Prolog

383 Words
Mengapa kita berpisah padahal saling mencinta ? Mengapa kita tak bersama padahal saling menginginkan ? Mengapa kita menjauh padahal ingin memiliki ? Mengapa kita saling diam padahal ingin bercengkrama ? Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang sebenarnya bisa terjawab. Tidak ada yang bisa menerka sesuatu yang tidak pernah kita rasakan. Tidak ada yang bisa merasakan sesuatu yang tidak pernah kita alami. Dan di bawah sinar bulan dihiasi kerlip bintang bertaburan serta cahaya lampu temaram. Mereka bertemu, berpelukan. Meluapkan rasa rindu yang sudah lama tertahan. Menyatakan perasaan cinta masing-masing yang sudah lama tertanam. Mereka menangis dalam suka. Cinta sepasang sejoli yang sempat terpisah jarak dan waktu. Akhirnya bersatu, dalam sebuah pernikahan yang syahdu nan bahagia. The end. "Itulah akhir kisah dalam novel terbaru saya." Wanita berambut sebahu itu mengulas senyum sembari menutup novel bersampul merah muda berjudul 'Kemarau di hatiku' yang ada di pangkuannya. "Kisah yang indah." Ucap seorang wanita lain menjabat tangan si penulis novel, "Well, semoga bisa menjadi best seller." "Amin. Terimakasih Seina atas kerjasamanya." Dan dengan satu tanda tangan kontrak, Alissa bisa menerbitkan novel di seluruh toko buku yang ada di negara ini. Serta, tentu saja dapat menyambung kehidupannya. Wanita dua puluh tujuh tahun itu menarik turun kaca matanya, kemudian menyelipkan ke saku kemeja biru tua yang ia kenakan. Dia, seorang penulis novel romance dan juga merangkap sebagai seorang ibu. Kisah dalam buku yang ia cipta merupakan rangkaian kisah hidupnya. Tidak, tidak sama persis. Melainkan ia atur sedemikian rupa membentuk kilasan - kilasan kisah manis yang membuat tokoh tersenyum bahagia menjalani takdir yang indah. Karena.... Alissa adalah Tuhan di dalam novelnya. **** Alissa POV Aku adalah seorang ibu. Ibu bagi anak-anak didikku yang selalu bersamangat menyambut hari dengan binar wajah polos mereka. Meski di lain waktu, wajah-wajah polos itu akan berubah suram ketika mendapat serentetan tugas dengan mata pelajaran yang sulit dipahami. Adakalanya jiwa kenakalan mereka bangkit. Berontak, berbuat onar lalu menangis oleh sesuatu yang mungkin dianggap biasa bagi orang dewasa. Tapi itulah anak-anak dan aku menyukainya. Menyukai pekerjaanku. Ya, selain menulis. Aku merupakan guru salah satu sekolah dasar di kota ini. Ibu bagi murid-muridku. Serta... ibu bagi putera kecilku Alfa. Ahh... Aku menyayangi mereka. Sangat menyayangi. Dan, hampir setiap waktu aku habiskan bersama mereka. Karena mereka adalah obat penghambat laraku. Aku, Alissa Stina dan Ini adalah kisahku. **** Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD