Chapter 9 : Latihan Sesungguhnya

1026 Words
Sejenak Karel menarik napas panjang, kemudian kembali melirik ke arah air terjun. Jika dipikirkan lagi, sudah dapat ditebak bahwa memang air terjun itu yang akan menjadi pusat latihannya, bisa saja menahan derasnya air terjun atau semacamnya. Hanya Vilas yang tahu jawabannya. “Kapan kita akan memulai latihannya, Vilas?” tanya Karel, sudah terlalu bosan menunggu. “Sekarang, jika kau benar-benar sudah siap melakukannya.” “Tentu aku siap!” Karel mengepalkan tangan kanannya, semangatnya pun bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. “Tapi, bersiaplah suatu hari aku akan membuat wajahmu berubah warna. Hihihi.” Raut wajah Karel berubah menjadi aneh. Sepertinya Vilas seketika merinding kala mendengarnya. “Kau membuatku takut ...,” ucap Vilas. “Sudahlah, jangan bercanda lagi, ayo kita lakukan!” Dalam sekejap, Karel berubah menjadi serius kali ini. “Kalau begitu, latihan spesial pertamamu adalah, memanjat tebing dengan diguyur air terjun!” Vilas begitu tenang saat mengucapkan latihan itu. “Hah?” Karel lantas terperanjat. “Aku yakin kau pasti bercanda! Kekuatan air terjun bisa saja membelah tubuh seorang pria dewasa, tanpa perlu dipertanyakan lagi aku pasti akan mati beberapa saat setelahnya. Itu kalau memaksa naik ke atas.” “Jangan melebihkan sesuatu. Kau tidak akan mati dengan mudah. Terlebih, rintangan seperti ini hanyalah sebuah rintangan kecil bagi seorang pendekar,” Vilas menerangkan, “Satu-satunya yang harus kau takuti adalah sambaran petir percobaan untuk naik tingkat.” “Bagitukah?” Karel pun menjadi lengah, tetapi kemudian tersadar kembali. “Tunggu dulu! Aku bahkan belum bisa melindungi diriku dengan energi spiritual.” “Apakah aku pernah menyuruhmu menggunakan energi spiritual? Tidak, kan? Tubuh seorang pendekar ditempa sehingga menjadi lebih kuat, bukan dilindungi. Mengerti?” “Baiklah, aku akan mencobanya.” Akhirnya Karel hanya bisa pasrah, menerima perintah Vilas tanpa mau protes lagi. Karel berdiri di depan air terjun, suara gemeresak air pun memenuhi indra pendengarannya. Menghirup napas panjang, ia pun menutup mata, mengosongkan pikiran untuk fokus menghadapi latihan khusus ini. Beberapa saat kemudian, pikirannya tenang, dan langsung fokus pada apa yang hendak dihadapinya. “Ini hanya rintangan kecil. Suatu hari aku pasti dapat membelahnya menjadi empat bagian usai menjalani latihan lainnya.” Perlahan, Karel melangkahkan kakinya mendekat. *** Sementara itu, di tempat lain, Vilas sedikit tersenyum melihat Karel yang begitu tenang. Ia tidak pernah menyangka kalau ternyata anak itu sudah seperti memiliki pemikiran orang dewasa. Walaupun sebenarnya ia juga tidak terlalu memedulikannya. Sejenak Vilas mengembuskan napas panjang, kemudian melirik ke sekitar. Sepertinya Selly sudah pergi entah kenapa, mungkin sedang berlatih. Vilas sungguh tak mengerti mengapa gadis tersebut menjadi seorang maniak latihan beberapa tahun terakhir. Apakah itu berkaitan dengan dirinya yang hampir mati karena diserang makhluk gaib? Vilas menggelengkan kepala, kembali fokus memerhatikan Karel yang tengah bersiap menjalani latihan. “Sebenarnya, latihanmu bukanlah memanjat air terjun, tetapi mengalahkan dirimu sendiri, kelemahanmu. Aku tahu ada sesuatu yang terselubung jauh di dalam hatimu, dan kau harus mengalahkannya agar dapat berkembang.” Sekali lagi Vilas tersenyum tipis, sembari membayangkan betapa susahnya ia dulu menghadapi apa yang akan dihadapi oleh Karel ini. *** Karel melangkahkan kaki dengan mata tertutup, suara berisik dari air terjun kini mulai tidak terdengar lagi. Ini karena ia begitu fokus pada sesuatu, sehingga sekitar secara alami terabaikan begitu saja. Saat membuka mata, betapa terkejutnya Karel melihat kejutan di depannya saat ini. Tubuhnya mematung kaku, matanya terbelalak lebar, dan tangannya tanpa sadar megusap mata, mencoba menyakinkan diri bahwa itu hanya imajinasi. Namun, bukan, ini asli. Sekarang Karel sedang dalam kondisi sadar, bukan berhalusinasi atau apa pun. “Siapa, kau ...?” Mulut Karel bergerak perlahan mengatakan pertanyaan itu. Orang di hadapannya, yang tidak lain adalah dirinya sendiri, tetapi dengan mata tertutup nyala api, hanya tersenyum sesaat. Keheningan pun berlansung beberapa saat, tidak ada yang berbicara atau bergerak walau hanya satu langkah. Keduanya bagai dua buah patung. “Sekali lagi aku akan bertanya,” Karel pun kembali membuka mulut. “Kau siapa?” Sosok tersebut tertawa pelan, lalu menjawab, “Aku adalah dirimu yang lain, yang sangat disayang oleh kekuatan kita sebenarnya. Panggil saja Karel Gelap.” Dia lantas merentangkan kedua tangan. “Kekuatan kita?” “Ha? Kau bahkan tidak tahu tentang kekuatan kita? Sungguh, seberapa bodoh kau ini?” Karel Gelap pun mengusap kening, memijatnya karena tak tahan pada dirinya yang lain. “Kalau begitu, kita buat lebih mudah saja, bagaimana?” “Aku tidak percaya padamu!” Dengan ini, Karel kian meningkatkan kewaspadaannya. “Walaupun harus mati, aku takkan pernah mau dikendalikan oleh orang lain.” “Orang lain? Ayolah! Aku adalah dirimu!” Langsung saja Karel Gelap melompat ke depan, menerjang Karel sekuat tenaga. Karel mengelak, lalu berlari ke arah lain. Akan tetapi, Karel Gelap terus mendekat, menyerang dengan pukulan yang tak kunjung menyentuh tubuh Karel sedikit pun. Ledakan terjadi, air tersembur ke atas kala Karel Gelap menerjang Karel sekuat tenaga. Beruntung, Karel dapat menghindar tepat waktu sehingga dapat selamat. Keadaan ini terus membuat Karel terdesak, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Karel Gelap terus saja melancarkan serangan, sampai akhirnya berhenti. Karel dan Karel Gelap saling berhadapan, mereka sama-sama terengah, sebab pada dasarnya kekuatan fisik mereka sama. “Ternyata kau tidak buruk juga,” kata Karel Gelap sembari mengatur tarikan napas. “Sudah kuduga, diriku yang lain sama baiknya denganku.” Dengan santai Karel membalas. “Sebaik dirimu?” Kini Karel Gelap mengembuskan napas panjang, kemudian berdiri dengan tegak sambil menatap tajam ke depan. “Aku jauh lebih baik darimu, Palsu ....” Mendadak, sekujur tubuhnya dilingkupi oleh aura api yang membara. “Cih! Bagaimana bisa kau menggunakan energi spiritual?” Tentu saja Karel kesal karena ini. Sangat jelas ia akan kalah jika bertarung melawan dirinya yang lain. “Aku sudah mengatakannya padamu, kekuatan kita lebih memilihku daripada kau!” Tiba-tiba suhu udara meningkat, api di sekujur tubuh Karel Gelap kian membara bagai api unggun. “Tampaknya itu benar, tapi aku memiliki sebuah kelebihan pasti dibandingkan dirimu!” Kini Karel sudah dapat berdiri normal lagi. Sorot matanya jauh lebih tenang dibanding sebelumnya. “Apimu akan padam dengan sendirinya, karena kau tahu tempat seperti apa ini, kan?” “Memang benar kakiku yang tergenang tidak dapat diselimuti api, tetapi kedua tanganku sudah cukup untuk menghabisimu.” “Benarkah?” Perlahan Karel bergerak ke samping, sembari terus melontarkan kata-kata untuk mengecoh Karel Gelap. Dan, benar saja, ia dapat menipu dirinya yang lain itu dengan sangat mudah. Sekarang, setelah berhasil mengecoh Karel Gelap, Karel sudah berada tepat di bawah air terjun. Hanya perlu mundur satu langkah, maka ia akan dihujani oleh air terjun itu. “Hei, Karel Palsu ....” Karel menatap lurus ke depan, tepat di mata Karel Gelap yang menjadi kesal. “Otakku lebih baik daripada dirimu. Sekarang, mendekatlah, serang aku!” “Siapa takut?” Karel Gelap seketika terpancing emosi, lalu merentangkan tangan kanan ke samping sembari membuat bola api besar. “Akan kutunjukkan sesuatu yang akan membuatmu menyesal telah menjebakku!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD