Selama tiga hari, Saga baru bangun dari tidurnya. Matanya bersirobok melihat pendar cahaya lampu mengelilingi ruang tersebut, ia menyesuaikan pandangannya. Sama seperti yang Rega terka. Mental adik tirinya itu sungguh dangkal begitu juga akalnya. “Rega?” ucap Saga yang bingung dengan kehadiran Rega. Rega yang melihat Saga dengan datar, memasukkan jemari pada kantung celananya. “Lo nggak akan mati semudah ITU!” tutur Rega setelah melihat Saga membuka mata, langsung meninggalkan adik tirinya itu. Dian masuk, menggantikan keberadaan Rega. “Akhirnya lo sadar, untung aja Rega mau jagain lo.” Ucapan Dian membuat Saga bingung. “Rega ... apa?” Dian beralih melihat Saga dari kegiatan sebelumnya mengupas buah. “Lo nggak dikasih tau sama Rega?” Saga hanya diam, lalu Dian melanjutkan kalima

