"Menikah? Sama elo?" Bian melotot tak suka.
"Elo kira gue sudi nikah sama loe, kalo bukan terpaksa gue juga ogah." Piere berseru sengit.
"Kalian tinggal pilih jadi gelandangan atau menikah dengan harta melimpah." Paman Gery menyeringai memperhatikan perubahan wajah keduanya.
*Akhirnya berlangsung juga pernikahan itu.
Satu-satunya sahabat Bian yang hadir hanya Lela. Dan seperti semua tamu lainnya, Lela pun pulang meninggalkan Bian dengan enggan.
"Loe boleh tidur dimanapun selain ranjang gue." Piere melempar bantal kemuka Bian saat para pengantar pengantin sudah pergi meninggalkan rumah mereka.
Bian keluar kamar, menuju ruang tengah alias ruang tv. Apartemen Piere lumayan besar, dan Bian memilih tidur di karpet depan tv ketimbang sekamar dengan Piere sipecundang tu.
Perasaan baru sebentar Bian memejamkan mata, gedoran dipintu mengagetkannya. Bian terduduk dengan wajah lesu dan rambut acak-acakkan. Suara gedoran terdengar makin kencang diiringi teriakan memanggil Piere. Tak mau tau masalah Piere, Bian berjalan menuju kamar tamu, yah lumayan lah meski sedikit berdebu tapi lebih nyaman, begitu Bian menutup pintu kamar kesunyian menyergap membuatnya mulai terbuai mimpi.
**
Tidur Bian sangat nyenyak setelah acara pernikahan yang melelahkan, matahari sudah bersinar terik. Dan sedapnya aroma masakan menggugah selera memaksa Bian membuka mata. Terdengar denting sendok dan pisau, samar-samar suara gesekan wajan dan sepatula. Bian segera bangkit keluar dari kamarnya, dan mendapati tante Wina alias mama mertua sedang memasak didapur dihadapannya Piere nangkring sambil menghirup kopinya.
"Selamat pagi menantu mama yang cantik." Mamanya Piere.
"Pa-pagi tante..."
"Ma ma, panggil mama." Mama mertua tersenyum kearah Bian yang masih setengah sadar.
"I-iya Mmaah." Jawabnya nervous.
"Gimana nyenyak tidurnya? Tadi kata suami kamu, kamu masih meringkung disampingnya pas dia bangun. Capek banget ya?"
Bian melirik Piere, Piere hanya balas menatapnya.
"Oh ah iya mah, lumayan capek jadinyenyak tidurnya."
"Ya bagus iti, cepat sini duduk sarapan. Sebentar lagi pak Bani jemput kalian."
"Jemput? Emang kita mau kemana mah?" Tanya Piere.
"Bukan kita, tapi kalian berdua. Kan kalian mau honeymoon ke Bali."
Bian yang baru akan meletakkan pantatnya dikursi, seketika urung.
"Ap apa? Bali? Ogah ah, Piere mau masuk kerja. Ya kan Bi?"
"Ah iya Tan, eh Mah kami mau buru-buru belajar.manajemen." Bian mendukung penolakan Piere, ogah banget liburan bareng si Piere.
"Oowh tidak bisa, Paman Gery sudah memberi kalian cuti 2 minggu, dan jangan khawatirkan kantor. Buruan makan lalu siapkan barang bawaan kalian ya, harus. Mama pengen nimang cuxu secepatnya."
Whaaat cucu? Oooh tidaaaaaaak
Tbc