' Sherin begitu kesal namun hanya bisa menggeram dalam hati. Dengan susah payah Sherin mengganti gaun pilihan Lina yang terakhir. Tak jauh berbeda dengan gaun yang pertama ia kenakan, hanya saja pada bagian dadanya yang berbentuk sweetheart serta tambahan lengan tipis dan bahannya yang berbeda. Sherin berjalan sembari mengangkat sedikit bagian bawah gaun tersebut, memasang wajah yang sedemikian manis di hadapan Adrian dan Lina, berharap jika dokter ahli bedah itu menjatuhkan pilihannya pada gaun yang sedang ia kenakan itu. "Waw... You look so beautiful, baby." Lina begitu terpukau dengan penampilan Sherin yang mengenakan gaun gaun bak putri dongeng. "Terimakasih ma. Hah, akhirnya aku bisa bernafas juga." Sherin menghela nafas lega. Adrian berjalan mengitari Sherin, menatap perempuan itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kau memang cantik dengan gaun ini."  Sherin mengembangkan bibirnya, dengan bersusah payah akhirnya Adrian menyukai gaun yang ia kenakan. "Syukurlah." Ucapnya pelan. "Tapi, warna putih terlalu monoton. Dan jas yang aku kenakan juga tak cocok untukku." Sambung Adrian dengan kedua tangan yang bersedekap di depan d**a. "Tuan Adrian yang terhormat. Apa kau mengetahui betapa sulitnya aku berganti gaun sebanyak tiga kali? Dan kau mengatakan kau tak menyukai warna putih, kau tak menyukai bentuknya lah. Kenapa tidak dari tadi kau mengatakannya? Biar aku mencari gaun yang berwarna lain saja dan tak repot repot untuk mengganti sebanyak tiga kali. Kau ini sebenarnya mau menikah atau memamerkan gaun yang ku kenakan?" Cerocos Sherin sekesal kesalnya. Kesabaran Sherin benar benar telah di uji oleh Adrian. Beruntung, Lina ada di sana menemani mereka. Jika tidak, mungkin Sherin telah kabur sebelum Adrian memilih gaun yang di sukainya. "Tentu aku akan menikah, maka dari itu kau harus terlihat menarik di mataku. Meskipun penampilanmu akan terlihat sama saja." Lalu berjalan dengan santai meninggalkan Sherin dan memilih satu setelan jas tuxedo lainnya untuk di kenakannya. "Kau ini... Iiiihhh..." Geramnya sembari menghentakkan kakinya. Beberapa karyawan yang melihat perdebatan antara Sherin dan Adrian pun terkekeh, Adrian benar benar telah membuat Sherin kelelahan. Begitu juga Lina yang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Adrian dan meminta Sherin untuk bersabar. "Dasar pria aneh. Kau pikir memakai gaun seperti memakai handuk yang mudah saja untuk di lepas? Dasar gila." Umpat Sherin berjalan kembali memasuki ruang ganti. Sherin dengan sengaja berlama di dalam ruang ganti. Bahkan dirinya menyempatkan diri untuk duduk di lantainya tanpa alas apa pun hingga membuat kedua karyawan yang membantunya merasa sedikit iba melihat Sherin yang kelelahan. "Hei Sherin... Kenapa lama sekali?" Teriak Adrian dari luar ruang ganti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD