5. NERZHA

1237 Words
Kenapa aku harus bertemu bosku itu sih? Untung saja aku bisa lepas darinya, aku harus segera pulang atau Kak Dios akan memaksaku kembali tinggal bersamanya. Dan itu akan jadi pilihan terakhirku. Lebih baik aku jadi gelandangan daripada harus tinggal bersamanya. Niatku ke sini kan ingin bertemu dengan temanku bukan kak Dios. Lagian Carol kenapa memilih klub malam milik kak Dios sih, ini sama saja masuk kandang singa suka rela. "Hai, apa ada yang mengganggumu?" "Astaga," pekikku kaget di saat aku sedang melarikan diri dari kak Dios dan Eldio aku malah bertemu orang asing lagi. Kurasakan pria itu memegang kedua lenganku kuat, insting waspadaku meningkat. Kalau begini lebih baik aku pulang dengan Eldio daripada bertemu pria m***m. Dia emang tampan, tapi bukan berarti orang tampan itu nggak jahat. "Are you oke?" Pegangan dilenganku benar-benar kuat aku yakin nggak mampu melarikan diri darinya. Bagaimana ini? "Tenanglah, aku bukan mau macam-macam. Aku hanya mau membantumu, apa ada yang mengikutimu?" tanyanya lalu melihat arah belakangku. Aku memang sesekali melihat ke belakang, berharap Eldio mengejarku jadi pria ini tak akan macam-macam. Sungguh, aku mengharapkan bos kejamku itu saat ini. Bahkan aku lupa tadi sempat menangis karena ketakutan dengan pria berkemeja biru langit di hadapanku. Pegangannya terlalu kuat untuk orang yang mau membantuku. "Tenanglah," ucapnya seraya mengusap lengan kiriku. "Kamu mau pulang atau--" "Aku mau pulang," cicitku. "Mau aku antar atau kupanggilkan taksi?" "Taksi, yah taksi." Dia menelpon yang kuyakini menelpon jasa taksi tapi tangan kanannya masih memegang lenganku kuat seolah dia tahu aku akan lari sekencang mungkin saat dia lengah. "Tunggulah, sebentar lagi taksinya datang." Aku hanya mengangguk kaku. Haruskah aku percaya padanya? Atau aku harus tetap waspada? Aku bahkan nggak ingin menangis lagi yang ada aku takut. Area ini juga terasa sangat sepi, sebenarnya aku lari ke arah mana tadi. Kebodohan tingkat langit ke tujuh aku ini sampai nggak tahu ke mana aku melarikan diri tadi. "Taksinya datang, silahkan masuk. Kalau kamu merasa takut aku akan mengikutimu dari belalang dengan mobilku." "Nggak perlu, aku berani. Aku sudah dewasa, maksudku aku sudah besar. Maksudku aku akan baik-baik saja," ucapku nggak teratur dan dia malah terkekeh. Tampan! "Aku tetap akan mengikutimu, ini sudah jam dua, kamu perempuan." Benarkah dia tulus sebaik ini? Mana ada pria baik di area klub malam, pertanyaan bodoh yang kujawab sendiri dengan lebih bodoh. Kalau aku mau bertemu pria baik harusnya aku ke masjid. "Terima kasih." Dia hanya membalas dengan senyumnya, senyum yang sangat manis. Dia membukakan pintu dan mengatakan pada supir untuk mengantarku dengan baik dan selamat sampai rumah. Gentle sekali dia. Astaga Nerzha, bisa-bisanya kamu terpesona di kala bahaya seperti ini? Mungkin aku mulai tak waras. Bisa jadi pria itu hanya manis di bibir kan karena ada yang dia inginkan, mungkin karena aku manis dan menggoda. Kupandangi pakaianku sekilas, dengan dres tertutup begini apanya yang menggoda? "Neng, mau ke mana?" Suara supir taksi mengaggetkanku. "Daerah Yos sudarso, Pak." "Saya rasa pacar neng ngikutin kita, kenapa neng nggak pulang sama pacarnya aja. Atau lagi marahan ya neng? Biasa kalau berselisih saat punya hubungan neng. Yang penting mesti sabar, itu kuncinya." Aku pun menoleh dan nggak mendengarkan lagi ceramah supir taksi dini hari. Ternyata benar ada mobil yang mengikuti taksi yang kutumpangi. Apa maunya dia ya? Kalau dia macam-macam bagaimana? Mau hati menelpon Eldio meminta tolong tapi Eldio bisa marah kalau aku menghubunginya. Dia kan nggak suka sama aku bahkan antipati. Telpon asistennya saja, ah itu nggak mungkin aku kan belum kenal. Apa iya aku harus menelpon kak Dios satu-satunya pilihan terakhir? Masa bodoh Eldio mau memarahiku atau memecatku, aku benar-benar takut dan membutuhkannya. Kudial nomornya dan langsung diangkat. Suaranya langsung menyerbuku menanyakan aku di mana. Aku pun menjawab kalau sedang di dalam taksi dan diikuti mobil. Dia langsung menyuruhku putar balik ke klub milik kak Dios dan dia akan mengantarku pulang. Ada kelegaan menyusup hatiku perlahan. "Pak, tolong putar balik ya. Ada yang ketinggalan," ucapku beralasan pada si supir taksi yang suka ceramah. Aku melihat Eldio di depan mobil hammernya. Aku pun langsung turun dan memeluknya, entahlah aku ingin memeluknya erat. Dialah super heroku malam ini. Penolongku untuk yang kedua kali setelah insiden terkunci di rumahnya. Aku benar-benar terharu. Saat aku menoleh ke belakang aku sudah nggak lagi menemukan mobil ataupun orang yang membuntutiku. "Makasih," ucapku tulus memeluk Eldio lagi dan air mataku kembali menetes. Kali ini air mata kelegaan. Aku nggak sanggup bila harus berurusan dengan pria b******k yang suka keluar masuk klub malam. "Eh, maaf," ucapku yang tersadar aku sudah membangunkan singa tidur. Aku pasti akan diomeli habis-habisan karena berani memeluknya seenak jidat. "Ayo pulang," ucapnya seraya membimbingku masuk moil. Nggak ada omelan bahkan Eldio hanya diam sampai di apartemenku. Ya, dia mengantarku sampai ke depan pintu apartemenku. Aku malah jadi takut kalau begini. Takut dia sebenarnya sedang marah besar. "Pak, makasih ya," ucapku lirih. "Hmmm.... Masuklah." "Marah ya Pak?" "Kenapa tadi kamu pergi, hah? Apa harus dibuntuti orang dulu baru kamu menelponku?" "Kamu sadar nggak kamu perempuan, jangan suka serampangan di klub malam. Kalau ada orang jahat padamu bagaimana? Bisanya menyusahkan saja kelakuanmu." Mendengar Eldio yang marah-marah malah membuat hatiku lega dan bisa tersenyum lagi. Bosku sudah kembali. "Kenapa malah tersenyum? Kamu pikir ini lucu?" "Saya seneng bos saya sudah kembali, sekali lagi makasih ya Pak. Akan saya traktir Pak El makan siang deh besok," ucapku masih dengan senyum lebarku. "Kembali bicara formal padaku, huh?" Eldio berdecak kesal sekaligus heran, terlihat dari kerutan di dahinya. Tapi aku menyukainya, menyukai saat bosku kesal dan marah-marah walau kata-katanya sering menyakiti hatiku. Tapi malam ini dialah penolongku. "Aku pulang, cepat masuk, kunci pintunya!" “Siap, Bos!” *** Kantorku sekarang seolah pindah. Aku nggak lagi ngator di gedung mewah tapi pindah ke rumah mewah. Sedikit takut sih waktu mau masuk, sedikit trauma bakal kekunci lagi. Kan nggak lucu, yang ada aku dipecat karena berulah lagi. Waktu aku memasukkan kunci ternyata pintunya nggak terkunci bahkan masih ada kunci yang tertancap di pintu bagian dalam saat aku mencoba membukanya. Sepertinya Eldio di dalam atau mungkin orang lain. Aku jadi parno kalau begini. Sepi nggak ada suara apapun, lalu siapa yang membuka kuncinya? "Selamat pagi." Sukses aku terjerembab di atas sofa karena kaget mendapati penguntit semalam ada di rumah Eldio. Apa dia menguntitku sampai sini? Siapa sebenernya dia? Dengan tangan gemetar aku mencari ponselku di dalam tas, tapi sial tasku berisi banyak barang dan ponselku entah di mana rimbanya. "Hei, kenapa pasang muka ketakutan begitu. Kenalkan aku Jan,Januari asisten Pak Eldio," katanya seraya membantuku bangun dari posisi terjungkalku di sofa. "Jadi kamu Jan?" tanyaku terbata. "Yup, kamu desainer interior itu kan?" Aku pun mengangguk mengiyakan. "Semalam--" Kata-kataku menggantung dan Jan seolah tahu memberikan senyumannya. Lagi-lagi senyumannya membuatku sedikit mabuk. "Aku hanya ingin membantumu tapi sepertinya kamu nggak percaya padaku semalam, aku melihatmu pulang dengan Pak Eldio jadi aku lega." "Maaf," ucapku menunduk. Semalam aku memang benar-benar ketakutan, bahkan melihatnya barusan aku masih takut dan sekarang aku jadi ingin pipis rasanya. "Nggak masalah, perempuan memang harus waspada. Apa kita bisa memulai pekerjaan sekarang? Atau mau minum kopi dulu?" "Nggak usah, aku sudah ngeteh pagi ini. Kita mulai saja. Aku sudah menggambar sketsanya untuk kamar Pak Eldio, lihatlah." Dia mendekat dan aroma cytrus menyeruak. Astaga, jarang sekali aku menemukan pria dengan parfum beraroma cytrus, seperti perempuan saja. Tapi aku menyukai aroma ini, segar. "Ada apa?" tanyanya menatapku dengan jarak begitu dekat. "Ah, nggak ada." Aku pun mundur dan menyerahkan sketsa itu padanya daripada harus berbagi gambar untuk dilihat. Bisa-bisa aku lupa caranya bernafas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD