Part 2

2909 Words
2-Just Married? "Leganya. "Seorang pria matang berusia 35 tahun duduk santai di sofa dan bisa bernapas lega karena pekerjaannya baru selesai larut malam ini. Dialah Alden Barnard, pemilik perusahaan industri fashion ternama dengan logo BN'S entertainment. BN sendiri nama singkat dari Barnard. Alden merasa puas dan bangga pada perusahaan yang digelutinya selama sepuluh tahun kini semakin sukses bahkan berniat akan menggaet salah satu artis luar negeri menjadi brand ambassor fashion di perusahaannya. Tentu itu dipersiapkan penuh kematangan agar tak kecewa akhirnya. Telah lama mengalami maju mundur dalam bisnis, Alden selalu berhati-hati setelah perusahaan berada di puncak tahun ini bahkan pakaiannya sempat merajai tranding dalam negeri. Di perusahaannya ini terdapat kelompok bagian marketing khusus dan ide mereka selalu mencuri perhatian dari perusahaan lain. Yang memimpin kelompok itu adalah teman semasa SMAnya. Tak lama terdengar suara pintu terbuka, Alden sudah menebak itu adalah dua temannya yang kini duduk di hadapannya. "Muka kau kusut sekali. "Delmon Garrick---seorang pengusaha properti itu menyiapkan minuman untuk teman-teman di meja. Dia selalu membawakan minuman walau Alden memiliki tempat penyimpanan minuman sendiri. Memang ruang kerja Alden sangatlah luas sekali dan mereka bertiga tengah berada di tempat yang biasa digunakan untuk bersantai ria. " Pasti karena Jessi kan? Minta mama ke kau? "Asher Abraham---dialah pemimpin kelompok marketing di perusahaannya Alden dan juga dirinya salah satu pemegang saham terbesar di BN'S entertainment ini. " Menurut kau? "Alden memutar bola matanya malas kemudian menyesap wine yang sudah disiapkan oleh Delmon. " Ya emang kau itu harusnya nikah lagi sih, kasihan Jessi. Udah lama lho menanti. "Delmon mengulum senyum simpul. "Masih trauma? Halah kayaknya emang kau itu gak bisa bangkit dari masa lalu deh." Asher mencibir temannya yang masih belum bisa membuka hati pada seorang wanita. "Sangat sulit. "Alden merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku dan dilanjut kedua tangannya secara bergantian. " Usia Jessi masih kecil, udah jadi anak broken home. Jangan egois atuh, pikirin juga perasaan Jessi. "Asher yang paling cerewet di antara mereka dan memang sudah berkeluarga. Istrinya seorang kepala bidan di salah satu rumah sakit besar dan putranya satu sekolah dengan Jessi. " Menikah juga gak sembarangan sih menurut aku pribadi dan Alden juga utamanya mencari seseorang yang bisa merawat Jessi. "Delmon memakan snack yang selalu disiapkan Alden dan Alden memiliki banyak stok makanan ringan di lemari khusus. " Ya cari aja baby sister yang berpengalaman. "Asher mendengus kesal mendengar ucapan Delmon, iya iyalah Delmon berkata seperti itu karena belum memiliki kekasih diusianya sudah berkepala tiga. " Jessi gak pernah cocok sama baby sister yang ku kirimkan ke rumah dan selama ini dirawat sama pembantu. Itupun orang tuaku sering datang ke rumah. "Alden menyalakan televisi agar tak terlalu hening di dalam ruangan kerjanya. " Emang selama ini belum nemuin orang yang dianggep cocok sama Jessi? "tanya Asher penasaran. " Tadi siang. "Alden baru ingat sesuatu setelah mendengar pertanyaan dari Asher. " Tadi siang? "beo Asher. " Ya, Jessi malah minta aku nikah sama pedagang makanan di sekolah. Dah lah aneh. "Alden terkekeh pelan mengingat itu. " Biasanya sih firasat anak kecil kuat banget, bisa jadi itu cewek jodohmu. "Delmond menuangkan kembali minuman untuk teman-temannya. Rasanya malam ini ingin mabuk sejenak melepas pikiran yang selalu sibuk tiap harinya. " Lebih baik aku menikahi wanita yang memiliki pekerjaan jelas dibanding wanita kalangan bawah, pastinya akan seperti si 'dia' jika sudah menikmati semua kekayaanku nanti akan pergi atau berselingkuh. "Yang dimaksud si dia adalah mantan istrinya. Alden memijat pelipisnya yang terasa pening mendadak teringat kata-kata manis mantan istrinya dan kata-kata itu pula membuatnya makin muak. " Ah kalau caranya gitu sih aku gak sanggup nyariin ya, soalnya udah beberapa kali aku cari wanita yang kau maksud selalu barakhir mereka mundur karena gak sanggup menghadapi si anakmu itu. "Asher angkat tangan mendengar keinginan Alden. " Lagian wanita yang harusnya dinikahi Alden yang memang sepenuhnya merawat Jessi, ya kayak baby sister cuman statusnya istri kan bisa, "ujar Delmond yang tiba-tiba memiliki pemikiran tersebut. " Eh bener juga sih ucapanmu. "Asher mengangguk setuju dan menepuk pundak Delmon. " Aishh kepalaku pusing. "Alden mengeluh dan seberapa detik kemudian ambruk di sofa karena tak kuat lagi minum. " Ya ambruk dia. "Asher dan Delmon saling pandang sejenak. " Besok ultahnya kan? "tanya Delmon memastikan. " Iya sih dan besok hari buruknya. Alden kan benci banget tanggal ulang tahunnya yang sama seperti tanggal pernikahannya sama Naomi. "Asher mengangguk pelan. " Besok ku tebak dia telat, kayaknya mabuk banget. "Delmon beranjak berdiri disusul Asher. " Kan dia stress jadi terkapar deh karena minum banyak pula. "Mereka berdua pun menggotong Alden dan meletakkan Alden ke dalam kamar ruang kerjanya yang memang sudah tersedia. ... Esok harinya... Ini hari pertama Amanda bekerja sebagai pengantar minuman ke perusahaan dan itu juga tempat kerja Freya. Amanda pergi ke BN'S Entertainment dengan motor dari tempatnya bekerja. Tempat bekerjanya selalu menjadi tempat langganan perusahaan itu dan Amanda yang memang sudah paham tempatnya karena perusahaan itu sangat terkenal tahun ini. Sering disebut oleh kalangan artis papan atas bahkan dipakai oleh beberapa artis yang terekspos di media sosial. Tentu harganya itu membuat Amanda lemas sendiri memikirkannya. "Sampai, "ucap Amanda sembari melepaskan helm dan sebelumnya ia harus memarkirkan motornya di parkiran khusus. Amanda telah bersiap dengan dua kotak berkuran besar yang berisi minuman yang ia bawa dikedua tangannya. Ia tersenyum lebar menatap gedung menjulang tinggi dengan berapa banyak jumlah lantai. Padahal tempat ini adalah impiannya setelah lulus sekolah menengah akhir, ia ingin menjadi tokoh pendesain di sini namun itu hanyalah angannya yang entah bisa terwujud atau tidak. "Wah bagus sekali. "Amanda baru saja menampaki perusahaan itu dan berdecak penuh kekaguman memandangi isi gedung tersebut. Kemudian sebelum masuk ke tempat yang nantinya ia bagikan minuman, ia harus melewati jalan yang dihalangi tiang mungil dan disana Amanda menunjukkan identitas baru bisa masuk ke lebih dalam kantor ini. Di area gedung ini pun banyak penjaga yang berkeliling untuk mengamankan perusahaan ini. Sampai di sebuah ruangan yang ternyata