6

1173 Words
Pria berotot kuat itu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, menghitung rangkaian kayu yang disusun sedemikian apik menjadi plafon unik. Dia ingin menjadi manusia pada umumnya, menikah dan memiliki anak. Usianya sudah hampir mencapai 37 tahun. Tapi hambatan pertama yang harus di selesaikan terlebih dahulu adalah Grace. "Oh My God, apa pemanas ruangannya mati?" Tiba-tiba saja Grace bangun dengan gerutuannya. Rudolf tak menjawab, dia hanya mengamati gerak-gerik wanita itu. Grace akhirnya menyadari Rudolf belum tidur. "Hey, sajak kapan kau bangun?" "Saya belum tidur dari tadi, Nona." "Apa benda itu rusak?" Grace menunjuk benda persegi panjang yang terletak di pojok kamar. Mata Rudolf mengikuti, memang udara malam ini sangat dingin, tapi rasanya alat itu bekerja cukup baik. "Mungkin Anda hanya perlu melapisi baju kaos anda dengan baju hangat." Rudolf memberi saran. "Aku tak membawanya. Kau pikir aku mempersiapkan hari ini? Mimpi." Rudolf hanya mengangkat bahunya samar. "Ayo kita bertukar tempat!" "Maksud Anda?" "Aku tidur di lantai, kau tidur di kasur, mungkin pemanas itu tak mencapai sampai ranjangku." "Maksud Anda, saya pindah ke tempat yang lebih dingin?" "Tentu saja, kau ke sini juga digaji." "Tapi, tadi Anda yang menyuruh saya tidur di lantai." "Sekarang perintah sudah berubah." Grace menyeret selimutnya. "Minggir!" "Maaf, Nona. Tempat saya sudah cukup hangat, saya tak mau pindah." "Kau?" Grace membulatkan matanya. "Kita bisa berbagi lantai, bukankah itu adil?" Grace hanya mengatupkan giginya kesal. ***** Grace membalik badannya dengan gelisah, dia mengakui, lantai ini lebih hangat dari pada ranjang yang letaknya cukup jauh dari pemanas ruangan. Namun, buruknya lantai ini terasa keras seakan beradu dengan tulang-tulangnya. Atau barangkali Rudolf benar, dia terlalu kurus sehingga tak ada daging sebagai pembatas antara tulangnya dengan lantai. Memikirkan itu Grace sebal sendiri. "Jika anda bergerak terus, anda akan menganggu saya, Nona." Suara Rudolf berat, sedangkan Grace mendesis jengkel. "Lantai ini sangat keras." "Kalau begitu dengan senang hati saya izinkan nona kembali tidur di ranjang yang empuk." Grace menyipit tak percaya, semakin hari Rudolf semakin berubah menyebalkan. Pantas saja dia menjadi perjaka tua. Tak ada menariknya sama sekali. "Siapa kau? Kau sudah berani melawan majikanmu sendiri? Aku bisa saja memotong gajimu," balas Grace. "Kalau begitu saya takkan memberikan benih saya kepada nona, jadi nona takkan pernah hamil." Grace membuka mulut tak percaya, salah satu kebodohannya adalah dengan mengajak laki-laki tua itu menikah. Bahkan dia tak berfikir untuk melakukan itu, dengan Rudolf? Ah! Yang benar saja. "Kau berani mengancam, ya?" Rudolf akhirnya menghela nafas panjang, kemudian membalikkan posisi tubuhnya sehingga berhadapan langsung dengan Grace. Wajahnya terlihat mengantuk. Tentu saja, beberapa jam lagi fajar akan menyingsing. "Besok saja bertengkarnya, Nona. Izinkan saya tidur." Grace diam saja, nafas hangat itu sempat menyapa pipinya kembali, posisi yang sangat dekat dengan Rudolf, sampai-sampai dia bisa merasakan betapa hangatnya otot yang dilapisi oleh sweater itu. Dia bahkan bisa melihat bola mata Rudolf , selama ini dia berfikir warnanya biru, tapi sepertinya tidak, mungkin abu-abu, atau percampuran biru dan abu-abu. "Nona?" Grace mengerjap dan sadar dari lamunannya. "Apa yang anda pikirkan?" Terdengar nada geli dari suara Rudolf. Grace langsung berubah masam. "Jangan merasa tersanjung, aku hanya berfikir, laki-laki seperti apa dirimu. Bahkan aku meragukan kau ini adalah laki-laki yang normal." Kembali, tuduhan yang sama. Bukannya marah, Rudolf malah mengerutkan keningnya, kemudian tertawa kecil. "Kenapa anda berfikir seperti itu?" "Aku tak pernah melihat kau tertarik pada wanita manapun. Zaman sekarang, penyuka sesama jenis bertebaran di muka bumi." "Kalau begitu ... Kenapa nona tak buktikan saja?" "Ha?" Mulut Grace terbuka. Dia berfikir ide itu adalah ide yang paling gila. "Kau gila," sambung Grace. "Saya sudah lelah menjelaskan secara lisan. Mungkin secara perbuatan akan membuat anda percaya." "Aku tetap yakin kau punya kelainan." Rudolf diam, meneliti wajah sinis yang berada beberapa senti dari wajahnya. Cantik, seluruh dunia mengakuinya, tapi dia merasa biasa. "Mungkin karena anda kurang menarik bagi saya." "Kau baru saja menghinaku." Grace marah dan wajahnya berubah tegang. "Sudah aku katakan aku tak sekurus itu." "Saya tidak percaya." Grace semakin marah diremehkan oleh laki-laki yang tak ada apa-apanya itu. Tanpa berfikir panjang, dia menarik kaosnya dan melempar ke sembarang arah. Rudolf memandang datar, tak ada kilat apa pun. Tapi kemudian tangan kekarnya menarik jemari Grace dan meletakan ke suatu tempat. "Apa sekarang nona percaya?" Grace terpekik, buru-buru menarik tangannya. Meraih kaosnya kembali. "Dasar, laki-laki mesum." Kemudian dia berlari menuju ranjangnya sambil mengumpat kasar. **** Mereka bangun agak terlambat dan mendapati sarapan sudah tertata di meja makan, beberapa gelas s**u dan roti tawar tertata rapi di meja makan itu. Grace bangun lebih dulu. Setelah menyelesaikan ritual di kamar mandi, dia langsung mendekati Tante Betty yang menyambut kedatangannya dengan senyum sumringah. "Tante sengaja tak membangunkan kalian, Tante yakin kalian sangat lelah." Tante Betty mendekatkan segelas s**u ke hadapan Grace dan dibalas wanita itu dengan ucapan terimakasih. "Bagaimana tidurmu? Semalam udara sangat dingin. Tante berharap kau cukup nyenyak. Grace meminum seperempat gelas susunya. Dia hanya tidur satu jam, sisanya menyumpahi dirinya yang berbuat bodoh menantang Rudolf. Kenapa dia menjadi bodoh seperti itu? "Iya, Tante. Sangat dingin, kami baru tidur dini hari." Tante Betty menepuk keningnya. "Ya ampun, Tante lupa mengatakan pada kalian, pemanas di kamar itu sedikit rusak, jadi tak bekerja maksimal. Maafkan Tante, Ya!" Tante Betty menggenggam tangan Grace penuh penyesalan. Grace baru saja jangan menjawab, ketika Rudolf muncul menarik kursi di sampingnya. Tante Betty memberikan gelas yang berisi s**u segar itu pada Rudolf dengan senyum ramah. Rudolf sempat melempar pandangan pada Grace yang dibalas wanita itu dengan membuang muka. Dia masih tak terima perlakuan Rudolf semalam, benar-benar gila, apa yang membuat laki-laki itu memiliki ide demikian. Bahkan Grace menggosok tangannya sampai lecet karena merasa geli dan jijik. Oh tuhan! Laki-laki itu memang tak punya malu. Tante Betty sibuk kembali di dapur memasak untuk makan siang. Hal itu membuat suasana menjadi kaku, Rudolf berdehem sedikit. "Anda marah pada saya, Nona?" Rudolf bertanya tentang sambil menyesap s**u yang ada di gelasnya. Grace menatap sekilas sebelum membuang muka kembali. "Kau bisa dikenakan pidana pelecehan seksual. Aku baru tau kau tak punya malu." "Malu?" Rudolf pura-pura berfikir." Lalu siapa yang membuang bajunya terlebih dahulu, saya masih lumayan tidak menampakkan secara terang- terangan." Grace tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah, benar benar tindakan yang bodoh. "Aku hanya membuktikan kepadamu bahwa aku tidak sekurus itu." Grace mendesis, menahan suaranya agar tak terdengar oleh tante Betty. "Saya juga memberikan bukti dan membela diri, saya tak terima dikatakan tidak normal." "Aku ingin membunuhmu." Grace semakin meradang merapatkan giginya. Rudolf tak peduli, dia kemudian membuka koran yang sudah terletak manis di meja makan tanpa mempedulikan amarah Grace. "Tante berharap, kau bisa tinggal lebih lama di sini, Grace." Tante Betty muncul dengan se toples cemilan. "Maaf tante, pekerjaan menunggu kami." "Iya, Tante paham bagaimana sibuknya menjadi seorang model profesional sepertimu. Oh ya, bagaimana bulan madu kalian?" Tante Betty menatap ke dua pasangan penganten baru itu dengan mata berbinar. "Kami belum sempat bepergian kemana-mana, tujuan pertama adalah ke sini, dan ... Ya begitulah!" Grace kehilangan bahasa untuk berbohong. "Tante yakin Rudolf adalah laki-laki yang manis yang bisa membuatmu meleleh," goda Tante Betty. Grace memaksakan senyum sambil melirik Rudolf, manis apanya, laki- laki itu membuatnya serasa mau bunuh diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD