“Harus gitu banget ya lihatnya?” Tanya Naura sembari menutup wajahnya menggunakan buku menu.
Mereka baru saja sampai di tempat kedua, cafe yang terkenal aesthetic karena desain interiornya bertemakan vintage, ala-ala Instagramable, tempat Naura nongkrong dengan Najla dan Bundanya.
“Pipi kamu memang seperti itu ya, Ra? atau hari ini kamu pakai blush on?” Dimas masih saja menatap lekat gadis yang ada di depannya. Padahal sudah diberi teguran berkali-kali.
Naura berdecak kesal. Ada saja gebrakan Dimas yang membuat pipinya semakin merona. Jantungnya apalagi— berdetak sangat cepat seperti ada rombongan drumband di dalam sana.
“Memang gini pipi aku!” seru Naura.
“Meski sedikit terlambat tapi aku harus mengatakannya.” Dimas mengambil buku menu yang menutupi wajah cantik Naura. Lalu berkat
