Episode 10

1998 Words
Nai duduk termenung si tempat tidurnya. Pikirannya melayang pada kejadian saat di mall. Rasanya sakit jika mengingat itu, dimana dia melihat suaminya begitu dekat dengan perempuan lain. Dan bodohnya, Nai tidak bisa berbuat apa-apa, jangankan melarang mereka, menegurnya saja Nai tidak bisa. Nai hanya tidak mau membuat masalah walau sebenarnya sejak pertama James mengajak Bella pun sudah menjadi masalah untuknya. Nai tersenyum kecil, untuk pertama kalinya Nai merasa bodoh karena membiarkan suaminya dekat dengan perempuan lain, padahal biasanya Nai tidak mempermasalahkan itu. Pintu kamar terbuka, Nai melihat James masuk ke kamar. Nai melirik jam, sudah jam 8 malam tapi James baru pulang. Apa selama itu mencari Apartemen? Atau jangan-jangan mereka pergi berkencan dulu? James menghampiri Nai, saat James akan mencium dahinya, Nai beranjak turun dari tempat tidur, James menahan tangan Nai, "Mau kemana?" "Mau siapin air hangat buat lo mandi, lo pasti belum mandi kan? Oh, atau lo udah mandi di Apartemen Bella ya?" James mengernyit, kenapa tiba-tiba Nai berkata sinis seperti itu, "Kenapa lo ngomong gitu?" Nai melepaskan tangan James, "Cuman nebak aja, kali aja bener." Setelah itu mengatakan itu, Nai pergi ke kamar mandi. James menatap Nai. Istrinya itu terlihat berbeda, dia seperti sedang menghindarinya. Apalagi Nai sampai bertanya dengan nada sinis seperti tadi. Beberapa menit, Nai keluar dari kamar mandi, "Airnya udah siap, lo bisa mandi sekarang." James mengangguk, sebaiknya dia mandi dulu dan setelah itu James akan berbicara dengan Nai soal tadi siang. Sedangkan Nai menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya. Pikiran Nai benar-benar tidak bisa fokus, ia masih saja terbayang-bayang wajah Bella saat mencari perhatian suaminya. James keluar dari kamar mandi, dia tersenyum melihat punggung istrinya, James menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Nai berjengit kaget saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh punggungnya, "James?" "Hem?" "Lepasin." "Nggak." "Lepasin gue." "Nggak mau." "Gue bilang lepasin!" Nai mengeraskan suaranya. Dia kesal karena James tidak mau melepaskan pelukannya. James melepaskan pelukannya. Nai menghela nafas, dia membalikkan badannya menghadap James, "Ini bajunya." James menerimanya, dia melihat Nai yang menjauh darinya. Nai memang menghindarinya, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi. Kemudian James memakai pakaiannya dan setelah itu dia menghampiri Nai di tempat tidur. James duduk di samping Nai. "Kenapa lo menghindar dari gue? Lo ada masalah?" Nai menggeleng pelan, "Gue nggak papa, dan gue juga nggak menghindar dari lo, perasaan lo aja kali." "Lo masih marah karena tadi gue ngajak Bella sama Mario juga?" Nai terdiam, dia menatap layar televisi di depannya yang sedang menayangkan drama series kesukaannya. "Gue minta maaf kalo emang itu masalahnya Nai, tapi please lo jangan marah lagi sama gue." "Lo nggak perlu minta maaf. Lo nggak salah, dan gue juga nggak marah sama lo." James menggeleng tidak percaya, kalo Nai memang sedang tidak marah, Nai tidak mungkin bersikap seperti ini. Cara bicaranya saja sudah terlihat berbeda, "Lo jangan bohong sama gue." Nai menatap James, "Oke, kalo lo emang mau gue jawab jujur. Gue nggak suka kalo lo sama Bella sedekat itu. Dan gue mau lo jaga jarak sama dia." Kini giliran James yang terdiam, Nai tidak pernah seperti ini sebelumnya. Nai bahkan tidak melarang jika James dekat dengan perempuan lain. "Kenapa? Lo cemburu karena tadi siang?" Nai tersenyum miring, James bahkan masih bertanya kenapa dia harus jaga jarak dengan Bella. Semua perempuan pasti menginginkan hal yang sama seperti Nai jika suaminya dekat dengan perempuan lain. Tapi James masih bertanya kenapa. "Gue nggak cemburu, gue kesel aja. Kenapa kalian berdua mesra-mesraan tanpa liat ada gue disana. Kalo niat lo emang mau berdua sama Bella, lo nggak usah bawa-bawa gue sebagai alasan kalian buat jalan berdua." Nai lega karena sudah mengeluarkan semua unek-uneknya, Nai tidak bisa menahannya. Bagaimanapun juga James harus tau apa yang ada di dalam hatinya. Entah James bisa menerimanya atau tidak. "Kalo lo emang marah karena gue bukan cuman ngajak lo doang, oke gue terima. Tapi lo jangan pernah nuduh gue kayak gitu." James mulai emosi, Nai sudah menuduhnya seperti itu. James tidak mungkin melakukan itu. "Emang bener kan? Lo mesra-mesraan di depan gue sama Mario. Lo nggak pernah sekalipun mikirin perasaan gue disana." Nai meneteskan air matanya, "Lo gandengan tangan, suap-suapan, dan saat gue butuh jaket lo buat gue karena gue kedinginan, lo justru kasih jaket lo ke Bella. Sebenarnya yang istri lo itu Bella apa gue si hah?" "Gue nggak mesra-mesraan sama Bella. Lo liat sendiri kalo Bella yang gandeng tangan gue, dia yang nyuapin gue itupun cuma sekali. Dan soal jaket, Mario juga udah kasih jaketnya ke lo kan? Masalah sepele kaya gini kenapa lo jadiin masalah besar si Nai?" Nai menggeleng, masalah sepele James bilang? Apa perasaannya saat ini adalah hal sepele bagi James? Atau jangan-jangan James memang tidak pernah memikirkan perasaannya sama sekali? "Yah, dan gue berterima kasih banyak sama lo karena lo ajak Mario juga, karena cuma dia yang ngerti perasaan gue saat itu?" Nai tersenyum samar, "Dan gue nggak tau apa jadinya kalo nggak ada Mario disana." Ya. Mario yang sudah menguatkan Nai. Jika bukan karena Mario, Nai tidak mungkin bisa mengeluarkan unek-uneknya dan itu berkat kata-kata Mario kepadanya waktu itu. "Nai, dulu lo nggak pernah masalahin ini kan? Kenapa sekarang lo jadi kaya gini si? Lo udah nggak percaya lagi sama gue? Iya!" Nai percaya James tidak mengkhianatinya tapi bagaimana dengan Bella. Ia takut perempuan itu memang ingin merebut suaminya. Mungkin sekarang James memang tidak menyukai Bella, tapi bagaimana dengan besok, lusa dan seterusnya? Jika mereka sering bersama, Nai takut James akan menyukai Bella juga. "Lo belum jawab pertanyaan gue kemarin, apa lo juga suka sama Bella?" Nai menatap James yang terdiam karena pertanyaannya. Kalo memang James tidak menyukai Bella, James pasti akan langsung menjawab bukannya langsung terdiam. "Oke, sekarang gue tau jawabannya. Lo emang suka sama Bella." "Gue nggak suka sama dia Nai." Jawab James dengan cepat. James memang tidak menyukai Bella. Dia hanya menganggap Bella sebagai teman. Lagipula Bella juga teman kakak iparnya kan? James menggenggam tangan Nai, "Percaya sama gue, gue nggak suka sama Bella. Gue cuma anggap dia teman, sama kaya yang lain." Dalam hatinya, Nai merasa lega karena jawaban James. Tapi Nai masih belum percaya sebelum James mau menuruti apa permintaannya. Nai tersenyum, "Jadi, lo mau kan jaga jarak sama dia James?" James masih bingung, dia tidak mungkin menjauh dari Bella karena Bella bahkan baru sampai di Indonesia. Bella juga tidak memiliki siapa-siapa di sini. Dan Nai tidak tau kalo sebenarnya orang tua Bella sudah menitipkan Bella kepadanya. Orang tua Bella ingin James menjaga Bella disini. James menggenggam tangan Nai, "Nai, gue nggak bisa." Senyum Nai seketika luntur, dia langsung melepaskan tangannya dari genggaman James, "Kenapa? Lo bilang kalo lo nggak suka sama dia kan?" "Nai gue bisa jelasin semuanya kenapa gue nggak bisa jauh dari Bella." "Jelasin apa maksud lo?" James menghela nafas, ia berharap Nai bisa menerimanya. "Sebenarnya, sebelum Bella sampai di Indonesia. Orang tuanya udah nitipin Bella sama gue Nai." Nai mengernyit, orang tua Bella kenal dengan James, itu artinya James sudah bertemu dengan mereka? Apa hubungan mereka sedekat itu sampai James sudah mengenal kedua orang tua Bella? "Lo sama Bella?" "Lo jangan salah faham dulu. Waktu itu pas gue sama Bella lagi makan, tiba-tiba orang tuanya datang dan ngobrol bareng sama gue Nai. Dan lama-lama kita akrab sampai akhirnya Bella pengen kembali ke Indonesia. Awalnya nggak diizinin sama orang tuanya, tapi Bella maksa dan orang tuanya nitip Bella ke gue, sebenarnya bukan cuma gue doang, sama kak Nabila juga. Tapi lo tau sendiri kak Nabila nggak ada kan? Jadi sekarang, udah jadi tanggung jawab gue. Gue nggak bisa nolak waktu itu. Lo ngerti kan sekarang?" Nai mengangguk, dia mengerti sekarang. Nai merasa lemas, itu artinya Bella akan semakin dekat dengan suaminya. Peluang Bella untuk merebut suaminya sangat besar mengingat James sudah bertanggung jawab untuk menjaga Bella. Sakit. Itu yang di rasakan Nai sekarang. Tapi Nai juga tidak bisa berbuat apa-apa. Namun tiba-tiba Nai terpikirkan sesuatu, "James, gimana kalo Mario yang ambil alih tugas lo buat jaga Bella? Kita tau kalo Mario jomblo kan? Siapa tau mereka bisa saling suka. Jadi lo nggak usah jagain Bella lagi, lo cukup pantau dia aja. Gimana?" Nai berencana untuk menjodohkan Bella dengan Mario. Kebetulan mereka sama-sama jomblo. Jika Mario yang menjaga Bella, James tidak perlu menjaga Bella lagi, dengan begitu Nai tidak perlu merasa khawatir lagi soal Bella. "Tapi mereka nggak kenal, Bella baru sekali ketemu Mario." "Emang kenapa? Kalian juga pertama kenal langsung akrab kan? Kalo Mario yang jagain Bella, mereka pasti bisa langsung akrab." Nai yakin Mario bisa menjaga Bella. Nai tau bagaimana sifat Mario, dia baik, lemah lembut dan penyayang. Bukannya Nai ingin menyingkirkan Bella, tapi dia hanya ingin yang terbaik untuk rumah tangganya. "Nggak segampang itu dong Nai. Orang tua Bella udah kasih amanah sama gue, gue nggak mungkin nyuruh sembarangan orang buat jagain Bella." Dahi Nai berkerut, sembarangan orang? Apa James tidak sadar kalo Mario itu sahabatnya, kenapa James justru berkata sembarangan orang? "Mario sahabat kita, kok lo malah ngomong kaya gitu?" Nai merasa tidak terima dengan apa yang di katakan James. Nai merasa kalo James memang sangat mengkhawatirkan Bella sampai Mario pun ia anggap sembarangan orang. "Bukan gitu maksud gue Nai. Please, lo ngertiin gue sekali ini aja." Air mata Nai kembali menetes, segitu khawatirnya James sampai dia menyuruhnya untuk mengertikan nya "Lo pengen gue ngertiin lo, tapi sekalipun lo nggak pernah ngertiin gue James. Lo egois. Gue benci sama lo!" Nai mendorong dadi James san langsung pergi dari kamarnya, James benar-benar menyakitinya. Nai tidak menyangka James akan melakukan ini, memilih menjaga perempuan lain yang bahkan belum lama ia kenal dari pada mengerti bagaimana perasaan istrinya sendiri. James berjalan cepat menyusul Nai. "Nai, tunggu. Lo mau kemana?" Nai berjalan cepat menuruni tangga, Nai ingin pergi dari rumah, ia tidak bisa melihat James karena itu akan membuatnya bertambah sakit. Nai bahkan tidak perduli jika hari sudah sangat gelap. James buru-buru mencegah Nai untuk tidak pergi dari rumah. Saat Nai hendak membuka pintu, dengan cepat James kembali menutup pintu dan berdiri di sana. "Minggir James." "Lo mau pergi kemana Nai? Lo nggak liat jam berapa ini hah!" Nai menghapus air matanya dengan kasar, "Perduli apa lo soal gue hah? Gue bahkan udah nggak penting buat lo! Mending sekarang lo minggir!" James menggeleng, dia menarik tangan Nai dan membawanya ke kamar. Nai merasakan pergelangan tangannya sakit karena di tarik paksa James. "Sakit James! Lepasin!" James tidak menghiraukan perkataan Nai, dia terus menarik tangan Nai. Setelah sampai di kamar, James melepaskan tangan Nai dengan kasar. "Lo nggak boleh pergi kemana-mana. Ngerti!" "Buat apa gue disini? Lo nggak mau nurutin apa permintaan gue, lo tau? Ini semua gue lakuin buat hubungan kita berdua. Gue nggak mau gara-gara cewek itu, rumah tangga kita jadi hancur!" Nai berteriak di depan wajah James. James menggenggam tangan Nai dengan kasar, "Dengerin gue! Nggak ada yang mau hancurin rumah tangga kita Nai! Nggak ada! Kalaupun ada, siapapun yang berusaha buat misahin kita berdua, gue bersumpah nggak akan pernah ngebiarin orang itu hidup dengan tenang." James menatap lembut Nai, "Gue yakin Bella bukan tipe cewek yang kayak gitu Nai. Percaya sama gue. Oke?" Nai melepaskan tangan James dengan kasar, ujung-ujungnya James pasti membela cewek itu. Nai menatap serius mata James, "Nggak ada seorang pun yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi besok, lusa ataupun hari selanjutnya. Apa yang gue lakuin sekarang, karena gue nggak mau ada masalah besar di antara kita berdua. Tapi kalo suatu saat apa yang kita takutkan terjadi, lo jangan pernah salahin gue karena lo sendiri yang milih jalan ini James." Setelah mengatakan itu, Nai tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Sudah cukup berdebat dengan James, Nai ingin James memikirkan apa yang sudah ia ucapkan. James mengusap wajahnya kasar, James tidak tau kalo masalahnya akan jadi seperti ini. Dan untuk pertama kalinya mereka bertengkar besar. Tiba-tiba ponsel James berdering. Nama Bella tertera di layar ponselnya, James lalu mengangkatnya. "Halo?" "...." Sambungan terputus, James menoleh ke arah Nai yang sudah tertidur. James bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD