Like Cat and Dog

2904 Words
*Pada suatu hari* "Heh.. Minggir dong lo!!" Terdengar suara nyaring seorang gadis manis yang sedang berdebat dengan seorang pemuda tampan di depannya "Lah.. Kok harus gw yang minggir? Lo aja!!" balas pemuda itu tak ingin mengalah. "Enak aja lo!! Gw duluan yang lewat sini jadi lo yang harus minggir!!" "Kenapa harus gw yang minggir? Kan koridor bukan punya lo. Lagian juga jalanannya gede, DaRa.." "Dara-Dara!!! Nama gw Sarah bukan Dara!!!" "Gw gak lagi manggil nama lo, tapi julukan lo." "Julukan? Maksud lo??" gadis manis itu mengernyit bingung. "Iya.. Julukan lo DaRa.. Alias d**a RATA!!hahahhah!!" pemuda tampan itu membalas dan setelahnya tertawa diiringi tawa teman-teman pemuda itu yang berdiri di belakang si pemuda. "Br*ngsek lo!! Dasar KECOAK BUNTUNG!! CICAK TERBANG!! KUPU-KUPU TAK BERSAYAP!! TANDUK BANTENG!!! BUAYA JADI-JADIAN!! MONYE.." "STOOOPPP!!! Oh my God!! Sarah Almaira!! Lo lagi ngabsen kebun binatang?? Dan lo juga Reza Fabian, tolong lo ngalah hari iniii...aja. Masa cuma gara-gara lewatin koridor yang gedenya selapangan bola kalian selalu berantem?? Sarah, lo lewat kirinya Reza dan Reza, lo lewat kanannya Sarah jadi kalian gak harus terpaku satu titik!" tiba-tiba sahabat si gadis yang berdiri di samping gadis itu menyela dengan suara yang tak kalah menggelegar untuk menghentikan perdebatan tak masuk akal dua orang berbeda jenis itu. Si gadis yang berdebat hanya menatap datar si pemuda yang menatapnya dengan cuek. "Loh, kok malah pada diem??" "Gw gak mau minggir," ucap datar gadis yang bernama Sarah. "Gw juga ogah minggir," balas pemuda yang bernama Reza mengedikkan bahunya cuek sambil tersenyum miring kearah Sarah. "Hhh.. Kalau kayak gini kapan kelarnya? Sarah.. Kita kan mau ke perpus. Udah deh, mending lo ngalah sebelum jam istirahat kelar, " ucap Luna -Sahabat dari Sarah yang tadi menghentikan perdebatan- sambil menghela napas lelah. Selalu seperti ini jika sahabatnya - si Sarah - bertemu dengan Reza Fabian yang selalu di ikrarkan Sarah sebagai musuh abadinya dari sejak masuk SD sampai sekarang mereka sudah kelas tiga SMA. Dimana pun mereka bertemu, selalu ada peperangan kata-kata seperti saat ini, tidak ada yang ingin mengalah ketika mereka berpapasan di jalan. Sarah menghela napas jengkel mendengar ucapan Luna. "Gw tetep gak mau minggir!" ucap Sarah tajam. Detik selanjutnya, tanpa aba-aba, Sarah menabrak bahu kokoh Reza kencang dan melangkah menjauh dengan langkah pasti tanpa melihat ke arah Reza yang limbung karena tidak siap dengan serangan Sarah. Sementara Luna, melebarkan matanya terkejut dan mengikuti langkah Sarah tergesa-gesa yang sudah agak jauh darinya. Sedangkan teman-teman Reza, melongo tak percaya sambil melihat punggung Sarah. Reza yang baru tersadar dari keterkejutannya tersenyum kecil dan detik selanjutnya berbalik untuk melihat punggung Sarah. "GILA YA DISEKOLAH INI TERNYATA ADA BANTENG CEWEK!! DADANYA RATA PULA!!" teriak Reza dengan wajah jahil. Sarah menghentikan langkahnya mendengar teriakan Reza, dan membalikkan tubuh sambil menatap Reza datar dengan menjulurkan jari tengahnya ke arah Reza yang dibalas cengiran Pemuda itu. "DASAR BUAYA SARAP!!!"teriak Sarah yang langsung kembali berbalik melanjutkan langkahnya meninggalkan Reza yang tertawa terbahak-bahak melihat wajah merah Sarah yang menurutnya menggemaskan. *Another Day* Sarah saat ini sedang berada di kantin sekolah untuk mengantri bakso. Antrian di tukang bakso lumayan panjang, karena menjadi salah satu makanan favorit di sekolah Sarah. Antrian terus berjalan sampai tiba akhirnya giliran Sarah yang memesan. "Bang, Kiki.. Baksonya 2 mangkok." "Jadinya Tiga mangkok Bang Kiki do you love me~ " suara Pria tiba-tiba menyela dengan bersenandung riang. Sarah menelengkan kepalanya ke samping untuk melihat siapa yang berani meralat pesanannya. Gadis ini merasa mengenal suara itu, dan benar saja, wajah rivalnya - Reza Fabian - terpampang nyata di hadapan Sarah yang membuat Sarah memutar bola mata malas. "Lo kalo mau makan bakso ngantri dari belakang!" "Ya elah Ra, sekalian napa sih? Kita kan temen," cengir Reza tanpa dosa. "Temen pala lo!!! Sejak kapan gw punya temen kayak lo?? Gw gak berniat nambah temen yang modelnya kek lo gini!! Bang Kiki, Baksonya Dua aja ya. Dia suruh ngantri tuh dibelakang!" "Eh.. Enggak, Bang. Jadinya 3 ya. Bukan dua tapi tiga, Bang!!" kekeuh Reza sambil menunjukkan tiga jarinya. Bang Kiki-pedagang Bakso-menggaruk kepalanya bingung. "Yang bener berapa nih?" tanya Bang Kiki bingung. "Dua!!" "Tiga!!" Sarah dan Reza berteriak serentak. "Dua aja, Bang!! Enak aja dia mau makan gak pake ngantri!! Kasian yang laen dong yang ngantri daritadi!" "Lo sama temen gitu banget, DaRa!! Gak ada solidaritasnya." "Berisik lo!!! Sana ke belakang!!!" tunjuk Sarah ke arah antrian belakang. "SANA!!!" teriak Sarah ketika melihat Reza ingin mengeluarkan suaranya kembali untuk membantah. Melihat pelototan garang Sarah, Reza meringis dan mengikuti ucapan Sarah mengantri di antrian paling belakang. Setelah melihat Reza berada di antrian belakang, Sarah kembali membalikkan tubuh ke arah Bang Kiki untuk menunggu pesanannya, tanpa tahu Reza tersenyum tipis melihat punggung indah Sarah. *Hari yang lain* "Reza!! Reza!!! Reza!!! Semangat Reza!!!" Sarah hanya menutup kedua telinganya kesal, mendengar teriakan para remaja wanita yang sedang menonton pertandingan basket antar kelas di sekolahnya. Saat ini, kelas Sarah dan kelas Reza sedang bertanding di lapangan basket sekolah mereka. Tapi yang Sarah herankan, bahkan teman-teman wanitanya malah ikut memberi semangat pada Reza, bukannya memberi semangat teman satu kelas mereka. Dasar!! Memang setampan itukah Reza?? Reza yang sudah mengeluarkan banyak keringat, dengan lihai memainkan bola basket yang saat ini berada di tangannya. Sarah tanpa sadar memperhatikan musuh abadinya yang tidak bisa Sarah pungkiri semakin hari wajah Pemuda itu semakin tampan. Jadi, sepertinya Reza memang setampan itu. Sampai membuat semua mata wanita menuju ke arahnya. Termasuk Sarah. Merasa seperti sedang diperhatikan, Reza yang baru saja memasukkan bola kembali untuk kesekian kalinya, mengarahkan pandangan ke arah Sarah yang tengah menatapnya. Pandangan mereka bertemu. Deg.. Tiba-tiba Sarah merasakan dadanya berdetak tidak menentu. Dengan menutupi kegugupannya, tatapan yang tadinya memuja, menjadi tatapan tajam seolah membenci Reza. Reza yang melihat perubahan tatapan Sarah hanya tersenyum geli karena sempat melihat tatapan Sarah sebelumnya yang seakan memuja dirinya. Detik selanjutnya, Reza mengedipkan sebelah matanya ke arah Sarah yang mana malah membuat penonton wanita bersorak girang karena mengira kedipan mata itu untuk mereka. Secara Reza adalah Most Wanted di sekolah mereka. Sarah semakin merona melihat kedipan mata Reza yang di tujukan padanya. Dengan wajah kesal, Sarah mengalihkan pandangan ke arah penonton untuk menutupi wajah meronanya. Sementara Reza, menghela napas pasrah sambil tersenyum misterius. *Beberapa Hari Selanjutnya* "DaRa.. Tunggu dong. Jalannya cepet banget kayak mau ambil gaji." Sarah tak menghiraukan suara pria dibelakangnya. Saat ini Sarah sedang melangkahkan kaki menuju halte bus sepulang sekolah. "DaRa.. Yaelah.. Ni cewek kakinya panjang juga!" Sarah tetap berjalan tergesa-gesa agar si Pria tidak bisa menyusulnya. "DaRa!!! Lo denger gw ngomong kan? Lo bukan siluman tembok kan?? DaR.." "Bangke!!! Berisik banget lo!! Ngapain sih lo ikutin gw??!! Hah??!!!" Sarah membalikkan tubuh dan berteriak murka. Sementara Pemuda itu yang ternyata adalah Reza, mengedip-kedipkan matanya terkejut mendengar suara menggelegar gadis yang berdiri tak jauh darinya itu. "Ehm.. DaRa.. Kalo lo lupa,arah rumah kita kan sama, karena rumah kita kan sebelahan.. " Reza menggaruk kepalanya dengan tatapan polos. Sarah menutup matanya jengkel karena memang kenyataannya mereka adalah tetangga belasan tahun. Dan kenyataannya lagi adalah, kejadian seperti ini selalu terulang setiap mereka pulang sekolah bersama secara tak sengaja - menurut Sarah -. "Silahkan lo jalan duluan kalo gitu, Bangke Buaya!" Sarah mengisyaratkan Reza melangkah terlebih dahulu karena merasa terganggu dengan rengekan tetangga sekaligus musuh abadinya. "Tumben lo mau ngalah?" tanya Reza bingung. Sarah tidak menjawab melainkan menatap Reza malas dengan tangan masih mengisyaratkan Reza untuk berjalan mendahuluinya. "Lo duluan aj kalo gitu, DaRa," ucap Reza pelan. "Harus berapa kali gw bilang kalo nama gw bukan DARA!!!" geram Sarah yang melangkah maju ke arah Reza dan menendang tulang kering tepat di kaki Pemuda itu. Reza mengumpat dan meringis kesakitan sambil mengusap tulang keringnya. Sementara Sarah kembali berjalan setelah tersenyum sinis ke arah Reza. "Woy.. Tetangga!! Tungguin gw.. Aduhh.. Sakit nih kaki gw!! Tanggung jawab lo!!" Reza berjalan tertatih berusaha menyusul Sarah. "Bodo!" ucap Sarah cuek. Sampai tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah genangan air hujan yang turun tadi pagi yang berada tepat disamping Sarah berjalan. Dengan langkah cepat, Reza menghampiri Sarah dan memutar tubuh Sarah agar tidak terkena genangan air hujan yang dicipratkan mobil itu. Sarah terkejut oleh remasan tangan di kedua bahunya karena kejadiannya sangat cepat. Dan lebih terkejut lagi, melihat bagian kepala belakang Reza basah karena air kotor itu. Ternyata genangan airnya cukup dalam, sampai-sampai kepala belakang Reza ikut terkena. Reza masih terdiam menatap Sarah dalam sementara Sarah sudah panik dan memutar tubuh Reza kekanan dan kekiri melihat punggung Reza. Kondisi baju seragam Reza sudah tidak berbentuk putih melainkan berubah menjadi coklat karena air genangan itu ternyata bercampur dengan tanah merah. "WAAA!!!! BAJU LO KOTOR!!! SIALAN TUH MOBIL!!! YANG NYETIR GAK PUNYA MATA KALI YA???!!! NGENDARAIN MOBIL PINGGIR BANGET!!! LO GAK PAPA KAN, BANGKE???" tanya Sarah panik yang membuat Reza malah tersenyum geli. "Khawatir sih khawatir.. Tapi gak usah panggil gw bangke juga kali.. Hahaha.." Reza menyemburkan tawanya sementara Sarah melepaskan tangannya dari kedua lengan Reza ketika tadi ia mencoba melihat punggung Reza yang basah. "Siapa yang khawatir sama lo, Ngke?? Gw cuma merasa bersalah karena seharusnya gw yang kena air kotor bin jijik itu." Sarah menunjuk genangan air dengan wajah cemberut. "Gw gapapa kok, yang penting lo gak kena," ucap Reza sambil tersenyum tulus. Melihat senyum Reza yang jauh dari kata jahil, membuat Sarah yang tingginya hanya mencapai telinga Reza tertegun. "Ya udah yuk kita pulang, DaRa.." ketika Reza ingin menggandeng tangan Sarah, Sarah menepisnya dan menatap Reza murka. "NAMA GW BUKAN DARA!!!!! DASAR BANGKE BUAYA SIALAN!!!" Sarah menjambak rambut Reza karena Reza kembali memanggilnya dengan sebutan yang sangat dibencinya itu. Padahal baru saja dia tertegun dengan senyum tulus musuh abadinya, namun dengan segera terpatahkan karena panggilan Reza. "AMPUUUNN.. DARA.. AARRGGHH!!" Bukannya melepaskan jambakannya, Sarah malah semakin menjambak sekuat tenaga karena Reza masih memanggilnya dengan sebutan itu dan tak mempedulikan tangannya yang kotor terkena air genangan yang ada di rambut Reza. ##### "Mampus deh! HP gw mana?? ketinggalan di loker kali ya? " Sarah berlari menyusuri koridor menuju ke arah loker di lantai dua dengan masih mencoba mencari ponselnya di dalam tas tanpa memperhatikan kearah depan. Dan ketika Sarah berbelok, tak dapat dihindari tabrakan terjadi dengan orang yang berjalan santai hendak berbelok juga namun dari arah yang berlawanan. Mereka bertabrakan sangat kencang sampai refleks orang yang ditabrak Sarah berpegangan pada pinggang ramping gadis itu dan tanpa sadar orang itu mendorong Sarah ke dinding koridor di samping mereka sehingga membuat tubuh depan mereka menempel sempurna. Sarah dan seseorang itu terdiam sesaat saling berpandangan dengan wajah yang sama-sama terkejut atas apa yang telah terjadi. Detik selanjutnya, Sarah mendorong kasar tubuh seseorang itu dengan wajah panik luar biasa. "BRENGSEKK!!!! AAAARRRGGHHH!!!! TUBUH GW UDAH GAK SUCI LAGI!!!! HIKS.. SIALAN LO BANGKE BUAYA!!! HIKS..BISA-BISANYA NGAMBIL PELUKAN PERTAMA GW!!! HIKS.. " Sarah memukul orang itu membabi buta, sementara orang yang dipukul Sarah langsung menangkap pergelangan tangan Sarah yang masih berusaha memukulinya. "Ssttt... DaRa!! Ngapain nangis sih lo? Itu juga pelukan pertama gw tau!" orang itu yang ternyata adalah Reza mencoba menenangkan Sarah. "Ngapain nangis??? Lo tu cowok!!! Gak mungkin mikirin pelukan pertama atau semacamnya.. Hiks.. Tapi kalo buat cewek itu berharga banget tau gak lo!!!!" teriak Sarah frustasi. "Ya elah, lo lebay banget sih. Lagian yang kayak tadi tuh bukan pelukan namanya. Anggep aja kecelakaan." Sarah terdiam dari tangisnya dan menatap Reza tajam. "Buat lo mungkin lebay. Tapi buat gw ini berharga banget! Badan lo tuh nempel banget sama badan gw udah kayak cicak nempel di dinding tau gak!!! " Sarah menghentak tangan Reza yang tadi mencekal pergelangan tangannya. Wajah Sarah terlihat dingin. "Ya kan bukan gw yang salah, lo yang nabrak gw. Lo kan yang lari-lari tadi di koridor? Lagian siapa juga yang mau pelukan sama DaRa kayak lo! Tadi emang berasa banget gw kayak nempel di dinding sangking ratanya!" Reza menangkup kedua dadanya sendiri yang tertutup seragam sekolah seolah-olah mengejek ukuran d**a Sarah. Wajah Sarah pias ketika Reza mengatakan hal menyakitkan itu. "Kenapa emang kalo gw DaRa???!!! Hah!!!! Emang iya bener salah gw karena lari-larian di koridor. Dan gw minta maaf karena lo harus pelukan sama si d**a RATA ini!!" ucap Sarah tajam dengan mengeluarkan air mata tanpa isakan. Setelahnya, Sarah pergi meninggalkan Reza yang terpaku dengan ucapan Sarah. Beberapa saat berlalu, Reza tersadar dari keterpakuannya dan langsung mengejar langkah Sarah. "Hey.. Sarah.. Sarah.. Please lo jangan marah.. Gw gak berma.. " "Jangan ikutin gw!" ucap Sarah dingin dengan masih melangkah menuju tangga lantai dua sementara Reza mengejar langkah lebar Sarah yang diliputi amarah. "Sarah, please..maksud gw bukan gitu. Sarah.. " Sarah masih tak menghiraukan panggilan Reza. Karena tidak didengarkan, Reza akhirnya mencegat langkah Sarah dan memojokkan Sarah di dinding terdekat. "Apa-apaan sih lo!!!" desis Sarah murka. "lo denger dulu penjelasan gw," ucap Reza tajam. "Gak perlu! Lepas!!! Gw muak liat muka lo!" Sarah mencoba memberontak dari kungkungan Reza. "Denger, Sarah.. I am sorry.. Gw gak bermaksud ngomong kayak gitu. Gw.. Gw cuma menutupi rasa seneng gw karena gw adalah cowok pertama yang bisa meluk lo kayak gitu, dan gw harap gw adalah cowok satu-satunya sampai kapanpun," bisik Reza lembut dengan tatapan lembut juga yang membuat Sarah ikut terhanyut. "A-a-ap-apa maksud lo!!!" tanya Sarah tergagap. "Gw cinta lo, Sarah.. Dari kelas satu SD. Dari sejak gw ganggu lo untuk pertama kalinya dengan narik-narik kepangan rambut lo waktu itu. Gw selalu ganggu lo, karena muka jutek lo keliatan manis di mata gw. Gw selalu cari masalah sama lo, seolah-olah itu cara gw buat bertahan hidup. Jadi, Sarah.. Gw minta maaf kalau tadi gw buat lo nangis. Jangan nangis, please.." Reza mengusap sisa air mata di pipi Sarah. Sementara Sarah hanya tergugu dengan pernyataan musuh abadinya itu. "Ka-kalau lo suka gw, kenapa Lo..lo malah selalu bikin gw marah dan bukannya narik perhatian gw dengan cara yang bener?"tanya Sarah setelah berhasil menemukan suaranya. "Gw gak mau kayak remaja-remaja lain yang jadian trus putus. Gw pengen ngungkapin rasa ini setelah gw mapan dan bisa minta lo secara baik-baik ke orang tua lo. Jadi gw gak mau kita melewati fase putus yang mana akan buat gw menderita karena gak bisa sama-sama lo lagi. Tapi dengan gw bertindak menyebalkan di depan lo, gw akan ada dan selalu ada di hati dan pikiran lo. Bukan begitu?" tanya Reza diakhir kalimat panjangnya dengan nada jahil yang sudah menjadi ciri khas pemuda itu. Sarah mendengus sebal dengan kepedean pemuda di depannya ini. "PD lo tingkat dewa!! Siapa bilang lo ada di hati gw??!! Lagian lo bilang mau ungkapin setelah mapan. Kenapa malah sekarang lo ungkapin perasaan lo? Memang lo udah mapan?? Hhmm??" tanya Sarah mengangkat dagunya menantang sambil bersedekap. "Lo gak tau apa yang gw rasain, Sarah! Gw.. Gw panik!! Karena tadi gw sempet nyakitin hati lo dengan bilang gak mau pelukan sama lo. Padahal, gw pingin banget nahan badan kita biar nempel teru.. Aduhh!!! Kok lo jitak gw??!!" Reza meringis mengusap dahinya yang dijitak Sarah lumayan kencang sebelum dia menyelesaikan ucapannya. "Mulut lo gak punya saringan, hah???" "Lah kan gw cuma jelasin." "Ga usah sedetail itu juga kali!!!" "Ya maaf.. Intinya gw panik dan gak pengen lo marah trus lo jauhin gw selamanya. Makanya gw mendingan ngaku sekarang aja daripada gw gak punya kesempatan sama sekali karena amarah lo. Jadi Sarah.. Lo..lo mau kan, jadi pacar gw sampai gw bisa minta lo ke orang tua lo secara resmi kalau gw udah mapan??" Sarah merona mendengar pertanyaan yang ditujukan Reza padanya. "Gw.. " "Lo mau kan kalau nanti kita jadian gak ada kata putus diantara kita?? " "Gw.." "Dan lo gak boleh nolak, Sarah. Karena kalo lo nolak, gw akan selalu menghantui hidup lo! Dan gw akan buat cowok-cowok yang deketin lo pada kabur dengan cara apapun! Sampai lo gak punya pilihan lain selain gw!" ucap Reza bersungguh-sungguh setelah beberapa kali memotong ucapan yang akan keluar dari bibir Sarah. Sarah yang hendak marah karena Reza selalu memotong ucapannya, kembali tertegun untuk kesekian kalinya karena paksaan Reza diakhir kalimat Pemuda itu. Hatinya pun tidak bisa berbohong kalau Reza memang selalu ada disana. Entah sejak kapan, jika tidak melihat Reza sehari saja, membuat Sarah kehilangan semangat. Cara pemuda itu untuk membuat Sarah selalu mengingatnya terbukti ampuh 100%, dan tidak ada salahnya untuk Sarah menerima pernyataan cinta seorang Reza Fabian-musuh abadi sekaligus orang yang ada di hatinya ini-. "Ish!!! YA UDAH IYA!!!!" teriak Sarah setelah berhasil menemukan kembali suaranya. Reza tertegun dengan jawaban Sarah, dan detik selanjutnya tersenyum senang lalu membawa Sarah ke dalam pelukannya. "Makasih ya DaRa.. Arrgghh!!! Iya.. Iya.. Maksud gw Sarah. Huft.. Gak usah jitak pala gw juga kali!" "Siapa suruh lo panggil gw kayak gitu lagi!" jawab Sarah di sela pelukannya dan Reza. "Maaf, Sayang.." bisik Reza yang mana membuat tubuh Sarah menegang dan jantungnya berdetak dengan kencang. "Hehehehe.. Gak usah tegang gitu dong, Pacarku," ucap Reza yang sudah kembali ke mode jahilnya. "Berisik!!" "Arghh!! Kok Lo jitak gw lagi?" Reza melonggarkan pelukannya dan menatap Sarah sebal. Sarah hanya menatap Reza datar. "Lepasin tangan lo.." "Eh.. Eh.. Iya gapapa deh lo mau jitak gw. Tapi jangan putusin gw, Sarah.. Baru juga jadian," panik Reza. "Pala lo kejedot tiang bendera ya?? Siapa yang minta putus? Lepasin tangan lo, gw mau ambil HP gw yang ketinggalan di loker." Reza langsung melepaskan kedua tangannya yang berada di lengan Sarah lalu mengusap tengkuknya salah tingkah. "Oh.. Hehhhe.. Sorry.. Abis aku kan takut kehilanganmu.." "Hoek... Jijik lo!!" Sarah meninggalkan Reza yang malah tersenyum geli melihat wajah Sarah yang seperti ingin muntah. "Woy, pacar!! Jangan tinggalkan Kakanda.." Reza menyusul langkah Sarah sambil tertawa senang. "Jijik!!!! Yuuuckk.." Sarah menutup telinganya dengan kedua tangan yang semakin membuat Reza tertawa dan setelah berhasil menyusul Sarah, Reza merangkul bahu Sarah dan mengacak - acak rambut kekasihnya itu gemas. *** THE END
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD