Prolog

682 Words
"Aku mohon, tiduri aku." "Hah? Apa kau sudah gila?" Perkataan wanita muda bernama Tania Edelwis di tengah lorong klub yang malam itu begitu ramai, jelas membuat pria dewasa bernama Justin Austen yang baru saja menghajar seorang pria demi menyelamatkan gadis itu, menggelegar seolah petir yang menyambar di tengah-tengah langit malam yang dipenuhi gemerlap bintang. "Aku baru saja menyelamatkanmu dari seorang pria berengsek yang ingin melakukan hal tidak senonoh padamu. Dan sekarang, kau justru memintaku untuk menggantikan posisi pria itu?" berang pria yang akrab dipanggil Justin itu. Usianya yang tak lagi muda, melainkan sangat matang untuk berumah tangga, jelas membuatnya terlihat seperti sugar Daddy yang sedang bersanding dengan seorang wanita yang akan menjadi sugar Baby nya. Ya, walaupun untuk ukuran wajah, dia terbilang masih pantas untuk bersanding dengan wanita muda. Setidaknya kisaran 30 tahun banding 20 tahun, dan terlihat masih cocok. Justin menyentak tangannya yang berada dalam rengkuhan tangan hangat gadis itu. "Kalau begitu, kau kembali saja padanya. Sekarang, aku menyesal sudah menyelamatkan gadis penipu sepertimu." lanjutnya. Justin sigap mengambil langkah seribu untuk pergi dari sana. Namun, langkahnya lagi-lagi tertahan begitu wanita muda itu memegang tangannya dan bersamaan dengan itu, muncul beberapa pria yang membuat wanita itu menariknya dengan cepat tetapi, dia tahan sehingga ada raut tak biasa begitu dia melihat reaksi pria-pria itu dengan wanita muda yang sedang memegangnya. "Aku mohon, Tuan. Lepaskan aku." Alis Justin menukik. Dia mendadak bingung. Tadi, wanita itu memohon untuk dia tiduri, dan sekarang wanita itu bersikap seolah dirinya adalah penjahat tadi. Lantas, sebenarnya apa yang terjadi di sini? "Kenapa Tania bisa bersama dengan Anda?" Pertanyaan pria itu, membuat Justin mengetahui sesuatu. Rupanya, wanita muda itu bernama Tania. "Pria tadi tidak melepaskanku. Dia justru memberikanku pada pria ini. Aku mohon. Aku tidak mau. Aku ingin pulang." Isakan wanita itu, membuat Justin menyadari sesuatu. Wanita itu memang membutuhkan pertolongan darinya. Pria itu tertawa kemudian berkata, "Kau bisa pulang dan hidup wanita itu selamat, jika kau menjadi gadis penurut. Jika tidak? Jangan salahkan kami, jika kau akan benar-benar menjadi wanita malam di sini!" Tania dan Justin saling berpandangan. Sekarang, dia menyadari jika Tania bukanlah penipu melainkan seorang wanita yang tertekan dan tidak memiliki pilihan. Akhirnya, dia pun mengangguk kecil dan membawa Tania ke sebuah kamar tanpa berbicara apapun lagi. *** Beberapa minggu berlalu Tania Edelwis dan Justin Austen tidak pernah lagi bertemu kecuali saat terakhir di mana mereka terpaksa melakukan hubungan One Night stand untuk menolong Tania dari masalah pelik yang membuat wanita itu tertekan. Tak berselang lama, Justin tertarik untuk memulai hubungan dengan seorang wanita bernama Sandra. Dia pun sepakat untuk memulai hubungan serius mengingat usianya tak lagi muda. Dan saat ini, tiba saatnya untuk mengunjungi rumah Sandra dan bertemu dengan satu-satunya keluarga yang Sandra punya untuk mengakrabkan diri sebelum benar-benar menjadi seorang suami. Sandra. Wanita berumur 27 tahun itu masih terbilang muda untuk menjadi seorang janda. Sandra wanita yang baik dan pekerja keras. Oleh karena itulah Justin tidak ragu lati untuk menikahi Sandra yang memang menyukainya. "Justin, tunggulah sebentar. Aku akan memanggil putriku," ucap Sandra begitu Justin sudah duduk di ruang tamu rumahnya yang besar. Justin hanya mengangguk. Dia menatapi sekitar ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya setelah menjadi suami Sandra. Meninggalkan California dan memulai hidup barunya di Australia. Entah bagaimana jadinya nanti, mengingat dia masih sering terbayang-bayang akan wanita muda bernama Tania yang pernah dia temui di kota ini beberapa minggu yang lalu. Dia pun tak mengerti kenapa Tania seolah magnet yang membuatnya seperti bocah labil. Namun, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh, membuatnya sadar diri untuk tak mengejar gadis manis itu lagi. Biarlah kenangannya bersama Tania, menjadi kenangan yang baginya seolah mimpi. Namun, dunia Justin seolah dijungkir balikkan dalam sekejap begitu, "Justin, perkenalkan. Dia Tania Edelwis. Putriku yang akan menjadi putrimu juga." Whatt the -- Tatapan Justin dan Tania yang seketika bertemu, membuat keduanya mematung. Bagaimana bisa, semuanya bisa serba kebetulan seperti ini? Justin meradang. Apakah dalam kisah ini, dia harus menganggap wanita yang pernah menciptakan sebuah kenangan indah bersamanya, menjadi putrinya? Begitu pun dengan Tania. Haruskah pria yang sudah mengukir rasa di hatinya, menjadi ayahnya sekarang? Batinnya tak percaya karena semua ini benar-benar gila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD