Refa menenangkan dirinya sendiri. Sudah sejak dua jam yang lalu, perutnya mulai merasakan kontraksi ringan. Sejak dua jam pula, belum ada yang mengangkat panggilannya. Rega atau Esti seolah hilang ditelan bumi. Kedua putranya juga dibawa oleh mereka, ia sendirian di rumah. Hanya embusan napas berkali-kali yang ia keluarkan untuk menenangkan diri sendiri. “Ke mana mereka semua?” geram Refa, yang masih terus mencoba tenang. Saga. Mendadak Refa mengingat suaminya itu. Satu-satunya jalan, adalah menghubungi suaminya. Sudah pasti dia akan mengangkatnya. Ia mencoba menghubungi ponsel internasional Saga, tapi ternyata tidak ada tanggapan. “Mungkin dia udah ada di Indo ....” Segera Refa menghubungi nomor Saga. Tak selang berapa lama, suara pintu terdengar. “Ma!” teriak seseorang, yang sanga

