Sabtu sore Shankara memiliki janji untuk bertemu dengan Sarah di sebuah kafe yang tak begitu jauh dari tempat Sarah tinggal. Sejak pertengkaran mereka dua hari yang lalu, ini kali pertama mereka kembali bertemu dan mengobrol. Shankara merasa memang sebaiknya mereka segera meluruskan masalah mereka agar tidak berlarut-larut. “Lavanya nggak kamu ajak?” tanya Sarah kepada Shankara. “Dia lagi main ke rumah temannya,” jawab Shankara. “Gitu, ya,” balas Sarah mengangguk mengerti. Ada jeda sesaat sebelum Sarah kembali bersuara. “Shan,” ucap Sarah dengan lembut dan tenang. Namun, sorot matanya menampakkan sebuah kekhawatiran. “Soal malam waktu itu, aku minta maaf. Nggak seharusnya aku datang tiba-tiba ke rumah kamu tanpa ngasih kabar. Apa Lavanya waktu itu marah gara-gara aku ke rumah?” S

