RDBG 34. Keturunan Bangsawan

1572 Words
RDBG 34. KETURUNAN BANGSAWAN (◍•ᴗ•◍)❤ Jika kalian bingung gimana barang giok telur dan cincin yang dimaksud, googling aja telur giok atau cincin giok keperkasaan. Banyak dijual di toko online. Hehehhe *** Permainan ranjang kali itu tidak sampai berjam-jam. Hari masih siang, Esteva baru pulih, dan mereka ingin makan siang bersama. Cukup sampai Esteva keluar beberapa kali dan Grisham melepas cincinnya lalu menembakkan muatannya dalam rahim gadis itu. Dibanding sewaktu Esteva cedera dan dalam pengobatan, melihatnya bersemu o*****e adalah pemandangan terbaik setelah malam p*********n itu. Grisham membisiki gadisnya. "Aku sayang kamu, manisku. Sekarang memiliki surat nikah itu, aku tidak waswas lagi kau hamil anakku." "Eh, iya, Tuan." Esteva menyahut lemah diombang-ambing gelora nafsunya. Setelah persetubuhan itu, mereka mandi bersama. Grisham membantu Esteva membersihkan rambutnya karena ada perban kecil penutup luka. Selesai basah- basahan, tubuh dikeringkan dengan handuk, lalu keduanya ingin b***l saja dalam kamar. Kulit antar kulit melekat tidak ingin terpisahkan. Grisham minta obat-obatan Esteva, makanan, dan minuman diantar ke kamarnya saja. Grisham tidak ingin Esteva harus berhadapan dengan Britanny jika keluar kamar. Grisham berdiri dengan kejantanannya lunglai tenang, sedang membuka perban luka Esteva yang duduk di tepi ranjang mendekapnya erat. Gadis itu mengecupi otot da.da dan perutnya. Pengalaman Grisham di militer mampu merawat luka Esteva dengan baik. "Hemm, kau ini tidak bisa diam, ya, gadis nakal," kekeh Grisham di saat ia berusaha konsentrasi melepas perban, Esteva mulai menggerayangi batang lemasnya. Gadis itu tertawa kecil saja, lalu tidak melanjutkan. Ia kembali mendekap pinggang Grisham. Perban akhirnya disingkirkan. "Bekas jahitannya tertutup rapat dan mengering dengan baik, sayang. Setelah ini tidak perlu diperban lagi," kata Grisham seraya menyibak rambut panjang Esteva, sehingga bagian pitaknya terbuka. Esteva membuka dekapannya. Ia menuju cermin dan membungkuk sedikit memeriksa sendiri lukanya melalui pantulan diri. "Yah, sepertinya belas luka ini tidak akan ditumbuhi rambut lagi. Saya pitak selamanya," keluhnya. Grisham terkekeh. Ia memeluk Esteva dari belakang dan mengecupi punggungnya yang terdapat beberapa memar bekas terempas dalam kereta. "Tidak akan jadi masalah, sayang. Itu akan tertutup rambutmu. Aku akan mempekerjakan penata rambut khusus agar bekas luka itu tertutup dan kau punya tatanan rambut yang modis." Esteva menegapkan badan, berbalik langsung ke dekapan Grisham. "Entah apa saya akan suka tatanan rambut. Seringnya rambut saya dibiarkan tergerai saja." Grisham mengacak rambut gadis itu. "Ya, seperti tingkahmu, rambutmu pun sulit diatur. Oh, ya jepit rambutmu. Mungkin ditaruh Alfred di kamarmu. Aku akan menyuruhnya mengambil benda itu." Grisham tidak ada niat melepaskan Esteva. Ia memeluk seraya menghidu lekukan leher gadis itu. Tangannya membelai sepanjang lekukan tubuh Esteva. Kejadian malam itu membuat Grisham sangat takut gadisnya kenapa- kenapa. Ia jadi semakin sayang pada Esteva. "Sayang, setelah makan kita main lagi ya?" bisiknya. Kening Esteva mengernyit. Grisham jadi lebih percaya diri karena ada cincin giok itu. "Hmm, katanya saya harus sembuh dulu. Kenapa sekarang Tuan yang minta?" goda Esteva. Grisham melepaskan dekapannya tiba-tiba dan melangkah mundur. "Ah iya, kau benar," katanya. Lagi-lagi ia melanggar batasan yang dibuatnya sendiri. "Sebaiknya aku berpakaian." Grisham ke lemari mengambil baju lalu mengenakannya. Tertinggal Esteva yang b***l sendiri. Grisham menyerahkan selembar kemejanya pada gadis itu. "Kau juga. Kenakanlah ini untuk sementara." Esteva tidak ada masalah