Bab 4 "Nyaman"

1889 Words
Degub jantung Riri masih belum stabil, dia berusaha terlihat seperti biasanya di depan rekan kerjanya terutama di depan Pak Heru.   Hari ini memang agak ramai pengunjung untuk perawatan sepeda motor. Riri sibuk melayani konsumen yang membeli spare part motor, lagi-lagi harus bertemu sosok Toto yang berada di gudang Sparepart. Riri dan Toto memang yang selalu di andalkan Pak Heru untuk mengatur sparepart, dari mengecek stok dan penataan sparepart di showcase atau di gudang.   Di gudang part mereka bertemu kembali. Riri sedang menata part dan mencatat stok part yang tersisa tiba tiba toto datang meminta part karena ada konsumen yang mau ganti sparepart.   "Riri aku butuh Accu sama Rantai satu set dengan gearnya untuk sepeda motor XXX," pinta Toto.   Riri segera mengambilkan apa yang Toto minta, tanpa melihat Toto, dia masih risih dengan perbuatan Toto tadi pagi, begitu juga Toto, dia hanya meminta part yang di butuhkan saja dan langsung keluar dari gudang.   "Kenapa melihat Toto jantungku semakin berirama keras? Apa aku..., ah...tidak..tidak...! Menghayal saja kamu Ri, jangan sampai kamu jatuh cinta pada pria beristri, kamu harus fokus dengan Alex," Riri merutuki dirinya sendiri.   Walaupun belum pernah bertemu Alex tapi Riri merasa nyaman saat Alex menanyakan kabar dengan chat,telepon atau Video Call.   Ponsel Riri bergetar di saku seragamnya, dia langsung membuka ponselnya. Ada chat di w******p dari Alex. Dia segera membuka chat dari pria yang jauh di sana, dan hanya sebatas angan dan bayangan semu.   "Baru di omongin dalam hati, sudah nongol saja nih orang."gumam Riri dalam hati. Riri membaca chat dari Alex.   Riri menaruh lagi ponselnya ke saku seragamnya setelah membalas chat dari Alex. Dia kembali bekerja lagi, mencatat semua stok barang dan mengentry barang yang datang. Kegundahan Riri akhirnya musnah, seusai menerima kabar dari Alex sang Kekasih Bayangan Riri yang jauh di sana.   Jam istirahat pun tiba, Riri menyudahi pekerjaannya. Dia keluar dari gudang Sparepart dan mematikan komputernya karena mau di tinggal makan siang, dia keluar dari gudang Sparepart dan menuju ke meja kerjanya.   "Betah banget Ri di gudang!" seru Vina dengan menata file hari ini.   "Ayo Ri, beli nasi padang,"ajak Vina   "Ayo, aku lapar sekali nih!"seru Riri.   "Huh...banyak barang yang tidak sesuai stoknya di komputer, nanti tolong cek lagi ya, Vin. Saat mengeluarkan barang ke konsumen," keluh Riri.   "Iya, nanti aku cek lagi deh,"ucap Vina.   Riri berlalu mengambil motor di parkiran, karena lumayan jauh warung nasi padangnya, jadi harus pakai sepeda motor. Saat Riri mengambil sepeda motor Vina di gerumuti om-om jahiliyah yang mau nitip nasi.   "Vin, mau beli makan ya! Nitip dong mau beli makan apa males keluar panas!" seru Toto memanggil Vina untuk menitip makan siang.   "Aku juga Vin, sekalian,"tambah Si Wawan.   "Hey...Hellow...semua! Mau pada nitip Vina beli makan tidak!"seru Wawan sambil melambai sedikit.   "Aku juga nitip Vin!" seru si Ali Topan anak jalanan.   "Aku juga, Vin!" seru Om Adi dan Om Tyo yang mau menitip juga.   "Ih...apaan nih, nitip semua, Jastip ah Jastip!" seru Vina.   "Apa itu Jastip, Vin?"tanya Wawan.   "Jasa Titip dong! pokoknya aku gratis!"tukas Vina.   "Iya, iya, ya sudah sana berangkat! nanti aku ganti ongkos Jastipnya!" titah Wawan.   "Oke, boskuh!"seru Vina.   Selesai membeli nasi padang Vina sibuk membagikan titipan nasinya om-m jahiliyah. Riri sudah memposisikan diri di pojok tempat kerjanya untuk makan.   Ponsel Riri bergetas di saku seragamnya, dia segera mengambil ponselnya dan membuka pesan w******p dari Alex, dai menayakan Riri sudah makan atau belum dan memberitahukan Riri bahwa nanti akan ada rapat.   "Sudah makan,sayang?" ~ Alex   "Sudah, ini sedang makan, kamu sudah makan juga? Katanya mau rapat?" ~ Riri   "Nanti jam 1 rapatnya. Aku Video Call kamu, ya?" ~ Alex.   "Iya, silakan," ~Riri.   Alex dan Riri melakukan Video Call, Alex terlihat duduk di tempat kerjanya, dia masih berada di ruang guru.   "Riri, aku mencintaimu, aku sayang kamu, Ri." Alex tiba-tiba bilang seperti itu. Riri tersenyum malu dan merona pipinya, walaupun hanya lewat Video Call.   "Jangan gombal di siang bolong, Lex," jawab Riri.   "Ih...merah wajahnya, di gombalin seorang Alex saja sampai merah seperti itu pipinya, Emmuuaahh aku cium biar tambah merah, heheheh," ledek Alex.   "Alex, sudah ah, aku sudah selesai makan, aku mau sholat dulu ya? Bye, sayang...muuuaachhh..." balas Riri   "Bye,selamat beraktivitas kembali, sayang. Love You, muuaacchh," ucap Alex.   "Love You too," balas Riri. Riri mematikan ponselnya, keringat dingin keluar dan degub jantungnya menjadi tak beraturan.   "Alex, kenapa rasanya seperti ini, walau hanya lewat udara, dan mungkin itu semua omong kosong mu saja."gumam Riri dalam hati.   Riri ke belakang, dia ke toilet untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu, lalu menuju ke tempat sholat yang ada di depan gudang sparepart.   “Ri...” panggil Toto.   “Iya, Ada apa, Mas? Eh... om,” ucap Riri yang agak gugup.   “Panggil senyamanmu saja, Ri. Oh, iya, maafkan aku ya, Ri, untuk kejadian tadi,” ucap Toto.   “Lupakan itu, Mas,” jawab Riri.   “Tapi aku sungguh mencintaimu, Riri,” ungkap Toto.   “Aku tidak tau, mas. Jangan menambah masalahku,” ucap Riri.   “Oh, iya. Kata Topan kamu mau bercerai?” tanya Toto.   “ Ya, seperti itu, mas. Untuk apa aku pertahankan, dia minta cerai, tapi tidak mau mengurusi, jadi aku semua yang mengurusi. Oh, ya, istrimu bagaimana?’ Tanya Riri untuk menetralkan suasana yang dirinya juga semakin canggung pada Toto.   Padah sudah hampir 3 tahun Riri mengenal Toto dan akrab layaknya teman kantor biasa. Namun, kali ini rasanya sungguh berbeda, Riri merasakan ada getaran di hatinya.   “Rasa apa ini? Selama tiga tahun bersama Toto aku merasakan biasa-biasa saja, walaupun dia sering menggodaku, tapi ini benar-benar berbeda rasanya, entahlah,” gumam Riri.   “Ya sudah, kamu yang sabar, ya istriku biasa, masih sering chat dengan laki-laki itu dan, masih sering bertemu,” ucap Toto.   “Tegasin dong, Mas, kamu kan laki-laki,” ucap Riri.   “ Aku sudah menegaskan pada dia, tapi orang tua Sinta yang selalu membelanya, aku pusing Ri,” jawab Toto.   “Ya, sudah kamu yang sabar, intinya kita sama-sama sabar, sama pasangan kita, Om.” Riri melempoarkan senyum masin pada Toto.   “Apalagi kalau kita sama-sama saling membuka hati, Ri,” ucap Toto.   “Maksudnya? Sudah, sana! Aku mau cuci muka, mau sholat juga,”   “Ri, kamu gak sadar tadi pagi kita baru melakukan apa? Mandi dulu kalau mau sholat,” ucap Toto.   “Ah.....sudah sana pergi,” titah Riri.   Riri berpikir dan mencerna kata-kata Toto tadi. Iya, memang tadi Riri sempat mengeluarkan hasratnya yang terpendam, apalagi tangan Toto sudah masuk kedalam menyentuh dan mengoyak k*********a.   “Ah.....ingat lagi kan, kejadian tadi! Sialan Toto!” umpat Riri dalam hati.   Sore hari, saat Riri akan pulang kerja, dia mendapatkan telepon dari pengacara yang mengurus cerai Riri dan Agung.   Pak Anton pengacrara Riri memberitahukan bahwa surat gugatan Riri sudah di terima oleh Agung dan sudah ditandatangani. Tapi, Agung tidak mau hadir ke sidang perceraiannya.   "Lalu, apa proses ya akan lama, pak?" tanya Riri pada pengacaranya.   "Tidak masalah ibu, karena Bu Riri punya bukti yang kuat, jadi bisa cepat menyelesaikan nya. Semoga cuma satu kali saja bu sidangnya nanti, untuk jadwal sidang 2 minggu lagi," jawab Pak Anton.   "Syukur Alhamdulillah pak kalau tidak masalah, semoga cepat clear semuanya pak, terima kasih atas bantuan nya." Riri bahagia sambil menutup telpon nya.   "Alhamdulillah, masalah demi masalah akan cepat selesai satu per satu,"lirih Riri.   Hati Riri sangat lega sekali,dia sibuk membenahi pekerjaan nya dan siap siap pulang.   "huh, capek banget Ri," ucap Vina.   "Aku juga capek Vin, apalagi tadi konsumen benar-benar banyak, ribet-ribet lagi orangnya. Tapi aku bahagia, aku seneng banget Vin," ucap Riri.   "Seneng kenapa, hayo? mau di ajak jalan jalan sama Mr.Toto, kah?" ledek Vina.   "Enak aja, kenapa Toto? Aku seneng akhirnya masalah dengan Agung akan clear dalam bulan ini," ucap Riri dengan senyum sumringah.   "Alhamdulillah, mau nyandang sratus baru, nih. Makan-makan dong! Mr.Toto pasti bahagia nih, dengar kamu mau jadi janda."canda Vina dengan tertawa yang membuat Riri mengerucutkan bibir manisnya.   "Apa hubungannya dengan Toto? Dia laki-laki beristri, say, tidak mungkin dong saya mau sama dia, meskipun sebenarnya....." mulut Riri berhenti seketika karena dia sadar mau keceplosan bicara, Riri sebenarnya juga sudah ada rasa sama Toto.   "Sebenarnyaa apaa Riri? Apa kamu sudah jatuh hati dengan Toto? Jujur sayang, tidak apa-apa, aku dari dulu merhatiin kalian berdua saling curi pandang. Iya kan, kamu suka sama Mr.Toto yang hidungnya aduhai, samapai aku aja pengen gigit tuh hidung mancungnya." Vina berkata sambil membayangkan Mr.Toto.   Vina memang selalu memanggil Mr.Toro. Karena Toto berpawakan tinggi, putih, hidung mancung mata nya seperti elang, kata Vina perfect banget.   "Ngayal kamu Vin, dia sudah beristri dan beranak dua," tukas Riri.   "Dih, bodo amat, aku aja mau kalau jadi simpanannya, atau hanya kekasih bayangannya," ucap Vina yang semakin ngawur.   "Dih, kamu mau? Ngayal kamu, coba saja Mr.Toto mu mau apa tidak? Sepertinya dia tidak mau, kan maunya sama Riri Ajeng Pramesti," ledek Riri.   "Huluh... Ya sudah aku mau pulang dulu ya Ri, ada janji sama temen-temen SMP ku dulu." Vina berpamitan sambil melambaikan tangan pada Riri.   "okey baby,"jawab Riri.   ^^^^   Saat Vina berlalu pulang, Riri juga sudah selesai membereskan pekerjaannya. Dia memakai jaket kulitnya lalu menuju ke parkiran motor.   Di parkiran motor sudah terlihat sepi, tinggal Mas Wawan dan Toto yang sedang siap-siap pulang.   "Ayo Ri, duluan ya?" pamit Mas Wawan.   "Iya mas, hati-hati," jawab Riri.   Tinggalah Riri berdua dengan Toto. Ini kesempatan Toto untuk menggoda Riri karena saat itu hanya berdua. Toto selalu pulang belakangan karena dia di percaya membawa kunci kantor selama Pak Heru dan keluarga berlibur di Lombok. Jadi dia harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang pun paling akhir.   Riri berjalan ke arah sepeda Motor Riri tiba-tiba, tangan Toto menarik Riri.   "Sampai kapan Ri kamu seperti itu, aku sungguh mencintai kamu, Ri. Aku tidak bisa membantah hati ini, semakin ingin melupakanmu, malah sakit yang aku dapatkan. Aku sadar, aku sudah beristri, sakit sekali Ri, hati ini, saat aku harus melupakan kamu," jelas Toto.   Tanpa sadar Riri meneteskan air mata nya.   "Toto, sudah berkali kali aku bilang jangan seperti ini,sebenarnya....." ucapan Riri terhenti saat mau berbicara, air mata Rir semakin deras mengalir di pipinya.   "Kenapa kamu menangis? Maaf, kalau aku terlalu memaksamu, ini semua memang isi hatiku, Ri. Aku tidak bohong." Toto kembali menjelaskan.   Riri tak bergeming, dia lari dan langsung mengambil sepeda motornya lalu pergi meninggalkan Toto. Namun, tangan Toto menarik tangan Riri hingga Riri jatuh kepelukan Toto. Dia mengusap lembut kepala Riri dan menghujani wajh Riri dengan ciuman lembutnya. Toto menyeka air mata Riri dan kembali mencium kening Riri dengan sayang.   “Maafkan sikapku yang selelu memaksamu, Ri. Aku tidak akan memaksamu lagi, aku sadar, aku memiliki istri dan anak. Namun, hati ini tidak bisa memungkiri, aku benar-benar jatuh cinta pada kamu, sejak pertam aku melihatmu, Ri.” Toto mrngungkapkan semua isi hatinya dengan memluk Riri.   Riri mengeratkan pelukannya pada Toto, entah kenapa dia begitu nyaman di peluk oleh Toto. Riri semakin menangis di pelukan Toto. Dia bimbang dengan  rasa di hatinya. Dia masih memiliki status sebagi istri Agung, dan masih sangat mencintai Agung. Di satu sisi, ada Alex yang membuatnya melayang dengan chat dan kata-kata lewat dunia maya. Dan di sisi lain, Toto, laki-laki beristri yang tak gentar mengejar cintanya, dan laki-laki itu sekarang sedang dipeluknya erat.   “Mas, maafkan aku, aku nyaman dengan  semua ini, aku nyaman jika curhat dan mengobrol dengan  kamu, aku nyaman, dan sudah lama aku merasakan kenyamanan itu. Namun, aku sadar, mas, kamu milik wanita lain, aku milik laki-laki lain,” ucap Riri sambuil terisak memeluk Toto “Sudah jangan banyak bicara, jangan menangis lagi, maafkan aku, kita pulang.” Toto melepas pelukan Riri, dia menghapus air mata Riri dan mencium kening Riri.   “Sudah, jangan menangis, tersenyumlah untukku.” Toto menarik pipi Riri agar menampakkan senyum di wajah Riri.   “Mas Toto... jangan seperti itu, sakit,” ucap Riri manja.   “Makanya jangan nangi, ayo pulang,” ajak Toto.   Riri menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Toto, dia mengambil sepeda motor kesayangannya itu dan memakai helmnya, lalu menyetarter sepeda motornya dan melajukannya untuk pulang. Namun, saat Riri akan melajukan sepeda motornya, Toto memangil Riri dan seketika Riri menghentikan niatnya dan mematikan kembali sepeda  motornya.   “Ada apa, mas?” tanya Riri.   “Turunlah sebentar,” titah Toto,   Riri turun dari sepeda motornya dan mendekati Toto kembali.   “Kamu tidak bawa jaket?” tanya Toto.   “Tidak,” jawabnya.   “Pakai ini, mau hujan, udara sudah dingin.” Toto melepas jaketnya dan memakaikannya pada Riri.   “Terima kasih, aku pulang, Mas,” pamit Riri.   “Iya, hati-hati,” ucap Toto.   Riri kembali menghidupkan sepeda motronya dan melajukannya untuk pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD