Part 2

2178 Words
Darren duduk dengan nyaman di sebuah sofa panjang dengan beberapa wanita di sisi kiri dan kanannya. Inilah Darren Kang, si pria tampan, panas, kejam, dan penuh kekuasaan. Tidak ada yang tidak bisa Darren dapatkan, semua bisa berada dalam genggaman Darren ketika Darren menginginkannya. Itulah kenapa Darren sangat bangga pada dirinya sendiri. Wanita yang belahan dadanya terlihat dengan jelas kini semakin mendekatkan dirinya pada Darren. Jari-jarinya yang nakal itu membelai paha Darren dengan gerakkan yang membuat Darren mulai memanas. Wanita ini meraih tangan Darren, kemudian mengarahkan tangan Darren ke dadanya. “Ingin menghabiskan malam denganku?” wanita dengan bibir merah menggoda itu tersenyum manis pada Darren, sementara tangan Darren terus ia tempelkan di dadanya. Darren tersenyum, lalu mendekatkan tubuhnya pada wanita itu. Darren membaringkan wanita itu di sofa panjang, kemudian ia tindih. “Mari kita lihat dulu sedikit kemampuanmu. Jika bagus, maka uangku akan menjadi milikmu.” Darren membelai pipi wanita di bawahnya. Bibir panas Darren kini menyatu dengan bibir merah menggoda milik si wanita dan tangannya bergerak liar di paha mulus wanita itu. Darren harus sedikit melakukan tes, agar tidak salah memilih teman untuk kehangatan di ranjang hotel. Darren tidak mau memberikan uang pada wanita yang tidak bisa menghangatkan ranjangnya dengan baik. Sementara di sudut lain club malam ini, Sandra tengah duduk seorang diri sembari menikmati minumannya. Setelah melakukan tugasnya dan mendapatkan uang, Sandra ingin duduk sebentar untuk minum, lalu pulang. Mata Sandra kini menatap para gadis seksi yang tengah menari, itu membuat Sandra tersenyum pedih. Sandra ingat pernah berada di posisi itu karena menjadi taruhan dalam judi. Dari sanalah awal dari kejayaannya sebagai seorang pembunuh bayaran dimulai. “Dunia ini sangat menakutkan. Terlalu banyak orang tidak berperasaan yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Aku takut akan menjadi seperti itu juga,” gumam Sandra, lalu meneguk kembali minumannya. “Hai. Kau sendiri?” lalu, seorang pria menghampiri Sandra dan duduk di sebelah Sandra. Hal seperti ini lagi. Sangat memuakkan dan menyebalkan. Ini bukan pertama kalinya. Entah sudah berapa kali Sandra melihat pria seperti ini selama hidupnya, Sandra sampai lupa karena terlalu sering bertemu pria b******k. Pria seperti itu selalu mendekati wanita yang menarik di mata mereka, tanpa tahu apakah wanita itu berbisa atau tidak. Ular cantik memang selalu menarik perhatian, bukan? “Tidak. Aku bersama racunku dan segala bahaya yang siap aku sebarkan,” jawab Sandra dan membuat pria itu tertawa. “Kau lucu. Orang lain sudah memiliki ‘teman’ untuk malam ini, hanya aku yang belum. Aku juga ingin memilikinya. Bagaimana kalau kau menjadi ‘temanku’? Oh ya, aku Jacob. Kau?” pria ini memperkenalkan dirinya sekaligus menggoda Sandra. Jacob mengulurkan tangannya, tapi diabaikan oleh Sandra. Sandra mengangkat salah satu sudut bibirnya. Sandra tidak mengerti kenapa pria b******k hanya bicara seputar teman untuk menghangatkan ranjangnya saja. “Jika orang lain melompat dari atas gedung, apa kau akan mengikuti mereka juga? Biar aku beritahu, dengan sikap seperti ini, hidupmu bisa dalam bahaya jika kau menggoda wanita yang salah. Aku serius.” Sandra memperingati Jacob. Jacob tersenyum mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Sandra. Wanita ini menarik sekali, pikir Jacob. “Kau sangat menarik. Kata-katamu membuat pria semakin ingin membawamu ke ranjang mereka. Tapi aku tidak punya untuk main-main. Aku punya banyak uang. Bagaimana kalau sekarang kita pergi?” Jacob tidak menyerah juga. Sial! Sandra memaki dalam hati. “Baiklah. Sebelum itu, cium dulu leherku dengan bibir indahmu. Buat tanda kepemilikanmu di sini, maka aku akan pergi denganmu.” Sandra tersenyum manis pada Jacob, sembari menyingkirkan helaian rambutnya untuk menunjukkan leher seksinya pada Jacob. Demi Tuhan. Jacob bersumpah belum pernah bertemu wanita semenarik ini sebelumnya. “Dengan senang hati akan kulakukan.” Jacob tersenyum pada pada Sandra, lalu mendekatkan dirinya pada Sandra. Ekspresi Sandra sekeketika berubah ketika bibir Jacob akan menyentuh lehernya. Sandra dengan cepat menghindar dari Jacob dan kedua tangan Sandra kini mencengkram kerah baju Jacob. “Memberikan tanda kepemilikanmu padaku? Semoga Tuhan memberkatimu. Semoga Tuhan mengangkat khayalan sesat itu darimu. Tidak semua wanita bisa kau jadikan penghangat ranjangmu. Tidak. Kau tidak seharusnya melakukan itu pada wanita. Kau dilahirkan oleh seorang wanita dengan mempertaruhkan nyawanya untukmu, bagaimana bisa kau gunakan hidupmu untuk merendahkan wanita? Kau sungguh tidak tahu malu!” Sandra pergi menjauh dari Jacob setelah mengatakan hal ini. “Wanita sombong!” geram Jacob. Jacob ingin menarik tangan Sandra, tapi Sandra sudah lebih dulu berbalik dan membuat langkah Jacob seketika terhenti. Ada alasan kenapa Jacob tiba-tiba diam seperti ini, yaitu karena Sandra mengarahkan pisau ke tepat di lehernya. “Sudah aku katakan, aku ini beracun dan berbahaya. Kenapa kau tidak mengerti juga? Aku tidak tertarik dengan permainanmu dan jangan pernah seperti ini lagi. Sekali lagi kita bertemu dan aku melihatmu seperti ini, maka tamatlah riwayatmu. Pahamilah hal itu,” ucap Sandra dengan penuh penekanan, lalu kembali melangkahkan kakinya. Sedangkan Jacob masih diam di tempat setelah mendapat serangan tidak terduga dari Sandra. Sandra berjalan sembari memakai kembali aksesoris rambutnya yang tadi digunakan untuk menakut-nakuti Jacob. Sandra sudah menelepon sahabatnya tadi untuk menjemputnya dan mungkin sebentar lagi sahabatnya akan sampai, jadi, Sandra akan keluar sekarang. Tempat ini juga sudah tidak menarik lagi. Terlalu banyak hal tidak menyenangkan yang merusak suasana hatinya. “PRIA b******k!” tapi teriakkan ini membuat Sandra kaget, hingga membuat langkah Sandra terhenti. Sandra menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang wanita memaki pria yang dikelilingi oleh banyak wanita. Tidak perlu dikatakan, Sandra sudah tahu apa yang terjadi. Jatuh cinta pada pria tampan, lalu akhirnya dicampakkan karena si pria sudah bosan. Sandra yakin itulah yang sedang terjadi. Sandra tidak akan peduli pada hal semacam itu, apalagi setelah melihat wajah wanita yang dibentak tadi. Tapi kemarahan, sekaligus kepedulian Sandra muncul saat si pria mulai bertindak kasar. Sandra paling tidak bisa melihat kekerasan yang dilakukan oleh pria b******k pada wanita yang tidak berdaya karena cinta yang konyol itu. Darah Sandra selalu mendidih setiap melihat hal seperti ini masih saja terjadi. “Sialan! Kau pikir, siapa dirimu sampai berani memakiku? Aku sudah bosan denganmu dan aku punya hak untuk meninggalkanmu kapan saja!” bentak Darren. Di saat bersamaan Darren mencengkram dagu wanita itu, lalu mendorongnya dengan kasar. “Aku mencintaimu. Kenapa kau ....” “Kau bodoh? Kenapa kau mencintai pria sepertinya?” Sandra menyela ucapan wanita yang tidak berdaya oleh cinta itu. Sejujurnya Sandra terkejut melihat kenapa wanita itu menjadi manusia lemah sekarang. Entah cinta yang membuat lemah, atau dia saja yang telah dibodohi oleh cinta. Semua mata tertuju pada sosok Sandra, wanita cantik dengan tinggi 168 cm yang kini berdiri denga sorot mata dinginnya. Menyadari semua mata tertuju padanya, membuat Sandra langsung membalas tatapan mata itu dengan sorot mata tajamnya. “Kenapa? Kalian ada masalah denganku sampai menatapku seperti itu?” Sandra bertanya pada semua orang yang menatapnya, tapi mata Sandra jelas hanya terfokus pada satu orang, yaitu Darren. “Tolong jangan ikut campur. Aku tidak butuh bantuanmu.” Giselle Byun. Wanita yang tadi dorong oleh Darren bersuara, di saat bersamaan juga mulai berdiri. Darren mengangkat salah satu sudut bibirnya saat Giselle menolak mentah-mentah bantuan dari seorang wanita yang terlalu ikut campur itu. Entah siapa namanya, yang jelas Darren sangat benci tipe orang seperti itu. Terlalu mengurusi hidup orang lain sungguh bukanlah hal baik. “Siapa yang mengatakan aku membantumu? Aku membantu kedua orang tuamu. Mereka membesarkanmu dengan darah dan keringat mereka. Saat sudah besar, kau justru menghabiskan hidupmu dengan mencintai pria b******k sepertinya? Kau bahkan sudah memakinya, bagaimana bisa kau kembali mengatakan cinta padanya? Kau menyia-nyiakan hidup yang telah diberikan dengan susah payah oleh kedua orang tuamu. Lagipula, kenapa kau selemah ini sekarang? Kau bahkan pernah membuat seseorang nyaris bunuh diri, tapi sekarang kau terlihat sangat murahan.” Kata-kata Sandra membuat ekspresi Giselle seketika berubah. Giselle bingung dengan dua kalimat terakhir Sandra. “Jaga ucapanmu. Jika kau mencari masalah denganku, itu tidak akan baik untukmu. Aku bisa ....” “Kau ingin membunuhku?” Sandra kini menyela ucapan Darren. “Aku juga bisa membunuhmu. Ingin melihat siapa yang akan mati lebih dulu?” lalu, Sandra menantang Darren. “Wanita sialan ...” Darren ingin menampar Sandra karena sudah berani menantangnya, tapi secara mengejutkan Darren justru dibanting oleh Sandra, bahkan Sandra juga menyiram wajah Darren dengan minuman. Ini sangat melukai harga diri Darren. “Itulah yang seharusnya kau lakukan setelah memakinya, bukan mengatakan cinta, apalagi memohon padanya. Wanita bukan makhluk lemah. Wanita bisa menjadi makhluk paling mematikan jika seseorang berani menyakitinya. Saat menjadi lemah, maka saat itulah kau akan ditindas. Aku tahu kau sangat memahami hal itu.” Sandra menatap sejenak Giselle, kemudian pergi. Darren tidak akan melepaskan Sandra begitu saja. Itu tidak akan terjadi. Karena itulah, kini Darren bangkit dan mengejar Sandra. Sementara Giselle masih diam di tempatnya dan memikirkan semua ucapan Sandra. Selama hidup Giselle, ini adalah pertama kalinya Giselle melihat wanita pemberani seperti Sandra. Sandra yang akan keluar dari club malam tiba-tiba ditahan oleh seseorang. Seseorang mencengkram erat lengan Sandra dan ini membuat Sandra tersenyum karena tidak ada orang yang akan melakukan ini, selain pria b******k yang tadi sudah ia permalukan. Benar saja, saat Sandra memutar badannya, ia melihat Darren menatapnya dengan tatapan tajam. “Lepaskan. Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi saat kau berani menyentuhku.” Sandra memperingatkan Darren. Darren semakin erat mencengkram lengan Sandra, lalu menarik Sandra agar mendekat padanya. “Kata-kata itu lebih cocok untukmu. Kau tidak tahu siapa aku?” “Aku tidak punya kepentingan untuk tahu siapa dirimu. Aku tidak pernah ingin mengenal satupun pria b******k yang ada di dunia ini. Hidupku terlalu berharga untuk mengenal pria seperti dirimu!” dengan cepat Sandra menjawab pertanyaan Darren. Sandra menepis dengan kasar tangan Darren, kemudian kembali melangkah pergi. “Berani maju selangkah lagi, maka hidupmu berakhir malam ini juga. Aku tidak akan kasihan pada wanita.” Darren mengancam Sandra. Langkah kaki Sandra terhenti tepat setelah Darren bicara dan ini membuat Darren tersenyum senang. Darren merasa telah menaklukkan wanita yang sudah berani merusak malam indahnya. Sudah Darren duga kalau Sandra memang hanya sok berani saja, sebab memang tidak ada sejarahnya wanita bisa melawan Darren. Tetapi saat Darren ingin mendekati Sandra, wanita itu justru masuk ke dalam sebuah mobil. Pada kenyataannya Sandra tidak berhenti karena ancaman Darren, melainkan karena menunggu mobil yang datang menjemputnya. “Wanita sialan!” gerutu Darren. “Aku akan mendapatkanmu, lalu membuatmu bertekuk lutut padaku!” Darren akan malu mengakui bahwa dirinya adalah seorang pemimpin dari Black Shadow jika tidak bisa membuat wanita angkuh dan sombong bertekuk lutut padanya. Darren mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Addy. “Datang ke club malam S & C sekarang juga. Aku ingin kau mencari seseorang untukku.” Hanya ini yang Darren katatan pada Addy, lalu setelahnya memutuskan telepon begitu saja. •••• “Terima kasih sudah mau menjemput dan mengantarku pulang.” Sandra bicara pada wanita yang mengantarnya pulang. “Kau seperti dengan orang asing saja. Masuklah. Aku akan pergi bersenang-senang dengan kekasihku, dia baru kembali dari Thailand. Selamat malam. Sampai jumpa di restoran.” Wanita bernama Luciana Kim ini melambaikan tangannya pada Sandra, lalu pergi dengan mobilnya. “Kenapa dia sangat menyukai pria seperti itu? Dia jelas-jelas terlihat seperti brengsek.” Sandra bergumam, sembari masuk ke dalam rumahnya. Ini sudah jam 12 malam, sudah waktunya tidur, jadi Sandra ingin langsung ke kamar untuk tidur karena sangat lelah. Tetapi baru akan membuka pintu kamar, seseorang menyalakan lampu, dan orang itu adalah Delvin. “Pekerjaanmu sudah selesai kemarin, bukan? Kenapa baru pulang sekarang?” tanya Delvin. “Aku harus menunggu sisa bayaranku. Terima kasih sudah menjaga Rachel. Selamat malam.” Sandra ingin masuk ke dalam kamar Rachel setelah bicara dengan Delvin, tapi Delvin menahan tangan Sandra. “Aku selalu khawatir setiap kali kau melakukan pekerjaan ini. Aku takut semua tidak berjalan seperti yang sudah direncanakan, lalu terjadi sesuatu padamu. Aku bisa melakukan pekerjaan itu untukmu. Kau tidak perlu melakukannya lagi. Biarkan aku ....” “Semua akan baik-baik saja. Aku akan berhenti jika memang sudah saatnya. Seseorang tidak bisa mengatur hidupku dan aku sangat tidak menyukai itu. Selamat malam.” Sandra menyingkirkan tangan Delvin dari tangannya dengan cara halus, kemudian masum ke dalam kamar Rachel. Sandra menutup pintu dengan sangat hati-hati, agar tidak membangunkan Rachel. Sandra tahu ke mana arah pembicaraan Delvin dan Sandra tidak menginignkan hal semacam itu. Setelah melihat secara langsung bagaimana penderitaan ibunya karena seorang pria, Sandra tidak pernah ingin ada pria dalam hidupnya. Sandra tidak tertarik dengan cinta, hubungan, dan juga pernikahan. Memang tidak semua pria seperti ayahnya, tapi Sandra percaya bahwa semua pria berkemungkinan untuk menjadi seperti ayahnya. “Kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal seperti itu? Menyebalkan. Aku bisa mengurus hidupku dan hidup Rachel. Aku tidak membutuhkan pria yang hanya akan mengacaukan hidupku.” Sandra lagi-lagi bergumam. Sementara Delvin masih terdiam di tempatnya. Delvin tidak tahu pasti apa yang membuat Sandra tidak tertarik dengan cinta. Delvin bahkan tidak tahu seperti apa sesungguhnya masa lalu Sandra. Delvin mengenal Sandra sejak 4 tahun yang lalu karena sebelumnya tinggal di luar negeri. Delvin mencintai Sandra pada pandangan pertama dan semakin mencintai Sandra setelah tahu bahwa Sandra adalah sosok ibu yang harus membesarkan anaknya sendiri. Delvin menyukai wanita mandiri, tapi sepertinya Sandra tidak pernah tertarik untuk membiarkan seseorang masuk lebih jauh ke dalam hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD