“Anak Papa tambah ganteng, makin tinggi dan tubuhnya makin terbentuk.” Pak Restu menangkup kedua pipi Dimas dengan kedua mata berkaca-kaca. Setelah sekian lama beliau akhirnya bertemu dengan putra angkatnya. Pertemuan tanpa disengaja. Bahkan Pak Restu sempat terpaku di depan pintu ruang kerja Pak Gio ketika melihat sosok lelaki yang sangat disayanginya. “Papa gimana kabarnya?” “Alhamdulillah, Papa sehat. Dimas sendiri apa kabar?” “Alhamdulillah, Dimas sehat. Em, Mama Tania sudah—” Pak Restu sengaja tidak menyela Dimas ketika menggantung kalimatnya. Beliau menantikan putranya menanyakan kabar wanita yang kini sering keluar masuk rumah sakit. “Mama Tania masih melakukan pengobatan?” Tanya Dimas setelah susah payah mengeluarkan suara. “Setiap minggu Mama rutin datang ke psikiater