sudah banyak orang yang mulai bekerja, tentu Amanda memberikan minuman dengan tidak menganggu konsentrasi mereka saat sedang bekerja. Senyuman ramah Amanda berikan walau tak dibalas oleh beberapa karyawan tersebut tapi itu tak membuatnya sakit hati karena ini adalah pekerjaannya. "Selamat pagi Frey. "Amanda memberikan dua buah botol yakult pada Freya. " Pagi juga Manda."Freya tersenyum lebar dan menerima minuman itu dengan senang hati. "Kayaknya sibuk banget ya? " " Iya Man, karena ada proyek besar sebentar lagi diadakan. " " Oh gitu, semangat ya! " " Oke! Kamu semangat Man! "keduanya saling menyemangati satu sama lain. Amanda menghembuskan napasnya lega telah menyelesaikan tugasnya dan nanti dilanjut mengantar makanan. Saat di tengah perjalanan lebih tepatnya di persimpangan, Amanda ditubruk oleh seseorang hingga terjatuh ke lantai. Amanda meringis sakit pada kakinya tapi orang yang menabraknya hanya menatapnya saja tanpa ada niat menolongnya. Lantas Amanda mendongakkan wajahnya dan seketika terkejut mengetahui siapa yang menabraknya. "Papanya Jessi, "guman Amanda. " Cepatlah berdiri, kau menganggu arah jalanku! "bentak Alden----orang yang disebut Amanda baru saja. Amanda merasa aneh padahal jalan ini masih lebar tapi orang itu malah merasa terhalangi. Ingin rasanya membantah namun ada seseorang yang menghampiri papanya Jessi. " Pak direktur utama, selamat pagi. "Seorang pria berkaca mata bulat menyapa Alden dari arah samping. " hmm? " " Ada rapat pagi hari ini dan sekretaris--- " " telat? " " Eh bapak ini direktur ya? Duh maaf ya pak maaf sekali lagi, saya minta maaf. "Amanda bangun dari jatuhnya setelah baru saja mengetahui sosok di hadapannya adalah petinggi di perusahaan ini tentu Amanda merasa malu dan tak jadi membantah. " Minggir. "Alden sangat tidak suka pada seseorang yang berani menghalangi jalanya, untunglah wanita itu bukan pegawai dan jika pegawai pasti akan dikenai sanksi karena sama saja menghalangi pekerjaannya. Amanda menundukkan wajahnya dan memberikan jalan pada pria itu. " Sombong banget tapi ganteng jadi gak terlalu benci. "Amanda memandang punggung kokoh pria itu hingga pria itu masuk ke dalam lift di sana. " Semuanya takut, jadi gak aku doang dong? "Amanda juga melihat karyawan di sekitar pria itu langsung berhenti dan menundukkan kepalanya hormat bahkan kompak memberikan jalan pada pria tersebut tentu pria berkaca mata bulat tadi masih mengikuti pria itu dari belakang hanya saja menaiki lift yang berbeda. "Arrogan banget sih. " Amanda menoleh ke samping dan ternyata salah satu karyawan pun mengkritik bahkan ada yang menatap tak suka pada Alden tanpa diketahui Alden. ... " Kak Manda, kok gak bilang nganter makanan di sekolah hari ini? "Aric berlari menghampiri kakaknya yang baru saja memakirkan motor di parkiran sekolah. Sebelumnya Aric tengah nongkrong di pinggir lapangan bersama teman-temannya dan salah satu temannya memberitahukan padanya kalau kakaknya ada di sekolah. " Kakak lupa. "Amanda tersenyum tipis dan Aric membantu kakaknya membawakan dagangan. " Kamu gak masuk kelas? " " Lagi istirahat kak, bentar lagi aku juga olahraga jadi santai deh. "Aric dan Amanda berjalan beriringan menuju ke kantin. " Jadi kakak gak ke TK dong? " " Enggak, waktunya nganter makanan. "Memang Amanda tak setiap hari berjualan tetap di sekolah dan pasti atasannya akan menyuruh mengantar makanan seperti sekarang atau berpindah tempat. " Oh gitu. "Setelah sampai ke meja kantin guru akhirnya Amanda pamit pada adiknya dan melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai mengantar makanan ke berbagai sekolah dari paud hingga SMA/SMK akhirnya Amanda memutuskan untuk beristirahat sejenak di pinggir jalan. " Makan siang dulu. "Amanda tersenyum menatap satu bungkus nasi jagung dengan lauk urap-urap, ikan asin, sayur lodeh pepaya dan peyek tak lupa teh hangat menjadi pilihan Amanda. Selesai makan, Amanda mencuci tangannya di pinggir jalan yang memang sudah disediakan tempat cuci tangan. Selanjutnya Amanda mengembalikan motor kerjanya ke tempatnya bekerja lalu pergi ke mall. Bukan berbelanja melainkan bekerja menjadi cleanning servis sampai menjelang maghrib kemudian barulah bekerja di kasir sampai larut malam dan berakhir pulang. Itulah kegiatan Amanda setiap harinya hanya saja dihari minggu, ada salah satu pekerjaan yang bisa jadi libur. Melelahkan tapi inilah hidup yang dijalaninya, demi membayar utang-utang orang tuanya. ... "Bu Gulu! "Seorang anak perempuan berkuncir dua berlari kecil mendekati gurunya yang masih berdiri di ambang pintu " Iya, Jessi. Ada apa? "seorang wanita berhijab cokelat menatap bingung ke murid perempuannya yang tak pulang sehabis bersalaman. Memang Jessi urutan terakhir dari barisan tadi saat bersalaman padanya, hal yang selalu dilakukan sebelum keluar dari kelas dan selepas berdoa. " Bu Gulu, Jessi minta tolong boleh? "tanya Jessi seraya menguyel hidung mungilnya yang terasa gatal. " Minta tolong apa? "Guru itu mengajak Jessi duduk di latar sekolah. " Jawab boleh dulu! "perintah Jessi. Luna, guru pengajar Jessi hari ini mengulum senyum simpulnya dan mengangguk sebagai jawabannya. Tidak hanya Luna saja melainkan semua guru sudah paham betul karakter Jessi yang sangat menonjol dibanding murid lain. " Bu Gulu antelin Jessi ke lumah tante Amanda. " " Tante Amanda penjual baru itu ya? "tanya Luna memastikan. " Iya bu Gulu. "Jessi mengangguk tiga kali sambil memajukan bibir mungilnya. " Mengapa ke rumah tante Amanda? " " Mau main. " " Sudah ijin?" " Sudah bu Gulu, ini ada titidi dali papa. "Jessi menunjukkan tanda tangan papanya kepada gurunya. ID card pekerja kantor mengalun di leher Jessi dan terdapat tanda tangan Alden dan foto Alden disana. 'Astaga'-batin Luna seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jessi yang ingin membuatnya tertawa terbahak-bahak kali ini tapi ia berusaha menahannya. "Ini bener dari papanya Jessi? " " Iya bu Gulu Luna maya. " " Nama ibu hanya Luna, tidak ada Maya--nya. "Luna melarat ucapan Jessi. 'Sabar'--batin Luna tersenyum lembut menatap Jessi. Mengedipkan kedua matanya dan memasang muka seimut mungkin agar Luna luluh mendengar ucapannya. Sebenarnya ingin mengedipkan salah satu pelupuk matanya tapi susah baginya. "Baiklah ibu guru antar ke sana tapi jangan nakal ya? Ibu mau nelpon asisten papamu. " " Nanti aja bu gulu. Jessi tak sabal ke sana. "Jessi mengerucutkan bibirnya kesal. Gurunya lama deh,- Luna menghembuskan napasnya pelan kemudian menggandeng tangan Jessi menuju rumah Amanda. Luna memang mengenal Amanda karena rumahnya dekat, hanya saja hari ini ada acara dirinya bersama teman-temannya dan ia yang tau selama ini memang Amanda ialah wanita baik. Ia tak masalah mengantar Jessi ke tetangganya itu namun tetaplah orang tua Jessi harus tau karena ini tanggung jawabnnya sebagai seorang guru. Sesampainya di rumah Amanda ternyata ada Erlena---ibu Amanda sedang merumpi dengan ibu-ibu lain. "Assalamualaikum ibu-ibu. "Luna tersenyum sopan pada ibu-ibu yang berkumpul di tengah jalan dan duduk di tempat duduk berbahan dari bambu. " Waalaikumsalam, ada apa nak Luna? Eh ini anak siapa, manisnya. "Jawab mereka dan ada yang langsung mendekati Jessi. " Ibu-ibu! "Jessi melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. " Ya nenek dong, masak ibu sih. Duh kamu nyulik anak dimana? "tanya Lia--salah satu dari enam ibu-ibu tersebut. " Ini murid saya, saya mau bicara sama ibu Erlena. " Erlena yang tengah sibuk melihat ponselnya pun menatap Luna karena merasa terpanggil namanya. " Apa? "tanya Erlena malas dan sempat melirik anak kecil di samping Luna yang tengah digoda oleh ibu-ibu lain. " Amandanya ada bu? "tanya Luna. " Masih kerja, pulangnya sore dan masih lama. Kenapa nyari anakku? "tanya Erlena heran. " Ini murid saya ada yang nyari Amanda bu. "Luna menunjukkan Jessi pada Erlena dengan mengusap puncuk rambut Jessi. " Ngapain diurusin? Kurang kerjaan aja. "Erlena mendengus dan merasa malas berurusan dengan orang asing meski Jessi nampak imut dimatanya. " Eh ini anaknya pengusaha fashion ya? "salah satu dari mereka memekik terkejut saat matanya tak sengaja menatap ID card yang mengalun dileher Jessi. " Iya ini anaknya bapak Alden, pemilik BN'S entertainment. " Semua orang syok mendengar ucapan Luna dan tak percaya ada sosok anak orang kaya datang di pemukiman mereka. Ada yang sampai membandingkan wajah tampan Alden dengan wajah imut Jessi dan benar saja keduanya mempunyai kemiripan. Erlena terutama yang paling menyesal berkata seperti tadi dan ia langsung menggendong Jessi. "Hey lihat nih, anakku dicariin sama anak ini. "Erlena membanggakan dirinya sambil menggendong Jessi yang memasang wajah bingung. " Wah bentar lagi mantu nih? " " Pak Alden, duda lho. " " Wah wah bu Erlena ini mau kaya nih. Iri saya tuh. " " Anak orang kaya lho, hebat banget Amanda nyarinya. " " Yeay bentar lagi anakku jadi orang kaya, aku hidup enak! "Erlena menurunkan Jessi dan ia berteriak paling heboh karena mendapat sorakan dari tetangganya. Luna menghela napasnya melihat semua orang disini yang memang tetangganya juga. Erlena pun langsung mengajak Jessi ke rumahnya sedangkan Luna pamit pergi. Di dalam rumah, "Mau apa sayang? Mau makanan? "Erlena senang sekali, Amanda dicari sosok anak dari keluarga kaya raya dan ia tak apa kalau anaknya bisa bersanding dengan duda karena mampu memperbaiki ekonomi keluarga nantinya. " Mau tante Amanda. "Jessi tersenyum seraya meletakkan tas mininya dibantu oleh Erlena yang berjongkok di depannya. " Es krim? " " Mau tante Amanda. " " Permen? " " Mau tante Amanda. " Erlena memasang wajah cengonya mendengar jawaban Jessi yang masih tetap dan tak berganti. Jessi duduk di sofa panjang yang memang hanya satu yang menjadi tempat duduk di ruang tamunya. Itupun sofa sudah tua dan beberapa bagian terlihat sobek. " Tante Amanda masih kerja, mau nunggu? " " Iya nenek? " " Iya panggil nenek aja. "Erlena menghela napasnya lega lalu membuatkan minuman untuk Jessi yang sepertinya haus. Di sisi lain... " Manda, selesaikan ini ya. Aku mau ngerjain tugas lain. "Seseorang memberikan lap pada Amanda yang baru saja selesai mengerjakan tugasnya. " Tapi mbak, saya sudah waktunya pulang. " " Hayo dong bantu aku. Cuman tinggal dikit doang kok. " Amanda menghembuskan napasnya pasrah dan meraih lap ditangan orang itu. Amanda mulai mengelap jendela besar, tidak hanya dia saja melainkan banyak orang yang sibuk bekerja tapi satu per satu sudah pulang karena memang selesai. " Lho Manda, kok masih kerja? Udah waktunya kita ganti shif lho. "Seorang lelaki muda seusianya menghampiri Amanda. " Ah gapapa. " " Ini kerjaannya Selly kan? " " Udah gak papa, kamu pulang duluan aja. Pacar kamu pasti udah nungguin. " " Sorry ya Man, aku gak bisa bantu kamu. " " Iya santai aja. "Amanda tersenyum dan mengangguk saja. Secepatnya Amanda menyelesaikan pekerjaan temannya ini, mau bagaimapun ia tak bisa menolak karena Selly pula yang membawakannya kerja disini. "Ah capek, pegel." 30 menit sudah akhirnya Amanda pulang ke rumah dengan ojek pengkolan yang masih dapat dijumpai di depan mall. Ketika sudah berada di rumah, ia dikejutkan melihat sosok Jessi bersama Erlena di ruang tamu. "Bu. " " Tante Amanda! "pekik Jessi senang dan ceria. Anak itu menghampirinya dan memeluk kaki Amanda erat. " Bu, kok dia ada di sini? "Amanda panik dan meminta penjelasan pada ibunya. " Duduk dulu sayang. "Erlena bersuara lembut dan menuntunnya duduk di sofa. "Tante, Jessi lapel." Jessi merengek sambil memegang perut buncitnya. "Nenek siapin makan ya? "tawar Erlina dan Amanda masih bingung sekali. " Iya nenek, tapi pengen disuapin sama tante Amanda. "Jessi baru saja mandi tadinya dan berniat makan namun masih ingin menunggu Amanda. Jessi memegang erat tangan Amanda seakan takut kalau ditinggal pergi. " Iya, nanti tante suapin, "jawab Amanda setelah dipelototin oleh Erlena walau tak diketahui oleh Jessi. " Tunggu ya anak manis. "Erlena berjalan tergopoh-gopoh ke dapur. Kini hanya ada Amanda dan Jessi di ruang tamu. " Tante Amanda, Jessi bawa pakaian. Pulang sekolah tadi langsung ke sini, telus nunggu tante pulang luama banget telus Jessi ketiduran di kamalnya tante. "celoteh Jessi yang menceritakan kejadian dari pagi sampai malam ini. " Jessi sudah ijin sama papa? "tanya Amanda, raut wajah wanita itu cemas. " Sudah, tadi pagi minta ijin sama tanda bukti. Kan bial ada buktinya bial gak dimalahin. "Jessi menunjukkan tanda tangan papanya di ID Card yang masih dipakai di lehernya. " Jessi kan baru kenal sama tante, kok langsung ke rumah. Jessi gak takut ya disini? Kan bahaya sayang. " " Emm kan tante enggak jualan kan Jessi kangen jadi ke sini sama ibu Gulu Luna Maya. Tante juga baik, Jessi kan suka. "Jessi tertawa renyah. 'Oh sama Luna ternyata '--batin Amanda sedikit merasa lega, ia mengira Jessi datang sendiri ke rumahnya. " Tapi kan Jessi baru kenal sama tante, masak langsung suka? " " Suka aja, nyaman deket tante gini. "Jessi manis hingga mendapat cubitan dari Amanda. " Di lumah, Jessi males ketemu papa. Papa jahat sama Jessi. Tante, jadi mama Jessi ya? Ya? " 'Ya Tuhan, apa lagi ini? '---Amanda tidak menyangka Jessi langsung suka padanya padahal ketemu satu kali itupun kemarin. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD