“Ya udah … aku tinggal ya … besok aku jemput pakai motor.” “Memangnya mau ke mana? Besok aku ada perform.” “Iya … aku anterin ke Istana Negara.” “Enggak usah Bang, aku dijemput sama panitia acara dari kampus … aku harus kuliah dulu satu mata kuliah.” Ghazanvar memberengutkan wajahnya. “Ya udah … tapi peluk!” Ghazanvar merentangkan kedua tangan namun Naraya mendorong tangan Ghazanvar ke samping sampai pria itu membalikan badan. “Hati-hati ya Bang.” Naraya mendorong punggung Ghazanvar melewati pintu. Ghazanvar terkekeh karena merasa lucu, di saat banyak perempuan berebut ingin menghangatkan ranjangnya—sekarang dia harus mengemis untuk sebuah pelukan kepada gadis yang berstatus kekasihnya. Ghazanvar melanjutkan langkah tidak lupa mengangkat tangan, pamitan sekali lagi kepada Naraya