mengenakan apa pun suruhan Grisham. Bahkan jika Grisham menyuruh ke kamar sendiri mengambil bajunya, ia akan melakukannya. Namun, pria itu malah mengurungnya di kamar. Grisham mungkin mencemaskan sesuatu. "Bagaimana dengan para penyerang itu, Tuan? Siapa yang mengirim mereka?" tanyanya sambil memasang kemeja. Grisham menarik napas dalam. Ia menoleh ke arah lain agar Esteva tidak melihat wajah risaunya. "Masih diselidiki, sayang. Mereka semua mati, jadi tidak ada yang bisa dimintai keterangan." "Apa mungkin karena Tuan berencana melaporkan suap itu?" Punggung Grisham menegang lalu berusaha santai dengan lanjut merapikan kemejanya. "Besar kemungkinan ya," sahutnya. Kemudian ia memutar tubuh dan memantapkan diri menatap lekat Esteva. "Berada di dekatku menjadikanmu sebagai target mereka juga, Eva. Selama dalangnya belum tertangkap, kau akan selalu dalam bahaya." Esteva mencemberutkan bibirnya. "Saat saya bersama Andreas juga begitu. Karena itu ia membekali saya dengan kemampuan menembak dan menggunakan belati." Terkadang ia berpikir Esteva gadis manja yang haus kasih sayang semata, menawarkan keperawanan demi kenyamanan hidup. Gadis semuda dia seharusnya begitu. Tidak menyangka gadis itu nekat sekaligus pemberani. Penggila ketegangan dan seks bebas. Gadis yang ditempa kehidupan keras sejak dini. Grisham takjub Esteva menembak penyerangnya tanpa gentar sedikit pun. Grisham mangut-mangut. "Kalau begitu kekhawatiranku berlebihan." Grisham kembali memunggungi Esteva. Ia mencari-cari jas yang cocok dengan kemejanya. Esteva perlahan mendekati Grisham dan memeluknya dari belakang, menyandarkan kepalanya ke punggung kokoh pria itu. "Terima kasih telah mengkhawatirkan saya. Tuan sangat baik," katanya sekaligus menghibur hati bahwa tidak ada yang spesial di antara mereka. Ia sama saja seperti Tuan Jonathan dan Tuan Bruce. Kru kepercayaan Grisham. Grisham menangkup lembut tangan Esteva yang melingkari pinggangnya. Ia menarik napas lega, terasa hangat dalam dadanya. Ia tidak tahu bermula dari mana, rasa nyaman yang berangsur-angsur membesar hingga ia merasa takut kehilangan. Jika saja Esteva putri bangsawan atau hartawan atau utusan diplomasi kerajaan Spanyol, keturunan orang terpandang, ia bisa meresmikan hubungannya dengan Esteva. Namun, apalah hal tidak demikian adanya. Gadis ini selamanya akan jadi istri simpanannya. "Aku akan mengabari Andreas soal keadaanmu," ujarnya sambil membuka dekapan Esteva. Gadis itu protes. "Tuan mengabari dia soal saya? Buat apa? Saya sudah meninggalkannya. Andreas tidak ada hubungan apa pun lagi dengan hidup saya." Grisham mengabaikannya, berjalan ke arah pintu. "Dia harus tahu, sayang. Aku tidak mau dia mengira kau ditelantarkan, apalagi setelah p*********n itu. Beritanya sudah menyebar ke mana-mana. Aku hanya akan menulis surat padanya." Grisham membuka pintu dan berteriak memanggil Alfred. "Alfred, cepat kemari!" "Saya datang, Tuan!" sahut Alfred diiringi beberapa pelayan membawakan makanan dan obat-obatan Esteva. Barang bawaan itu ditaruh di dalam kamar. "Ambilkan jepit rambut Esteva juga siapkan kertas dan tinta untukku. Aku mau menulis surat untuk Viscount Bournemouth," lanjut Grisham. "Baik, Tuan." Alfred dan pelayan lainnya keluar dari kamar tuan mereka. Esteva merajuk dengan memunggungi Grisham sementara pria itu duduk bersiap makan. "Sayang Eva, ayolah. Jangan marah soal Andreas. Ini menyangkut keselamatanmu juga. Siapa tahu Andreas bisa membantu menyelidiki siapa dalang p*********n itu. Meskipun aku punya tersangka kuat, bisa jadi ada pihak lain yang ingin melenyapkanku dengan memanfaatkan kondisi parlemen." Esteva tidak menyahut. Ia menarik napas dalam-dalam untuk meredam amarahnya. Bagaimanapun ucapan Tuan Grisham ada benarnya. Hanya saja ia tidak mau bertemu Andreas lagi. Tidak dalam keadaan bermasalah seperti ini. Ia tertunduk dalam dan memutar tubuh, melangkah menuju Grisham. Pria itu mengubitnya agar duduk bersisian. "Kita makan dulu, sayang. Setelahnya, kau bisa minum obat supaya semakin cepat sembuh," nasihat Grisham. Esteva menggerutu. "Kenapa Tuan bisa bersikap damai pada Andreas padahal kalian adalah saingan?" "Antara aku dan Andreas adalah persaingan seperti anak lelaki di sekolah. Siapa yang mendapat nilai lebih baik, siapa yang paling disayangi guru dan jadi favorit teman-teman, siapa yang paling dikagumi gadis- gadis. Jenis persaingan seperti itu, dan tentunya kami tidak akan saling bunuh, Eva." "Hmmh, persaingan yang sangat sehat," sindir Esteva. Grisham tertawa dan mengacak rambutnya. Esteva meringis, "Awh, kepala saya masih sakit, Tuan!" "Eh, aku kira kau senang rasa sakit," kekeh Grisham. "Ya, tapi tidak di kepala seperti ini." "Hmm," sungut Grisham ke pipi Esteva lalu mengecup kilat. "Cepatlah makan, sayang." Esteva menyantap hidangan bersama Grisham. Setelah perut terisi, ia minum obat yang sangat pahit dan menjadi mengantuk. Grisham menidurkannya lagi di ranjangnya. Esteva terlelap, barulah ia meninggalkan gadis itu ke ruang kerjanya untuk menulis surat. Bukan hanya kepada Andreas, tetapi juga kolega lainnya di pemerintahan. Britanny datang ke ruang kerjanya. Ia sudah menahan kesal semenjak Grisham kembali ke rumah setelah p*********n itu. Sekarang Esteva sudah membaik dan Grisham tampaknya bisa melepaskan diri dari gadis itu. "Lihat 'kan apa yang terjadi setelah gadis itu masuk dalam kehidupanmu? Masalah besar datang padamu, Grisham. Bagaimana kau akan mengatasinya? Masih untung kau selamat dan tidak cedera apa pun." Grisham berhenti menulis dan mengangkat dagunya memicing Britanny. "Apa kau pernah berpikir jika Esteva tidak ada, aku yang akan kena tembak atau bahkan mati di tempat? Gadis itu menyelamatkanku dan ia membuka mataku betapa busuknya orang-orang di sekitarku." "Dia bukan orang di kelas kita, tentu saja banyak orang tidak akan menerimanya. Bahkan aku sendiri yang mengagungkan wanita menganggap dia adalah perempuan terburuk. Dia menjatuhkan harga diri perempuan. Ia tidak punya harga diri sama sekali." "Dia baik dan menyenangkan," tukas Grisham. "Bagimu. Dan bagi semua pria yang pernah mencoba tubuhnya." "Dia gadis yang bergai.rah, wajar saja pria menginginkannya." "Dia penggoda, Grisham. Isshh, kenapa kau bisa begitu buta membelanya." Grisham menggeleng tidak habis pikir. "Terserah apa anggapanmu. Aku bahagia bersama Eva-ku dan hanya itu yang penting bagiku. Sekarang pergi dari sini jika hanya itu yang ingin kau sampaikan. Aku tidak mau bicara lagi denganmu dan kau jangan coba-coba mengganggu Eva atau aku akan benar-benar marah." Britanny diam sebentar dan menarik napas gemetaran karena berusaha meredam kesalnya. "Aku punya informasi untukmu. Kata ayahku jika kau ingin dukungan oposisi di parlemen, maka kau bisa berkoalisi dengan Duke Westhampton. Sang Duke tidak punya anak laki-laki dan ia butuh pewaris. Duke Westhampton bicara pada ayahku bahwa ia ingin menikahkan putri sulungnya denganmu. Ini peluang emas bagimu, Grisham. Dengan menyabet gelar Duke, kau berada di barisan terdepan calon raja Inggris." Rahang Grisham mengeras dan ia tidak punya komentar apa pun untuk diutarakan. Tampaknya Grisham syok Duke Westhampton menaksirnya sebagai menantu. Britanny tersenyum penuh arti. "Pada akhirnya kau akan kembali berada di jalur yang benar, Grisham. Takdirmu adalah menjadi orang besar dan berpengaruh di Inggris. Sudah saatnya kau menikah dan memiliki pasangan hidup yang sepantasnya dan kali ini membawamu menuju takhta kerajaan." *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD