Prolog

992 Words
Drttt! Wanita yang sedang tidur nyenyak itu, harus terganggu oleh getaran ponselnya yang berada dekat dengan wajahnya. Gerutuan kecilnya terdengar. Siapa juga, yang menghubunginya di jam istirahat begini? Wanita itu menggeser layar ponselnya, dan sebuah pesan di sana sontak membuatnya bangkit dan duduk bersila di ranjangnya yang lusuh. Temui aku di klub. Aku butuh bantuanmu. Wanita itu membaca pesan itu dengan alis mengerut. Pesan dari Lily yang merupakan seniornya di kompetisi model, tentu saja membuatnya terkejut. Ada gerangan apa, Lily datang ke klub dan meminta bantuan darinya? Malam-malam pula. Jika kau ingin tau siapa wanita itu, maka perkenalkan. Dia Queen. Queen Alexander Michael. Putri The King Of Perancis dan saudara perempuan dari Peter, The King Of The world. Saat ini, Queen sedang menjelajahi Washington DC dengan memakai identitas baru. Dia berpura-pura menjadi gadis miskin untuk memulai semuanya dari awal. Mimpinya di sini, adalah demi mengikuti ajang model kelas dunia yang kompetisinya akan diadakan sebentar lagi. Bisa saja, semua itu dia dapatkan dengan mudah atas dasar pengaruh kekuasaan Peter yang mendunia. Tapi, dia ingin semuanya murni atas hasil kerja kerasnya sendiri. Tanpa ada sangkut paut kekuasaan saudaranya. Queen yang penasaran, akhirnya memilih untuk menelepon nomor Lily. Tapi, sayang. Nomor Lily sama sekali tidak bisa dihubungi. Pikiran negatif berlomba memenuhi otaknya. Jangan sampai terjadi sesuatu pada Lily mengingat, klub adalah tempat yang cukup ekstrem dan berbahaya. Jangan remehkan pengalamannya soal dunia hitam itu. Ayahnya pemilik klub, dan dulu, dirinya adalah wanita urakan yang ditakuti sebelum rahasia keluarganya terbongkar. Queen turun dari tempat tidur. Tiba-tiba dia merasa cemas. Sepertinya, Lily memang butuh pertolongannya. Dengan cepat, Queen memasuki kamar mandi dan melakukan ritual di kamar mandi seperti biasa. Kemudian, dia segera bersiap dengan celana jeans dan kemeja andalannya. Di sini, statusnya miskin dan tentu saja, penampilannya juga harus ala kadarnya. Semua baju-bajunya, dia tinggalkan di Perancis. Dan baju yang dia kenakan kini, sudah dia pelajari dari cara berpakaian Jasmine, saudara iparnya yang kini tengah mengandung benih ke 2 sang penguasa. Queen menggulung rambutnya dengan asal. Sebelum itu, dia mengambil ponsel dan tas selempangnya. Mengecek sebentar, alat-alat yang dia persiapkan untuk jaga diri. Ada bubuk merica, bubuk cabai dan obat bius. Kata Peter, dunia ini licik. Siapa pun bisa menjadi musuh, dan dirinya harus pintar menjaga diri karena lolos dari pengawasan saudaranya yang cerdik. Peter pernah memaksanya untuk kembali ke Perancis. Tapi, tekadnya sudah bulat. Dia harus berhasil menjadi model terkenal karena usahanya sendiri dan tak ada seorang pun yang boleh mengetahui identitasnya. “Mau ke mana Queen?” Suara wanita paruh baya, yang tempat tinggalnya bersebelahan dengan rumah kecil Queen, menyapa Queen seperti biasa. Dia nenek Ans. Wanita paruh baya, yang menjadi tetangga sekaligus teman Queen di sana. “Kenapa buru-buru sekali? Ini hampir malam.” Kata nenek Ans lagi. Queen menghampiri nenek Ans, dan mengecup pipinya kilas. Meski usianya sudah renta, Queen salut karena nenek Ana, masih terlihat sangat segar bugar. “Mau bertemu dengan temanku, Nek,” jawab Queen. “Nenek kenapa masih di luar? Sudah malam. Angin malam tidak baik untuk kesehatan, Nenek.” lanjutnya. Nenek Ans, tersenyum manis. Wajahnya yang keriput, mungkin memudarkan pesona kecantikannya. Tapi, siapa pun akan tau jika wanita itu cantik di usia mudanya. “Aku baru saja akan masuk ke dalam, Queen. Jangan khawatir.” “Baiklah. Jaga diri. Aku hanya pergi sebentar,” ucap Queen .”Oiya, apa Nenek ingin sesuatu?” tanyanya. Nenek Ans menggeleng pelan. Tangannya menyentuh tangan Queen dan menyapanya pelan. “Tidak ada. Cukup, kembalilah dengan selamat sebelum tengah malam. Bagaimana?” Queen tertawa sambil mengangkat tangannya seperti posisi memberi hormat. “Baik, kapten. Perintah Anda saya laksanakan,” ucapnya. “baik, Nek. Aku pergi. Cepatlah masuk ke dalam.” Lanjut Queen. Queen pun pergi dari sana sambil melambaikan tangan. Nenek Ans, satu-satunya orang yang mengenalnya di sana. Nenek Ans juga, yang menjadi teman sepinya. Dia sangat beruntung bertemu dengan nenek yang sangat ramah itu. Queen menghentikan taxi dan segera menuju alamat klub yang terkenal di kota itu. Klub, XY. Semoga saja, dia belum terlambat untuk bertemu dan memberikan Lily pertolongan. Dan semoga saja, dirinya tidak mendapatkan masalah di tempat itu. *** “Ada laporan wanita hilang. Maraknya prostitusi, perdagangan manusia dan kebutuhan pasar gelap akan wanita-wanita belia, tentu saja menjadi kasus yang akan sangat marak di tahun ini. Sebagai polisi, tentu saja kita harus waspada dan menjalankan tugas sesuai sumpah dan perintah negara. Dan malam ini, kita akan melakukan penggeledahan secara sembunyi-sembunyi. Menyamar sebagai p****************g, dan menangkap wanita-wanita yang di jual di sana. Tapi, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, salah satu dari kita bisa mengirimkan kode bahaya secepatnya. Dan setelahnya. Penggeledahan akan dilakukan secara transparan. Mengerti?” “Siap, Inspektur,” jawab bawahannya yang berjumlah 5 orang. “Bagus. Kita bergerak sekarang.” Inspektur Robert Van Malik. Salah satu polisi berwajah tampan yang sialnya juga memiliki seringaian menarik. Tatapan matanya yang tajam dengan manik hitam pekat, membuat siapa pun tak akan ada yang berani menjadi santapan intaiannya. Rambutnya yang hitam tersisir rapi selaras dengan alisnya yang juga hitam dan menukik tajam. Rahangnya nyaris terbentuk sempurna. Polisi muda yang berpangkat inspektur itu, masih berusia sekitar 30 tahun. Pengabdiannya pada negara sangat luar biasa sehingga Robert selalu ikut serta dalam misi apa pun yang terjadi di kota itu sekali pun berbahaya. Malam ini, Robert beserta anak buahnya akan melakukan penyelidikan ke sebuah klub ternama di kotanya. Tentu saja mereka harus waspada, karena klub itu memiliki pengamanan ketat. Bisa saja, mereka lah yang mendapatkan masalah di sana mengingat pemiliknya adalah orang yang berpengaruh. Tak ada yang tak mungkin terjadi dalam sebuah kasus. Kekuasaan bisa saja mengalahkan kebenaran. Oleh karena itu, mereka harus berhati-hati. Robert memasukkan sebuah senjata di balik kaos polosnya. Menyelipkannya di sisi celana hitamnya, kemudian memakai jaket untuk menutupinya. Sebelumnya, dia mengambil kaca mata hitam dan topi untuk membuat identitasnya tak begitu mencolok di sana. Dia harus segera bergerak. Kasus ini harus segera dia pecahkan dan menangkap pelakunya—secepatnya. *** Selamat membaca cerita Polisi m***m, I Miss You. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD